MIMPI MENJADI PENULIS


Aku dulu tidak begitu mengenal siapa itu yang layak dikenal sebagai PENULIS. Sebagaimana hari ini aku akhirnya mengerti tentangnya. Bahkan sangat memimpikan bisa menjadi penulis terkenal seperti Buya Hamka yang karyanya hingga kini abadi. Atau seperti Habiburrahman, yang terkenal dengan novel-novel islami. Yah, karena dulu bagiku waktu adalah membaca, membaca dan membaca. Kalau pun ada kegiatan ilmiah lain di luar membaca, ialah lomba. Lomba yang berhadiah benda-benda lucu yang sangat ku inginkan untuk melengkapi koleksi-koleksi barangku.

Kenalnya aku dengan PENULIS dan dunia kepenulisan ternyata adalah sejak SMP. Aku baru sadar ternyata apa yang aku lakukan selama ini adalah bagian dari menulis, terutama menulis buku harian pribadi dan buku harian genk-ku. Yah, isinya berupa kata-kata puitis yang bertabur dengan majas dan kini ku ketahui bahwa itu bisa dikatakan puisi.
Aku memang suka menulis sejak kecil. Menulis apa saja yang ku senangi. Menulis bebas tanpa peduli aturan penulisan yang ternyata harus menjadi perhatian penting bagi seorang penulis. Itu sih masalah teknis penulisan lanjut. Bagi pemula, ku sarankan kalian tetap eksis menulis apapun yang kalian senangi dan tentunya tulisan kalian itu berguna bagi siapa saja yang nantinya akan membaca. Yang jelas, aku senantiasa meraih nilai tertinggi dalam hal menuliskan cerita karena aku hobi sekali menulis catatan harian.

Sekarang aku akan bercerita tentang proses menulisku kepada kalian. Semoga dengan tulisan ini dapat kembali memotivasi diriku pribadi untuk semangat menulis dan juga kalian.
Kalian kenal Chairil Anwar? Kahlil Gibran?
Mereka ada penulis-penulis yang aku kagumi. Aku terpesona dengan puisi-puisinya Chairil Anwar dan juga kisah-kisah roman lagi puitisnya Kahlil Gibran. Aku rela-rela menyisihkan uang jajan untuk bisa membeli buku kumpulan puisi Aku ini binatang jalangnya Chairil Anwar dan buku-buku Kahlil Gibran yang tak boleh ku tinggalkan. Berasa makan permen. Manis dan membahagiakan.

Ada juga penulis puisi yang aku miliki bukunya ketika masih SMP yaitu Amir Pane. Sampai sekarang pun aku masih belum mengerti apa isi puisinya itu. Mungkin karena ilmuku masih sedikit kali yah. Tapi buku yang ini ku biarkan saja.
Ketika aku duduk di kelas 3 SMP aku mendapatkan hadiah novel berjudul Eiffel I’m in love. Novel itu ku baca dari jam 5 sore hingga jam 12 malam. Sengaja lembur. Luar bisaa ketertarikanku pada novel. Eh, kemudian itu novel di filmkan. Betapa senangnya diriku. Di televisi juga banyak berita muncul tentang bagaimana boomingnya novel itu dan kisah  penulisnya. Jadilah aku membayangkan suatu hari nanti aku bakal bisa menggantikan posisinya. Setelah novel itu, hampir tiap bulan aku dikirimi novel-novel remaja islami karya Irfan hidayatullah yang saat itu masih menjabat sebagai ketua Flp pusat, Pipit senja dan anak-anaknya yaitu Adzimattinur dan Haekal Siregar. Wah, satu marga nih! Pikirku.

Karena sering membaca novel-novel dan cerpen-cerpen di majalah langganan, aku jadi tertarik menulis cerpen dan novel. Aku coba-coba saja menulis namun hanya untuk diri pribadi. Aku sengaja menulis dalam sebuah buku dan kemudian ku persilahkan teman-teman sekelas untuk membaca tulisan-tulisanku. Akhirnya mereka pun pada ngikutan membeli buku tulis kosong dan berlomba-lomba denganku untuk menulis. Ceritanya saat itu berlomba-lomba siapa yang paling banyak menghasilkan tulisan baik puisi ataupun cerpen. Alhamdulillah, aku masih bertahan di posisi teratas.

Ketika SMA, guru les bahasa inggrisku yang juga guru agama saat di SMP ternyata adalah orang yang sangat gemar membaca. Itu ditularkannya kepada kami muridnya. Aku pun dipinjami novel pudarnya pesona Cleopatra, ayat-ayat cinta dan hapalan shalat Delisa yang ternyata semuanya itu baru dibaca oleh teman-temanku ketika di perguruan tinggi. Itu pun karena booming filmnya.
Kalian bisa lihat proses menulisku yang hanya karena membaca. Kalian juga bisa melihat bacaanku sejak kecil yang kemudian berubah hingga aku seperti sekarang. Ku pikir ini adalah suatu pola penggiringan dalam proses menulis. Ketika habis membaca buku aku kemudian menulis dan tulisan yang aku hasilkan tidak jauh beda dengan tulisan yang aku baca sebelumnya. Mungkin ini yang dibilang orang bahwa kalau kita cendrung menyukai karya seseorang, besar kemungkinan kita akan mengikuti gayanya berkarya sambil berjalan mencari identitas diri sendiri. Itu adalah jalan yang bagus. Dan masih ku ingat kata seorang profesorku bahwa “penulis yang baik adalah pembaca yang baik.” Sejak saat itu aku terus memaksa diriku untuk rajin membaca agar kualitas tulsianku makin baik karena aku sangat ingin menjadi seorang penulis islami terkenal seperti yang kalian ketahui.

Alhamdulillah, meski aku belum memiliki karya pribadi seperti teman-temanku yang lain, aku sudah bisa punya antologi sekitar 3 buah dan itu cukup menggembirakan. Setidaknya membalas jasa menulisku ke beberapa media yang tak kunjung dimuat. Ke depan, aku berharap bisa lebih baik lagi dan menghasilkan karya pribadi. Sekarang kerjaku hanya nongkrongin laptop dan berusaha menulis dan aku hanya publish tulisanku di blog. Mana tau nasibku seperti Raditya Dika. Karena isi blognya itu, dan ada yang tertarik untuk membukukannya. Aku percaya, takdir aku dan kita sudah ada jalannya masing-masing. Insyaallah sekarang aku tidak begitu bersedih lagi ketika tulisanku tidak dimuat di Koran atau media lain yang ku kirimi. Sekalipun aku telah belajar cukup banyak tentang kepenulisan dan hasilnya belum seperti apa yang aku harapkan, toh aku dulu hanya mengenal buku harian saja. Dan sekarang semangatku harus terus aku bangkitkan sebagaimana aku mewajibkan atas diriku sendiri untuk terus menulis harian setiap harinya seperti yang ku lakukan sejak dulu.

Bedanya, jika dulu aku menulis di banyak buku dengan gambar-gambar lucu lagi berkunci, kini aku cukup membuka laptop dan kemudian mengetik apapun yang aku pikirkan setiap harinya. Dari pada curhat di media sosial dan diketahui banyak orang, mending aku curhat sama benda ini. Tak mengapalah meski kini ide-ide yang ku tuliskan tiap hari tak kunjung menjadi sesuatu yang ada akhirnya. Aku yakin nanti ada masanya semua ide-ide itu bersatu padu dan akhirnya menjadi sebuah karya fenomenal. Amiiin.
Kalau kalian mau mengintip catatan-catatan harianku bisa mampir ke www.cobacobamenulis.blogspot.com. Sekiranya kalian berbaik hati membacanya dan kemudian memberikan komenta di bawahnya, aku semakin merasa bahagia dan mengucapkan terimakasih yang tak terhingga. So, ku rasa ini dulu deh ceritaku kali ini.


1 komentar:

  1. duh, tersindir saya:D
    "Dari pada curhat di media sosial dan diketahui banyak orang, mending aku curhat sama benda ini"

    BalasHapus

Udah baca kan? Kasih komentar ya biar kedepannya makin baik lagi. Terima kasih.