Ziarah Sejarah di Madinah: Menapak Jejak Rasulullah dengan Hati

/ Mei 12, 2025

Ada rasa yang sulit dijelaskan setiap kali langkahku mengarah ke tempat-tempat bersejarah di Madinah. Seolah tiap pasirnya menyimpan jejak para sahabat. Setiap angin yang bertiup membawa salam dari masa silam.


Ziarah kota Madinah ini merupakan satu paket dengan pendaftaran umroh yang kami lakukan bersama rombongan travel dari Pekanbaru. Agenda sudah disusun: kami akan ziarah ke beberapa lokasi penting di sekitar Madinah. Meski tidak semuanya bisa dikunjungi dalam waktu singkat, ada kelegaan karena tempat-tempat utama tetap masuk daftar.


Masjid Quba: Shalat Dua Rakaat yang Setara Umrah

Masjid Quba jadi pemberhentian pertama kami. Rombongan berangkat pagi hari, saat Madinah belum terlalu panas. Mutawwif kami menceritakan bagaimana Rasulullah SAW membangun masjid ini bersama para sahabat setelah hijrah.


Saat kakiku menapak pelataran masjid, aku terdiam sejenak. Bukan karena megahnya bangunan, tapi karena membayangkan: inilah titik awal peradaban Islam di tanah hijrah.


Aku menepi dan menunaikan dua rakaat, sebagaimana anjuran Nabi. Selesai shalat, aku berdoa panjang. Rasanya seperti sedang duduk bersama para sahabat, dalam sunyi yang penuh makna. Masjid ini punya ketenangan tersendiri.

Masjid Quba Tampak Luar
Masjid Quba Tampak Luar


Masjid Quba Tampak Dalam
Masjid Quba Tampak Dalam di Posisi Wanita

Masjid Qiblatain: Perintah yang Mengubah Arah Sejarah

Kami melanjutkan perjalanan berikutnya. Dari dalam bus Mutawwif menjelaskan dengan semangat bagaimana kiblat umat Islam berubah dari Baitul Maqdis ke Ka’bah di masjid ini. Aku sempat membayangkan betapa taatnya para sahabat: langsung berbalik arah saat shalat karena datang wahyu. Tidak banyak tanya. Tidak ada debat. Masjid ini punya dua mihrab. kami tidak turun bus karena tidak cukup waktu di agenda ziarah hari ini.


Jabal Uhud: Bukit Penuh Cinta dan Luka

Destinasi berikutnya adalah Jabal Uhud. Dari jauh, bukit ini tampak biasa saja. Seperti kebanyakan pegunungan yang membentang. Tapi ketika Mutawwif menjelaskan tentang betap dahsyatnya pahala salat jenazah yang setara dengan Jabal Uhud ini dan kami turun dari bus dan mulai berjalan menuju area pemakaman syuhada, suasananya langsung berubah. 


Mutawwif menceritakan kisah Perang Uhud. Di sinilah Sayyidina Hamzah gugur. Di sinilah Rasulullah SAW terluka. Aku menggigit bibir, menahan tangis. Banyak jamaah menangis diam-diam. Aku pun ikut menunduk, membacakan Al-Fatihah untuk para syuhada.


Uhud bukan sekadar tempat bersejarah. Ia adalah pelajaran bahwa cinta sejati pada Rasulullah bukan hanya tentang pujian, tapi juga kesiapan berkorban.

Naik ke Jabal Uhud
Naik ke Jabal Uhud

Foto Bersama di Depan Makan Syuhada Hamzah, dkk
Foto Bersama di Depan Makan Syuhada Hamzah, dkk

Papan Informasi tentang Syuhada yang Gugur
Papan Informasi tentang Syuhada yang Gugur

Pemandangan Jabal Uhud
Pemandangan Jabal Uhud

Mampir ke Kebun Kurma di Madinah: Wisata Singkat yang Manis dan Berkesan

Salah satu agenda yang kadang dipandang sepele tapi justru paling membekas buatku selama di Madinah adalah: kunjungan ke kebun kurma. Nggak terlalu ramai dibahas, tapi buatku ini semacam oase kecil di tengah padatnya rangkaian ibadah. 


Setelah beberapa hari fokus di Masjid Nabawi, berziarah ke tempat-tempat bersejarah, aku dan rombongan travel mampir ke sebuah kebun kurma di pinggiran kota Madinah. Katanya, ini adalah salah satu kebun kurma tertua yang masih aktif, dan sering disinggahi jamaah umrah.


Awalnya kupikir ya cuma lihat pohon kurma dan beli oleh-oleh. Tapi ternyata, pengalaman di sana jauh lebih dari itu. Apa saja yang bisa dilakukan di kebun kurma?

1. Mencicipi kurma segar langsung dari pohonnya

Berhubung aku menyukai kurma, di sana aku puas mencicipi berbagai jenis kurma. Beberapa aku juga tanya-tanya ke penjual kurma tentang produksi kurma ini. Kepo banget aku ya. Secara waktu itu kita gak bisa masuk ke kebunnya langsung. Tapi di area penjualan kurma yang dibatasi pagar kawat dan dikelilingi kebun kurma. Jadi lihat kebunnya dari pagar kawat. Hehe.


2. Belanja oleh-oleh kurma dan produk olahan

Setelah mencicipi, tentu saja aku membelinya. Kurma yang kubeli adalah yang biasa kumakan yaitu kurma nabi dan kurma muda. Kurma ini kubawa hingga kembali ke Pekanbaru dan sampai pula menyebrangi laut ke tempat aku tugas untuk dibagi-bagikan.


3. Foto-foto cantik di tengah pohon kurma

Foto-foto nya gak di tengah pohon kurma sih. Di sekitar pohon kurma intinya. Karena tadi itu dibatasi pagar kawat.

Area Oleh-oleh
Area Oleh-oleh

Area Kebun Kurma
Area Kebun Kurma

Singkat banget ya beberapa hariku di Madinah ini. Mungkin jika punya waktu lebih panjang, aku bisa berkeliling lebih puas. Beberapa temanku sudah mencoba umroh mandiri. Tapi mereka sudah punya pengalaman beberapa kali umroh dengan travel. Jika di waktu lain aku punya kesempatan, aku juga ingin mencoba umroh mandiri biar lebih lama di Madinah dan hemat biaya tentunya.


Kalau kamu ingin berziarah secara mandiri, baik setelah program travel selesai atau karena ingin suasana yang lebih tenang berikutnya, beberapa tips ini bisa membantu:

1. Sewa sepeda listrik atau gunakan careem/uber

Beberapa lokasi seperti Masjid Quba bisa dijangkau dengan sepeda listrik Careem Bike atau taksi online. Sepeda cocok untuk jarak dekat dan suasana santai. Cerita tentang cara menyewa sepeda listrik ini sudah pernah aku tulis di sini ya.


2. Riset rute dan lokasi

Gunakan Google Maps untuk mengecek jarak dan arah. Beberapa tempat bisa ditempuh dengan jalan kaki pagi hari, terutama jika hotelmu dekat Masjid Nabawi.


3. Bawa air minum dan pelindung diri

Cuaca Madinah bisa sangat terik. Topi, kacamata, atau payung lipat akan sangat membantu, apalagi jika membawa anak atau lansia.


4. Cetak ringkasan sejarah tiap lokasi

Tak ada pemandu? Bawa catatan kecil tentang sejarah tempat yang akan dikunjungi. Bisa juga unduh podcast atau video pendek agar tetap terasa 'hidup'.


5. Jaga adab, jaga hati

Ziarah bukan wisata biasa. Hormati tempat. Hindari selfie berlebihan, terutama di area makam syuhada. Fokus pada perenungan dan doa.


Setelah rangkaian ziarah, aku kembali ke pelataran Masjid Nabawi. Langit Madinah menjingga. Suara azan bergema. Rasanya aku tak ingin cepat pulang. Jujur waktu itu aku takut sekali jika harus berpisah dengan Madinah dan Masjid Nabawi.


Ziarah sejarah bukan soal berapa banyak tempat yang kita datangi, tapi seberapa dalam kita menyerap maknanya. Madinah tak pernah memanggil orang sembarangan. Kalau kamu sampai di sini, percayalah, kamu adalah tamu istimewa.

 

Ada rasa yang sulit dijelaskan setiap kali langkahku mengarah ke tempat-tempat bersejarah di Madinah. Seolah tiap pasirnya menyimpan jejak para sahabat. Setiap angin yang bertiup membawa salam dari masa silam.


Ziarah kota Madinah ini merupakan satu paket dengan pendaftaran umroh yang kami lakukan bersama rombongan travel dari Pekanbaru. Agenda sudah disusun: kami akan ziarah ke beberapa lokasi penting di sekitar Madinah. Meski tidak semuanya bisa dikunjungi dalam waktu singkat, ada kelegaan karena tempat-tempat utama tetap masuk daftar.


Masjid Quba: Shalat Dua Rakaat yang Setara Umrah

Masjid Quba jadi pemberhentian pertama kami. Rombongan berangkat pagi hari, saat Madinah belum terlalu panas. Mutawwif kami menceritakan bagaimana Rasulullah SAW membangun masjid ini bersama para sahabat setelah hijrah.


Saat kakiku menapak pelataran masjid, aku terdiam sejenak. Bukan karena megahnya bangunan, tapi karena membayangkan: inilah titik awal peradaban Islam di tanah hijrah.


Aku menepi dan menunaikan dua rakaat, sebagaimana anjuran Nabi. Selesai shalat, aku berdoa panjang. Rasanya seperti sedang duduk bersama para sahabat, dalam sunyi yang penuh makna. Masjid ini punya ketenangan tersendiri.

Masjid Quba Tampak Luar
Masjid Quba Tampak Luar


Masjid Quba Tampak Dalam
Masjid Quba Tampak Dalam di Posisi Wanita

Masjid Qiblatain: Perintah yang Mengubah Arah Sejarah

Kami melanjutkan perjalanan berikutnya. Dari dalam bus Mutawwif menjelaskan dengan semangat bagaimana kiblat umat Islam berubah dari Baitul Maqdis ke Ka’bah di masjid ini. Aku sempat membayangkan betapa taatnya para sahabat: langsung berbalik arah saat shalat karena datang wahyu. Tidak banyak tanya. Tidak ada debat. Masjid ini punya dua mihrab. kami tidak turun bus karena tidak cukup waktu di agenda ziarah hari ini.


Jabal Uhud: Bukit Penuh Cinta dan Luka

Destinasi berikutnya adalah Jabal Uhud. Dari jauh, bukit ini tampak biasa saja. Seperti kebanyakan pegunungan yang membentang. Tapi ketika Mutawwif menjelaskan tentang betap dahsyatnya pahala salat jenazah yang setara dengan Jabal Uhud ini dan kami turun dari bus dan mulai berjalan menuju area pemakaman syuhada, suasananya langsung berubah. 


Mutawwif menceritakan kisah Perang Uhud. Di sinilah Sayyidina Hamzah gugur. Di sinilah Rasulullah SAW terluka. Aku menggigit bibir, menahan tangis. Banyak jamaah menangis diam-diam. Aku pun ikut menunduk, membacakan Al-Fatihah untuk para syuhada.


Uhud bukan sekadar tempat bersejarah. Ia adalah pelajaran bahwa cinta sejati pada Rasulullah bukan hanya tentang pujian, tapi juga kesiapan berkorban.

Naik ke Jabal Uhud
Naik ke Jabal Uhud

Foto Bersama di Depan Makan Syuhada Hamzah, dkk
Foto Bersama di Depan Makan Syuhada Hamzah, dkk

Papan Informasi tentang Syuhada yang Gugur
Papan Informasi tentang Syuhada yang Gugur

Pemandangan Jabal Uhud
Pemandangan Jabal Uhud

Mampir ke Kebun Kurma di Madinah: Wisata Singkat yang Manis dan Berkesan

Salah satu agenda yang kadang dipandang sepele tapi justru paling membekas buatku selama di Madinah adalah: kunjungan ke kebun kurma. Nggak terlalu ramai dibahas, tapi buatku ini semacam oase kecil di tengah padatnya rangkaian ibadah. 


Setelah beberapa hari fokus di Masjid Nabawi, berziarah ke tempat-tempat bersejarah, aku dan rombongan travel mampir ke sebuah kebun kurma di pinggiran kota Madinah. Katanya, ini adalah salah satu kebun kurma tertua yang masih aktif, dan sering disinggahi jamaah umrah.


Awalnya kupikir ya cuma lihat pohon kurma dan beli oleh-oleh. Tapi ternyata, pengalaman di sana jauh lebih dari itu. Apa saja yang bisa dilakukan di kebun kurma?

1. Mencicipi kurma segar langsung dari pohonnya

Berhubung aku menyukai kurma, di sana aku puas mencicipi berbagai jenis kurma. Beberapa aku juga tanya-tanya ke penjual kurma tentang produksi kurma ini. Kepo banget aku ya. Secara waktu itu kita gak bisa masuk ke kebunnya langsung. Tapi di area penjualan kurma yang dibatasi pagar kawat dan dikelilingi kebun kurma. Jadi lihat kebunnya dari pagar kawat. Hehe.


2. Belanja oleh-oleh kurma dan produk olahan

Setelah mencicipi, tentu saja aku membelinya. Kurma yang kubeli adalah yang biasa kumakan yaitu kurma nabi dan kurma muda. Kurma ini kubawa hingga kembali ke Pekanbaru dan sampai pula menyebrangi laut ke tempat aku tugas untuk dibagi-bagikan.


3. Foto-foto cantik di tengah pohon kurma

Foto-foto nya gak di tengah pohon kurma sih. Di sekitar pohon kurma intinya. Karena tadi itu dibatasi pagar kawat.

Area Oleh-oleh
Area Oleh-oleh

Area Kebun Kurma
Area Kebun Kurma

Singkat banget ya beberapa hariku di Madinah ini. Mungkin jika punya waktu lebih panjang, aku bisa berkeliling lebih puas. Beberapa temanku sudah mencoba umroh mandiri. Tapi mereka sudah punya pengalaman beberapa kali umroh dengan travel. Jika di waktu lain aku punya kesempatan, aku juga ingin mencoba umroh mandiri biar lebih lama di Madinah dan hemat biaya tentunya.


Kalau kamu ingin berziarah secara mandiri, baik setelah program travel selesai atau karena ingin suasana yang lebih tenang berikutnya, beberapa tips ini bisa membantu:

1. Sewa sepeda listrik atau gunakan careem/uber

Beberapa lokasi seperti Masjid Quba bisa dijangkau dengan sepeda listrik Careem Bike atau taksi online. Sepeda cocok untuk jarak dekat dan suasana santai. Cerita tentang cara menyewa sepeda listrik ini sudah pernah aku tulis di sini ya.


2. Riset rute dan lokasi

Gunakan Google Maps untuk mengecek jarak dan arah. Beberapa tempat bisa ditempuh dengan jalan kaki pagi hari, terutama jika hotelmu dekat Masjid Nabawi.


3. Bawa air minum dan pelindung diri

Cuaca Madinah bisa sangat terik. Topi, kacamata, atau payung lipat akan sangat membantu, apalagi jika membawa anak atau lansia.


4. Cetak ringkasan sejarah tiap lokasi

Tak ada pemandu? Bawa catatan kecil tentang sejarah tempat yang akan dikunjungi. Bisa juga unduh podcast atau video pendek agar tetap terasa 'hidup'.


5. Jaga adab, jaga hati

Ziarah bukan wisata biasa. Hormati tempat. Hindari selfie berlebihan, terutama di area makam syuhada. Fokus pada perenungan dan doa.


Setelah rangkaian ziarah, aku kembali ke pelataran Masjid Nabawi. Langit Madinah menjingga. Suara azan bergema. Rasanya aku tak ingin cepat pulang. Jujur waktu itu aku takut sekali jika harus berpisah dengan Madinah dan Masjid Nabawi.


Ziarah sejarah bukan soal berapa banyak tempat yang kita datangi, tapi seberapa dalam kita menyerap maknanya. Madinah tak pernah memanggil orang sembarangan. Kalau kamu sampai di sini, percayalah, kamu adalah tamu istimewa.

 

Continue Reading

Sepeda Listrik di Madinah
Naik Sepeda Listrik di Madinah

Madinah membawa rasa haru dan tenang. Kota suci ini seperti punya ritme sendiri—pelan, damai, tapi mengalirkan energi spiritual yang luar biasa. Jika kamu berada di Madinah, rasanya kurang pas jika tidak mencoba naik sepeda listrik di sana. Di sela waktu yang terbatas selama ziarah, aku sempat merasakan pengalaman baru: keliling sekitaran Masjid Nabawi dengan sepeda listrik!


Jujur, awalnya aku nggak merencanakan sama sekali. Tapi saat melihat beberapa orang dengan tenangnya menyusuri jalanan di sekitar masjid menggunakan sepeda listrik, aku langsung berpikir: “Kenapa nggak coba juga?” Ditambah lagi waktu itu aku membawa seorang anak kecil yang terus merengek minta diberi hadiah karena hari itu bertepatan dengan hari kelahirannya. Dia minta hadiahnya adalah naik sepeda keliling Masjid Nabawi. Dari pagi hingga menjelang berangkat ke Mekkah, aku masih hiruk pikuk terkait peminjaman sepeda ini. Pasalnya adalah rekening dengan akses internasional kosong dan lupa diisi. Sementara rekening yang ada uangnya hanyalah rekening untuk akses dalam Indonesia. Di situ aku merasa panik.

Penyewaan Praktis, Tanpa Ribet

Ternyata, di beberapa titik sekitar Masjid Nabawi—terutama dekat area parkir dan trotoar sekitar hotel—tersedia sepeda listrik yang bisa disewa menggunakan aplikasi. Kebetulan tempat sewa sepeda ini ada di bagian depan penginapan kami. Aku tinggal unduh aplikasinya (waktu itu aku pakai Careem Bike). Berikut cara menyewa sepeda listrik tersebut.

1. Unduh Aplikasi Careem BIKE

  • Aplikasi ini tersedia di Google Play Store dan Apple App Store.
  • Pastikan kamu unduh aplikasi Careem BIKE, bukan aplikasi utama Careem untuk ride-hailing.

2. Registrasi Akun

  • Gunakan email dan nomor telepon aktif (nomor luar negeri juga bisa, asal bisa verifikasi).
  • Lengkapi data sesuai petunjuk (nama, metode pembayaran, dll).

3. Pilih Jenis Paket

  • Careem menyediakan beberapa opsi:
    • Single Ride (sekitar 20 menit)
    • Daily Pass
    • Weekly/Monthly Pass
  • Pilih sesuai kebutuhanmu. Untuk wisatawan, single ride atau daily pass paling cocok.

4. Cari Lokasi Sepeda Terdekat

  • Aplikasi akan menampilkan peta lokasi sepeda yang tersedia.
  • Biasanya banyak tersebar di sekitar Masjid Nabawi, terutama dekat hotel-hotel besar.

5. Scan QR Code pada Sepeda

  • Setelah menemukan sepeda, cukup scan QR code yang ada di setang.
  • Sepeda akan otomatis terbuka dan siap digunakan.

 

Cara Peminjaman Sepeda Listrik di Madinah
Cara Peminjaman Sepeda Listrik di Madinah

Hari itu aku kebetulan gak bisa menggunakan no rekeningku karena akses rekeningku tidak internasional. Ketika pendaftaran menggunakan rekening, pendaftaran membutuhkan kode CVV (ada di bagian kartu atm). Aku bolak balik minta tolong ke orang dan money charger karena anak kecil itu terus merengek. Tapi tidak ada yang bisa membantu. Sampai akhirnya ketika sudah pasrah, ada seorang abang-abang yang baru saja memarkir sepedanya.


Aku menyapanya dan menyampaikan maksudku yang dari tadi tidak bisa menyewa sepeda. Aku menawarkan untuk barter uang tunai dan non tunai. Tapi beliau justru memberikan peminjaman gratis selama akses gratis 30 menit nya saja. Beliau berpesan agar kami tidak lebih dari 30 menit karena akan terkena biaya. Alhamdulillah nya lagi hari itu memang sedang promo gratis pemakaian selama 30 menit. Ya rezeki anak kecil itu pikirku. Terima kasih abang-abang yang aku lupa namanya. Yang pasti beliau masih muda dan berasal dari Jakarta.


Kami pun akhirnya keliling-keliling sekitar 15 menit. Kami sudah cukup senang menggunakan sepeda listrik tersebut meski singkat.


Keliling Ringan Tapi Berkesan

Karena waktuku nggak banyak, aku hanya berkeliling di area sekitar Masjid Nabawi. Tapi rasanya cukup untuk sekadar menikmati suasana Madinah dari sudut yang berbeda. Aku bisa lebih cepat mencapai beberapa titik tanpa harus berjalan jauh, apalagi di cuaca yang cukup panas siang itu.


Sambil mengayuh pelan. Eh, maksudnya, sambil melaju pelan karena ini sepeda listrik, aku menikmati pemandangan dhuha hari itu. Momen singkat, tapi menyenangkan.


Tips Buat Kamu yang Mau Coba Juga

Kalau kamu nanti ke Madinah dan punya waktu terbatas seperti aku, naik sepeda listrik ini bisa jadi pilihan seru dan hemat tenaga. Ini beberapa tips dariku:

  • Unduh aplikasinya sebelum keluar hotel. Ini adalah upaya hemat waktu dan bisa langsung pakai.

  • Gunakan sepeda hanya di area yang diperbolehkan. Biasanya di luar pelataran utama Masjid Nabawi.

  • Jangan lupa top-up saldo atau siapkan metode pembayaran digital. Jangan sampai kejadian seperti apa yang aku alami.

  • Pakai alas kaki yang nyaman dan pakaian yang tidak terlalu longgar agar aman saat berkendara.

  • Pilih waktu yang adem. Seperti pagi atau menjelang maghrib, supaya nggak terlalu panas.

 

Naik sepeda listrik di Madinah mungkin terdengar sepele, tapi bagiku itu jadi pengalaman kecil yang membekas. Di sela ibadah dan ziarah, ada momen istimewa di mana aku bisa merasakan Madinah dengan cara yang berbeda, lebih santai, lebih bebas, tapi tetap penuh rasa syukur.


Kalau kamu punya waktu terbatas di Madinah, tapi tetap ingin menikmati suasana kota dengan cara praktis dan menyenangkan, sepeda listrik ini bisa jadi teman setia.

 

Satu cita-citaku alhamdulillah terwujud di akhir tahun 2024 kemarin. Cita-cita itu adalah umroh. Cita-cita yang muncul di pikiran anak kecil usia sekolah dasar hari itu. Entah darimana asal datangnya cita-cita itu. Secara keluargaku bukan keluarga sangat religius atau keluarga pondokan. Sekolahku juga hanya di sebuah sekolah dasar negeri yang ada di desa. Anehnya setelah dewasa ini aku bersyukur punya cita-cita itu sejak kecil.


Bilamana tetangga, guru, atau sesiapa kudapati kabarnya akan berangkat umroh dan haji, aku akan bersegera mendatanginya dan meminta didoakan agar punya kesempatan pula untuk umroh dan haji. Di samping itu, tak lupa pula aku minta didoakan agar hidupku senantiasa Allah ridhoi. Ketika mengetik tulisan ini aku baru sadar, kok bisa ya waktu kecil dulu aku berpikiran seperti itu? Setelah dewasa baru perlahan kupelajari keistimewaan Madinah dan Mekkah.


Pengorbanan Harta

Meski telah lama memimpikan tanah suci, aku kerap dilanda perasaan bagaiamana cara mewujudkannya. Sampai akhirnya empat hari sebelum oktober beranjak, aku menelepon mama dan mengatakan bahwa libur akhir tahun umroh saja berdua. Tapi cari jadwal yang memang sudah libur di bulan desember dan tidak mengharuskanku mengurus cuti ke dinas - dalam artian aku libur sesuai waktu saja. Jika harus menambah libur dan berurusan dengan dinas, rasanya akan riweh sekali.


Mama dan papa mencarikan info travel, jadwal dan teknis pembayaran. Hari itu juga aku langsung transfer uang muka alias DP untuk keberangkatan. Bismillah. Uang muka sudah dibayar, insyaallah Allah sehatkan dan kami berangkat umroh. Itu saja doaku hari itu. Mama memastikan betul bahwa apakah aku punya uang dan cukup untuk biaya dan hal lain yang diperlukan semasa umroh. 


Saat itu kubilang gapapa. Uang tabunganku memang bisa dibilang pas-pasan. Setelah akhirnya melunasi biaya keberangkatan. saldo rekeningku saja tinggal beberapa ratus ribu (kondisi paling kritis selama aku kerja. Heeh. Tapi aku selalu percaya atas apa yang Allah beri. Nyatanya selama ini seluruh kebutuhan hidupku Allah cukupkan. Bahkan ketika umroh saja, uang yang pas-pas itu cukup untuk jajan cantik dan membelikan oleh-oleh untuk orang terdekat. Alhamdulillah.


Selama pengurusan administrasi, meski diurus jarak jauh, alhamdulillah tidak ada kendala. Aku memang sudah punya paspor, biaya sudah dibayar, keperluan surat vaksin juga sudah, hanya manasik umroh saja yang tidak kuikuti. Berhubung akhirnya keberangkatan kami putuskan lewat Pekanbaru, bukan Batam.


Jadilah ketika libur sekolah dimulai, aku segera pulang ke Pekanbaru. Dari Pulau Kundur ini aku naik speed boat Tenggiri Exspress seperti biasanya aku pulang ke rumah dari tempat tugasku. Perjalanan ditempuh selama lebih kurang empat hingga lima jam. Setibanya di Pelabuhan Mengkapan atau disebut juga Pelabuhan Tanjung Buton, Siak, aku lanjut naik travel selama lebih kurang empat jam juga. Sampai di rumah sekitar waktu ashar atau menjelang magrib. Tergantung banyaknya penumpang dan kemacetan jalanan.


Keberangkatan

Tiga hari berada di rumah, tibalah hari keberangkatan kami. Dari rumah menuju bandara Sultan Syarif Kasim Pekanbaru hanya tiga puluh menit. Di bandara para jamaah juga berdatangan. Bandara hari itu rame sekali dengan orang seragaman, seragam travel. Bandara penuh dengan rombongan jamaah umroh. 


Aku duduk bersama rombongan dari travelku yang dari jauh sudah kutandai warna pakaian seragamnya. Mama duduk di sampingku. Sambil menunggu anggota lengkap dan pendamping rombongan kami, aku dan mama berkenalan dengan para jamaah lainnya. 


Ketika pendamping sudah hadir, kami dikumpulkan dan diberi arahan dari orang travelnya. Tak lama kemudian, kami masuk ke ruang tunggu. Papa dan adikku yang ikut mengantar, harus berpisah sementara denganku sampai di ruang tunggu luar. Sementara aku dan mama lanjut masuk ke pemeriksaan internasional. 


Di dalam kami menunggu lagi sekitar satu jam. Meski begitu, aku tak merasa jenuh karena wifi bandara dan colokan sangat oke. Begitu diumumkan pesawat yang akan membawa kami ke tanah suci sudah siap, kami pun berdiri dan terus masuk ke dalam pesawat. 


Ohiya, hari itu aku sedang berpuasa sunnah hari kamis. Sengaja aku tetap melanjutkan puasa dalam perjalanan ini karena ku ingin merasakan perjuangan berlelah-lelah puasa menuju tanah suci. Apakah aku sanggup? Hitung-hitung juga latihan jika kelak diberi kesempatan lagi umroh di bulan ramadan.


Pesawat kami djadwalkan akan transit di Singapura sekitar satu jam. Perjalanan dari Pekanbaru ke Singapura hari itu sekitar satu jam setengah. Setiba di Singapura, transit satu jam itu tidak terasa. Pasalnya berpindah dari satu gate ke gate lainnya, masuk waktu zuhur dan makan siang. Orang-orang pada makan siang dulu karena sudah dibekali sama travelnya. Aku cuman jagaain barang saja.

Trasnit di Singapura
Transit di Singapura

Di Singapura orang-orang langsung berebutan mengisi botol airnya dari keran-keran air yang disediakan oleh pihak bandara Singapura. Enaknya di bandara Singapura begitu, bisa ambil air sepuasnya dari keran-keran umum. Bukan hanya di bandara sih, di masjid dan fasilitas umum lainnya kita gak bakal kesusahan buat minum air putih.


Tak lama, kami dipanggil untuk masuk kembali ke dalam pesawat. Pesawatnya besar sekali. Yang kubayangkan saat itu adalah bagaimana menata diri untuk tetap nyaman selama perjalanan di atas sembilan jam ini. Pengalaman penerbangan terlamaku dulu pernah mencapai tujuh jam. Itu ketika aku berangkat dari Pekanbaru menuju Jayapura, Papua.


Pilot menyampaikan bahwa penerbangan menuju Jeddah akan segera dimulai. Pelan-pelan pesawat beranjak ke atas. Aku menikmati perjalanan dan pemandangan bangunan-bangunan Singapura menghilang tertutup awan. Aku komat kamit berdoa agar Allah berikan kami kesehatan dan kesempatan untuk tetap hidup. Mengingat ada banyak cerita perjalanan umroh yang aku dengar sebelumnya. Aku berdoa masih ingin umroh versi lengkap dengan keluargaku di waktu lain.

Penerbangan menuju Jeddah
Penerbangan menuju Jeddah

Tiba di Madinah

Kami tiba di bandara King Abdul Aziz, Jeddah pukul 21.30 WSA. Ketika mendengar suara pilot sebagaimana video reels instagram, hatiku melompat bahagia, berbunga-bunga. Akhirnya aku bisa mendengar sendiri kalimat pilot, "Selamat datang di bandara King Abdul Aziz, Jeddah." Aku sengaja mempersiapkan alat rekam agar bisa merekam suara pilot tersebut. Ini perjalanan mahal batinku. 


Setibanya di Jeddah, kami keluar melewati antrian panjang imgrasi, sampai akhirnya bertemu dengan akuarium raksasa yang menyambut para pengunjung. Sempat pula berfoto-foto sebentar sambil menunggu arahan pendamping rombongan dan sebagian lain ada yang ke toilet. Setelah itu kami menuju bus yang akan mengantarkan kami ke Madinah. Karena perjalanan Jeddah-Madinah juga masih jauh, akhirnya kami makan malam di dalam bus. 


Aku lupa perkara apa yang kami hadapi di rentang pukul 22.00-00.00 WSA itu hingga akhirnya pukul 00.00 WSA kami baru bisa jalan dari Jeddah menuju Madinah. Selama perjalanan kugunakan untuk tidur sejenak. Selama penerbangan, aku tidak tidur sama sekali sebab aku menunggu jadwal magrib agar bisa berbuka puasa. Lucunya hari itu, semua orang mengatakan aku sudah bisa berbuka, sementara langit di luar masih biru. Itu karena mereka cuman melihat jam mereka yang masih pengaturan Indonesia. Aku berpatokan jika langit mulai jingga dan kemudian gelap, itu baru aku bisa berbuka puasa dan melaksanakan salat magrib sekaligus jamak qashar.


Akhirnya kami tiba di Madinah sekitar dua puluh menit sebelum waktu subuh di sana. Dua puluh menit itu tak sempat apa-apa. Hanya mengantri ambil kunci kamar dan lalu memasukkan koper ke dalam kamar. Kami sempatkan berwudhu dan segera ke masjid. Itu saja kami sudah duduk di bagian terluar dengan suhu hari itu sepuluh derajat. Dingin sekali.


Masyaallah, pertama mendengar azan subuh di Masjid Nabawi hatiku bergetar. Sungguh, aku benaran berada di Madinah, tanah suci umat islam, kampung halaman nabi. Ada getar yang tak bisa kukatakan. Diantara ngiungan laron yang berterbangan, suara azan subuh itu sangat syadu. Ditambah pemandangan langit Madinah yang memang istimewa.

Masjid Nabawi
Di dalam Masjid Nabawi

Seusai salat subuh, mamaku dan rombongan lain mengajak balik ke kamar untuk istirahat. Ada jadwal rombongan yang harus diikuti. Sementara aku belum mau balik ke kamar meski tubuhku cukup lelah. Aku ingin melihat payung Masjid Nabawi terbuka. Aku ingin buat video. Maklumlah korban video reels instagram.


Benar saja, payung masjid terbuka sebelum pukul 07.00 WSA. Masyaallah indah sekali. Ditambah keindahan langit subuh itu yang beranjak naik. Setelah payung terbuka, waktu salat syuruq pun tiba. Aku sempatkan melakukannya dan setelah itu balik ke kamar. Benar saja, selama di Madinah, hanya subuh itu bisa melihat payung terbuka. Selebihnya payung sudah terbuka terus karena musim dingin telah dimulai.

Foto di bawah payung
Setelah payung terbuka

Bersambung ....






    

        

  Buah Jeruju    

    Kemarin jerawat di wajahku muncul lagi. Jerawat masih betah di wajahku. Bisa dibilang dalam sebulan itu, hanya satu minggu saja wajahku bersih dari jerawat. Seorang teman memberitahuku bahwa ia sudah lama tidak berjerawat sejak memakan buah jeruju. Penasaranlah aku kan bagaimana bentuk buah jeruju itu. Tapi aku pun tak tahu harus mencari dimana. Lalu temanku itu memberikan buah jeruju beberapa waktu setelahnya. Ia memberiku segenggam buah jeruju yang dipetiknya dari pohon di dekat Pantai Gading. Pantai Gading adalah salah satu nama Pantai di daerah tempat tinggalku yaitu di Pulau Kundur, Kabupaten Karimun, Provinsi Kepulauan Riau.  

     Ketika memegang buah jeruju di sekolah, beberapa teman guru lainnya menghampiri dan mengatakan bahwa buah jeruju banyak manfaatnya. Aku saat itu hanya bilang bahwa aku disarankan mencoba memakan buah jeruju agar jerawat di wajahku tidak meradang. Bismillah ya selagi itu produk alami, insyaallah aku coba. Sok tau nya aku, kukunyahlah buah jeruju itu. Ternyata pahit minta ampun. Rupanya tidak perlu dikunyah, hanya perlu ditelan. Kalau ditelan tidak terasa pahitnya.

Mengenal Jeruju

     

Jeruju di Hutan

       Jeruju merupakan flora yang berkembang secara alami di kawasan pesisir, tepi aliran air, dan wilayah berlumpur yang memiliki tanah basah berharga. Buah Jeruju memiliki bentuk oval dan terdapat sejumlah biji kecil berwarna abu-abu putih di dalamnya.

        Jeruju memiliki nama ilmiah acanthus ilicifolius. Jeruju merupakan tumbuhan semak dari keluarga Acanthaceae. Tumbuhan ini berasal dari Australia, Australasia, dan Asia Tenggara. Tumbuhan ini biasanya digunakan untuk mengobati asma dan rematik.

Morfologi Tanaman Jeruju:

Bagian Tanaman

Deskripsi

Batang

Berkayu, tegak, sering bercabang. Warna hijau keunguan.

Daun

Menyerupai daun holly (berduri di tepi), tebal, kaku, dan berwarna hijau tua.

Bunga

Ungu kebiruan, tersusun dalam malai (inflorescence).

Buah

Berwarna hijau saat muda, menjadi coklat saat tua. Bentuk bulat telur agak pipih, berisi 2–4 biji.

Akar

Akar serabut, bisa tumbuh baik di tanah berlumpur (mangrove)

 

Kandungan dan Komponen Aktif dalam Jeruju

        Tanaman jeruju, terutama bagian daun dan buahnya, diketahui mengandung berbagai senyawa bioaktif yang memiliki efek farmakologis. Berikut ini uraian kandungan dan fungsinya:

 1. Flavonoid

  • Fungsi: Antioksidan kuat yang menangkal radikal bebas.
  • Manfaat: Membantu mengurangi peradangan, mempercepat penyembuhan luka, dan memperbaiki kerusakan sel kulit.
  • Terkait jerawat: Flavonoid menekan aktivitas bakteri penyebab jerawat seperti Propionibacterium acnes.

2. Tanin

  • Fungsi: Antimikroba dan astringen (mengencangkan kulit).
  • Manfaat: Membunuh bakteri, mengecilkan pori-pori, dan mengurangi produksi minyak berlebih.
  • Terkait jerawat: Sangat efektif untuk meredakan jerawat meradang.

3. Saponin

  • Fungsi: Pembersih alami dan antioksidan.
  • Manfaat: Membersihkan pori-pori dari minyak dan kotoran, serta memperkuat sistem kekebalan kulit.
  • Terkait jerawat: Mencegah timbulnya jerawat baru.

4. Alkaloid

  • Fungsi: Antinyeri, antibakteri, dan antiinflamasi.
  • Manfaat: Mengurangi rasa gatal, perih, dan nyeri di area kulit berjerawat.
  • Terkait jerawat: Meredakan efek inflamasi dari jerawat meradang.

5. Terpenoid

  • Fungsi: Antioksidan, antitumor, dan antiinflamasi.
  • Manfaat: Menghambat pertumbuhan mikroba dan menjaga keseimbangan kulit.
  • Terkait jerawat: Membantu mencegah infeksi sekunder akibat jerawat pecah.

6. Polifenol

  • Fungsi: Antioksidan dan antiradang.
  • Manfaat: Melindungi jaringan kulit dari kerusakan sel.
  • Terkait jerawat: Mengurangi kemerahan dan pembengkakan.

   Berdasarkan penelitian oleh Nusaibah (2021) dalam artikelnya yang berjudul Pemanfaatan Ekstrak DaunJeruju (Acanthus ilicifolius) sebagai Bahan Aktif Krim Anti Acne menunjukkan bahwa ekstrak daun jeruju dapat digunakan sebagai bahan aktif dalam krim anti-jerawat. Kandungan tanin dalam jeruju berperan sebagai antibakteri dan antiinflamasi, yang efektif dalam mengatasi jerawat.

   Terjawab sudah tanda tanyaku apa kandungan di dalam buah jeruju yang dapat mengatasi jerawat. Hasilnya di wajahku bagaimana? Kita lihat perkembangan selanjutnya ya :)


Jeruju si Penumpas Jerawat

by on April 14, 2025
                 Buah Jeruju           Kemarin jerawat di wajahku muncul lagi. Jerawat masih betah di wajahku. Bisa dibilang dalam sebulan i...

 

RAMADAN

Mendengar bulan ramadan, kita pasti akan langsung teringat dengan ibadah puasa dan waktu memperingati wahyu pertama kali turun. Semua manusia berbondong-bondong untuk menjadi lebih taat karena tahu bahwa bulan kesembilan dalam kalender hijriah ini merupakan bulan semua amal dilipatgandakan pahalanya oleh Allah. Memang seharusnya bulan ramadan menjadi kesempatan untuk meningkatkan kualitas diri.


Momen untuk Mengubah Pola Hidup

Di bulan-bulan lainnya, kita terbiasa hiruk pikuk seakan diatur oleh waktu. Padahal setiap kita memiliki total waktu yang sama yaitu dua puluh empat jam. Tapi kita sadari, terkadang kita lalai melaksanakan salat karena masih diburu pekerjaan, di perjalanan dan seabrek kegiatan dunia lainnya. Kita seakan tidak bisa melepaskan diri sebentar saja untuk mendahulukan salat wajib.

Selain itu, kita juga mungkin terbiasa santai dan menunda pekerjaan yang sekiranya masih memiliki deadline yang cukup panjang. Tanpa disadari, tiba-tiba hari berganti. Kita sibuk dengan perkembangan dunia di sosial media. Terkadang lupa bahwa ada anak, istri, suami atau orang tua yang seharusnya lebih banyak kita beri perhatian.

 Apakah itu semua masih kita lakukan selama ramadan ini? Marilah sejenak kita merenunginya. Selayaknya ramadan ini adalah waktu untuk kita kembali menata diri, mengubah pola hidup dan kebiasaan buruk kita menjadi lebih baik.


Momen untuk Memfokuskan Diri

      Adanya puasa di bulan ramadan ini menuntut kita untuk dapat memanfaatkan waktu sebaik mungkin. Kapan waktunya kita tilawah alquran, salat, belajar, bekerja dan lainnya. Saking terbatasnya waktu ini, kita perlu melatih konsentrasi dan fokus diri dalam melakukan kegiatan. Kita harus bisa mengelola energi dalam diri agar tetap konsisten berkegiatan

      Kita harus memiiliki manajemen waktu yang lebih baik agar ibadah, produktivitas dan Kesehatan tetap dapat berjalan dengan seimbang. Ramadan melatih kita bagaimana ibadah kita semakin berkualitas tapi kita juga dapat terus berkembang.


Momen untuk Refleksi dan Resolusi

        Ramadan berlangsung sebagaimana bulan lainnya sekitar dua puluh sembilan hingga tiga puluh hari. Banyaknya pahala yang ditawarkan selama ramadan, hendaknya menjadi momen refleksi dan resolusi. Merefleksi hari yang telah berlalu sebelum ramadan, mentaubatinya dan kemudian menjadikannya sebagai hikmah untuk hari ini. Ramadan menjadikan diri lebih taat. Setelah itu membuat resolusi bagaimana latihan selama ramadan tetap bisa berlanjut di bulan berikutnya. Perbaikan diri pasca ramadan merupakan produk dari diterimanya sebuah amal.

        Ibnu Rajab Al-Hambali mengatakan,

“Membiasakan puasa setelah puasa Ramadan merupakan tanda diterimanya amal puasa di bulan Ramadan. Sesungguhnya Allah jika menerima suatu amal hamba, maka Allah beri ia taufik untuk melakukan amal shalih setelahnya.”

 

MASJIDIL HARAM
Dokumentasi Pribadi

Atas izin Allah di akhir Desember 2024 yang lalu, aku dan mama mendapat kesempatan umroh untuk pertama kalinya. Sebuah perjalanan spiritual yang sebenarnya sudah lama aku impikan. Sejak kecil sekitar SD tepatnya aku sudah menyebut-nyebut ingin umroh dan haji tiap kali ada guru atau tetangga yang berangkat. Aku rela mendatangi, meminta doa dan mencium tangan mereka. Saat itu aku pun belum tahu apa manfaat yang kudapat jika aku umroh dan haji. Yang kutahu hanyalah Mekkah dan Madinah adalah dua kota suci umat islam.

Sesampainya di tanah suci, baru aku tahu bahwa begini rupanya kenapa manusia berbondong-bondong untuk berulang kali kembali ke Mekkah dan Madinah. Umroh ternyata memang ibadah penuh pengorbanan berupa pengorbanaan harta, fisik dan keyakinan.

 

1. Keistimewaan Madinah

Madinah memiliki nama lengkap al-Madinah al-Munawwarah artinya adalah kota yang bercahaya atau kota yang cemerlang. Madinah adalah merupakan kota suci yang mana di kota tersebut terdapat dua dari empat masjid paling suci tempat Nabi Muhammad beribadah yaitu Masjid Nabawi dan Masjid Quba.

Masjid Nabawi adalah masjid terbaik setelah Masjidil Haram. "Salat di Masjidku ini lebih baik dari seribu salat di masjid lain, kecuali Masjidil Haram."[HR.Bukhari dan Muslim]. Di Masjid Nabawi ini terdapat Raudah. Raudah adalah salah satu diantara taman surga. Nabi bersabda."Lokasi yang berada diantara rumahku dan mimbarku adalah salah satu dari taman surga.[HR.Bukhari dan Muslim]

Selain itu, terdapat pula Masjid Quba. Masjid Quba adalah masjid yang pertama kali dibangun oleh nabi. Rasulullah bersabda dalam hadits yang diriwayatkan dari Sahal ibnu Hunaif: "Barang siapa yang keluar untuk mendatangi mesjid ini—Mesjid Quba—kemudian shalat di dalamnya, maka ia mendapatkan pahala seperti pahala umrah." [HR. An-Nasâ'i]. Dalam hadits lain yang diriwayatkan dari Usaid ibnu Zhuhair, Nabi juga bersabda, "Shalat di Mesjid Qubâ` laksana umrah." [HR. At-Tirmidzi]

 

2. Keistimewaan Makkah

Makkah berasal dari kata "imtakka', yang artinya mendesak atau mendorong. Kota ini disebut Makkah karena manusia berdesakan di tempat tersebut. Di Makkah terdapat Ka’bah yang merupakan kiblatnya umat muslim. Rasulullah SAW bersabda, "Tidak ada satu pun negeri melainkan akan diinjak Dajjal, kecuali Makkah dan Madinah. Tidak satu pun lorong menuju kota tersebut, kecuali di sana terdapat para Malaikat yang berbaris, menjaga kota tersebut." (HR. Al-Bukhari). Salat di Masjidil Haram pahalanya serratus ribu kali salat di masjid lain.

Dari Jabir, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Shalat di masjidku (Masjid Nabawi) lebih utama daripada 1000 shalat di masjid lainnya selain Masjidil Harom. Shalat di Masjidil Harom lebih utama daripada 100.000 shalat di masjid lainnya.” [HR. Ahmad dan Ibnu Majah]

 

 

Sawitri dan Tujuh Pohon Kelahiran

Novel Sawitri dan Tujuh Pohon Kelahiran adalah salah satu novel terbaik karya Mashdar Zainal, seorang penulis yang baru saja menyelesaikan program residensi dari Badan Bahasa Kemdikbud di Kabupaten Karimun Agustus 2024 lalu. Saya memperolehnya dari beliau langsung ketika beliau mengunjungi sekolah kami. Tak lama lagi karya terbaru hasil residensinya juga dapat dinikmati dan menambah kekayaan nilai kehidupan melalui sastra. Novel yang mendapatkan penghargaan Acarya Sastra Badan Bahasa pada 2017 ini menyuguhkan cerita yang menggugah, menyentuh dan sarat akan nilai-nilai kehidupan yang masih sangat relevan hingga hari ini. Melalui novel ini, penulis mengajak pembaca untuk merenungi makna kehidupan yang sesungguhnya secara menarik melalui simbolisme pohon-pohon yang hidup bersama dengan tokohnya.

 Simbolisme Pohon sebagai Cermin Jiwa Manusia

Pohon semakin matang, semakin tua, akan semakin indah dan semakin kuat. Tapi manusia tidak. (Hal 110).

Pohon dalam novel ini digunakan sebagai simbol representasi perjalanan hidup Sawitri, sang tokoh utama yang memiliki tujuh orang anak. Setiap anak yang lahir dihadiahi sebuah tanaman berupa pohon yang diberi nama serupa dengan nama anaknya. Kehidupan, seperti yang digambarkan melalui pohon-pohon dalam cerita ini, adalah tentang pertumbuhan, perubahan, dan pencarian makna. Setiap pohon yang diceritakan menggambarkan tahapan hidup manusia mulai masa kanak-kanak yang penuh harapan, masa dewasa yang penuh tantangan, hingga masa tua yang dipenuhi kebijaksanaan dan refleksi.

Pohon pertama, pohon Sumaiyah, si pohon mangga tua yang melambangkan kebijaksanaan dan kemurahan hati. Mangga yang matang memberikan buah yang manis dan lezat, tetapi juga hanya jatuh ketika siap, seperti kebijaksanaan yang matang hanya bisa diperoleh melalui pengalaman hidup yang panjang. Layaknya kisah Sumaiyah si anak pertama dalam novel ini. Pohon kedua, pohon Sumitrah, si pohon flamboyan yang dikenal dengan bunga-bunganya yang berwarna cerah dan mencolok. Ini melambangkan keindahan, keceriaan, dan semangat hidup yang kuat. Meskipun berbunga indah, pohon ini tetap kuat menghadapi musim kering, mengajarkan tentang keuletan dalam menghadapi masa-masa sulit.

Pohon ketiga, pohon Subandi, si pohon asam. Meskipun buahnya terasa asam, pohon ini memberikan banyak manfaat. Ini menggambarkan bahwa dalam kehidupan, tidak semua yang pahit atau asam itu buruk, justru bisa memberikan manfaat yang tak terduga. Pohon ini mengajarkan kita untuk melihat sisi positif dari hal-hal yang tampak tidak menyenangkan dan bertahan melalui segala kondisi. Pohon keempat, pohon Sularsih, si pohon sawo. Buahnya yang manis dan kulit yang keras, melambangkan ketulusan dan kelembutan yang tersembunyi. Pohon sawo mengajarkan kita untuk tidak menilai sesuatu hanya dari luar, tetapi lebih mendalami dan menghargai kebaikan yang ada di dalamnya.

Pohon kelima, pohon Sukaisih, si pohon salam. Daun salam sering digunakan sebagai bumbu masakan, menambahkan aroma dan rasa pada makanan. Ini melambangkan peran yang mungkin kecil tetapi sangat penting dalam menciptakan harmoni dan keseimbangan. Pohon salam mengajarkan kita bahwa setiap individu, meskipun terlihat sederhana atau kurang menonjol, memiliki peran penting dalam kehidupan. Kehadiran dan kontribusi kita, sekecil apa pun, dapat memberikan pengaruh positif yang besar. Pohon keenam, pohon Sunardi, si pohon jamblang. Buahnya yang berwarna ungu tua dan rasa yang khas mengajarkan kita untuk berani menunjukkan identitas dan kepribadian kita tanpa harus menyamakan diri dengan orang lain. Pohon ketujuh, pohon Sundari, si pohon ketapang. Pohon ketapang dikenal dengan daun-daunnya yang lebar dan teduh, serta akarnya yang kuat. Pohon ini mengajarkan pentingnya memberikan perlindungan dan rasa aman kepada orang-orang di sekitar kita, tetap kokoh dalam prinsip dan keyakinan kita meskipun diterpa badai kehidupan serta melepaskan hal-hal yang tidak lagi diperlukan untuk pertumbuhan baru.

Masing-masing pohon memiliki fase hidup nya tersendiri. Bagaimana pohon tersebut bertumbuh hingga mati, adalah kisah perjalanan manusia mulai lahir hingga kembali kepada Sang Pencipta. Novel ini sarat ajakan untuk menghargai setiap fase kehidupan dan menemukan keseimbangan yang harmonis dengan alam untuk mencapai kebahagiaan dan kedamaian batin.

Nilai-nilai Kehidupan dalam Novel

Menanam itu memberi kehidupan, dan merawat apa-apa yang kau tanam kemudian melihatnya tumbuh itu seperti menyaksikan keajaiban. (Hal 33)

Membaca novel ini membuat pembaca berkali-kali merenung. Tidak ada hal yang lebih penting dalam hidup ini selain menanam dan terus saja menanam. Tanpa perlu khawatir nantinya apakah yang kau tanam akan memberikan keindahan atau tidak dan apakah nantinya yang kau tanam akan memberikan kebaikan atau tidak. Itulah cinta tulus orang tua kepada anaknya, yang seiring waktu akan terus bertumbuh dan menemui takdir hidupnya masing-masing. Tentang anak yang telah dibekali modal kehidupan melalui nilai-nilai yang ditanamkan oleh orang tua, pada akhirnya akan mengalami kerentaan.

Kerentaan adalah waktu dimana engkau dapat meralat setiap keburukan dan menjadikan hidupmu lebih sempurna. (Hal 113-114)

Tak ada yang sia-sia dari proses menanam, merawat hingga melihat tumbuhnya kehidupan. Setiap pengalaman, baik itu manis maupun pahit, adalah bagian dari proses pertumbuhan kita sebagai manusia. Pohon-pohon yang digambarkan dalam cerita ini seolah-olah berbisik kepada kita untuk lebih peduli dan lebih bijaksana terhadap diri sendiri dan alam semesta.

Dengan gaya penulisan yang sederhana namun penuh makna, penulis yang di sosial media nya mencantumkan bahwa ia adalah pengagum pohon ini, mampu menyentuh hati dan pikiran pembaca melalui karya nya. Sawitri dan Tujuh Pohon Kelahiran bukan hanya sebuah novel, tetapi juga sebuah pelajaran hidup yang akan selalu relevan sepanjang masa.