Jujur yah, sebenernya aku bingung mau nulis apa. Ide itu ada banyak di kepalaku. Tapi entah mengapa, dalam dua hari ini seperti gak fokus begitu. Ada memang masa-masanya seperti itu. Tiba-tiba kita kehilangan fokus. Bukan berarti pikirannya kosong yah. Kalo kosong itu berbahaya. 

Seperti orang yang banyak kerjaan tapi gak tahu mau mengerjakan yang mana. Badan tiba-tiba berasa melayang dan ringan. Tapi perasaan resah dan gelisah. Megang apa-apa rasanya berat. Pheuuuf...!

Efek banyak pikiran ini. Jadi linglung. But, whatever, live must go on. Apapun masalah dan pikiran yang banyak itu, cepet-cepet balik ke keadaan awal. Jangan sampai kita justru semakin terpuruk. Ingat kembali mimpi-mimpi kita. Ingat lagi orang-orang tersayang kita. Ingat lagi semua perjuangan yang telah kita lewati. Ingat lagi suka duka yang pernah kita rasakan. 

Besok udah februari aja. Hoooaaaa...harus lebih baik lagi nih. Well, keep fighting. Live must go on!

LIVE MUST GO ON

by on Januari 31, 2017
Jujur yah, sebenernya aku bingung mau nulis apa. Ide itu ada banyak di kepalaku. Tapi entah mengapa, dalam dua hari ini seperti gak fokus b...
Sekarang aku yakin bisa mengatakan hal itu, guys! Kenapa? Bukan karena aku sudah semakin sering menulis. Tetapi karena aku mulai menyederhanakan pikiranku tentang menulis itu sendiri. 

Maksudnya gimana?
Waktu sekolah kamu sering gak dikasih tugas mengarang oleh gurumu? Kalau pernah, itu artinya sama saja dengan menulis. Mengarang dan menulis itu sama. Sama-sama kegiatan membuat sebuah tulisan. Apakah itu benar hasil karangan/imajinasi kamu ataukah benaran hasil dari pengalaman kamu.

Bener juga ya?
Iyah. Semakin aku menyederhanakan pola pikirku tentang menulis itu sendiri, semakin banyak tulisan yang aku bisa hasilkan. Sama seperti tulisanku kali ini. Tiba-tiba aja nongol di kepala dan i must write it quickly. Aku takut tiba-tiba tulisan ini gak jadi karena keburu hilang ide dan hilang semangat. Maklum masih pemula. Harus banyak-banyak latihan menulis.

Cerita lagi dong biar semangat menulis.
Oke. Kita emang boleh banget bermimpi tinggi. Misal nih ya, saya akan menulis sebuah buku atau novel yang ketika pertama terbit langsung jadi booming. Dicetak berkali-kali dan kemudian diangkat ke film layar lebar. Itu sebuah motivasi yang luar biasa agar kita terus semangat dalam menulis. Dan anggap itu bagian dari doa kita. But, jangan sampai nih yah justru saking kebelet pengen dapat hasil seperti itu, kita cuman ngimpi doang dan mimpinya cuman hanya jadi dalam kenyataan. Ketika ditanya, mana tulisan kamu? Satu halaman saja. Kita cuman menyeh-menyeh bilang,”Belum siap, Kak. Belum siap, Bang.” Itu namanya beneran mimpi.

So, gimana dong?
Ya nulis. Aku juga tipe orang yang berangkat dari mimpi-mimpi besar itu. Kalau dipikir-pikir secara realistis yah. Aduh, rasa-rasanya seperti pungguk rindukan bulan. Jauh banget. Nulis juga masih asal-asalan dan masih ikut-ikutan. Parahnya, masih mood-moodan. Sampe aku tuh suka ngasih punishment sama diri sendiri.

Bertahun-tahun aku belajar menulis yang baik dan keren. Ga jadi-jadi. Semua tulisan berada dalam ambang kebimbangan. Aku php pada diri sendiri jadinya. Lebih sakit daripada di-php-in sama orang #bukancurhat. Itu kenyataannya. Pas liat teman mengeluarkan buku dan novel baru, aku ngiri tingkat dewa. Kepanasan dan kehujanan. Semua rasa jadi satu. Orang udah bisa bawa pesawat, aku bawa mobil aja belum bisa #bukancurhat.  

Akhirnya?
Belum berakhir. Meski aku pasrah dalam keadaan yang diakibatkan oleh diriku sendiri. Aku coba evaluasi diri dan meluruskan orientasi dan ambisiku dalam menulis.

Orientasi? Ambisi? Apalagi tuh?
Sabar. Aku bakal sering-sering cerita ke kamu tentang semangat bangkitnya aku di 2017 ini. Kamu pantengin aja terus tulisan-tulisanku di blog, fb , twitter ato dimanalah itu. Seperti yang aku bilang di awal, dulu orientasiku berazazkan mimpi-mimpi itu ya terkenal dan bisa menghasilkan uang. Hobi yang mungkin bisa jadi profesi utama. Yang kemudian bikin aku capek sendiri. Banyak ngayalnya aku waktu itu. Sampe sekarang juga suka ngayal sih. Heheh.

Tanpa sadar diri waktu itu aku langsung bikin mimpi yang tinggi banget. Gak salah bermimpi tinggi itu. Hanya saja waktu itu aku belum mempersiapkan step by step nya secara detil. Aku kudu ngapain buat meraih mimpiku itu dan kudu minta bantuan sama siapa. Jadilah jalan tanpa arah. Ambisi? Yah, aku sangat berambisi bisa jadi penulis. Kalo katanya Pak Arswendo Atmowiloto dalam bukunya Mengarang itu gampang, menulis skenario dan laku (bukunya aku beli di bazar di Suzuya A.Yani), ambisi itu penting. Artinya kamu masih serius mau jadi penulis. Makanya aku bertahan dan bersabar. 

Bener juga ya?
Aku lanjut cerita ya.

Lanjut deh!
Aku oret-oret dah tuh buku catatanku. Trus bolak balik buka halaman di word. Satu halaman berhenti. Buka lagi. Satu halaman baru. Berhenti. Gitu terus. Aku biarin aja mengalir. Yang satu halaman-satu halaman itu tetep aku simpan. Mana tau aja berguna. Teringat pesan dari hampir semua penulis ternama negeri ini, apa yang dapat kamu tuliskan saat itu, tuliskan saja. Simpan rapi. Nanti suatu hari bakal berguna.

Setelah itu, aku bikin strategi baru. Bikin target baca buku banyak-banyak dalam sebulan. Buku apapun itu. Berapa banyak? Yang jelas lebih banyak dari sebelum-sebelumnya. Aku gak ingat berapa buku yang aku baca. Selagi setiap hari baca buku dan dalam tiga-empat hari bisa nuntaskan baca buku lalu baca buku lain lagi. Atau bahkan dalam sehari aku bisa menuntaskan sebuah novel. Kurasa itu sudah lebih banyak dari bacaanku tahun sebelumnya. Sekarang juga makin rajin beli buku dan dibaca.

Jadi kudu sering-sering beli buku?
Ya enggak juga. Kalau ada duit alhamdulillah. Kalo enggak ya kan bisa pinjem teman. Atau buka-buka lemari buku kamu. Mana tau ada buku-buku lama yang belum kamu baca. Kalau enggak ya jalan aja ke toko buku. Baca-baca sinopsis buku orang. Hitung-hitung nyari semangat dan inspirasi menulis. Sambil terus doa, semoga suatu hari nanti bukuku bisa nampang di toko buku ini. Aamiiin.

Oh gitu?
Alhamdulillah sekarang aku lebih legowo dalam menulis. Ya aku gak peduli aku mau menulis apa dan apa kata orang. Aku nulis ya nulis aja. Masalah bagus enggaknya kan relatif. Tergantung siapa yang membaca tulisan kita. Kalau dia suka ya alhamdulillah. Kalau gak suka ya gapapa. Kita terus lanjut nulis.

Jadi semangat nih, Kak!
Bagus dong. Aku seneng dengernya. Kita sama-sama semangat menulis ya. Mudah-mudahan perlahan tapi pasti, atas izin allah, mimpi-mimpi yang lain itu bakal tercapai dengan sendirinya. Sadar atau tidak sadar.

Siippp...
Ada hal yang kudu kamu ingat juga. Pada akhirnya kita akan meninggal dunia. 

Iiih kok ngomong gitu sih, Kak. Serem tauuu...
Jangan dipotong dulu. Tak dipungkiri. Sembunyi di tempat manapun kita bakal meninggal dunia. So, apapun yang kita lakukan semuanya bakal dipertanggung jawabkan di akhirat kelak. Jadi, tulislah hal yang baik-baik, yang mengajak orang pada kebaikan, yang memberikan pencerahan, yang memberikan semangat dan motivasi kepada orang lain untuk sama-sama berbuat baik. Insyaallah itu juga sebagai amal kita, mudah-mudahan bisa memperberat timbangan kita menuju perjumpaan abadi dengan sang pencipta kita.

Kak, aku mau nangis.
Nangis aja selagi nangis itu gratis. Kan repot kalau nanti ada undang-undang kalau nangis itu berbayar. Apalagi sampe ada nangis pra bayar dan pasca bayar. Emang listrik? Udah ya, udah pegel nih. Tak terasa udah empat halaman padahal niatnya cuman satu halaman aja. Susah kalau udah mulai nulis panjang gini. Jadi gak mau berhenti. Doakan novelku bisa cepet kelar.

Tunggu. Masih ada yang mau kutanyakan.
Apaan?

Satu aja. Boleh ya!
Yaudah cepetan.

Aku tuh suka moody. Gimana dong?
Kayaknya kamu butuh teman.

Aku punya banyak teman. Tapi temanku pada gak suka nulis.
Teman itu emang banyak. Namun kalau kasusnya kayak kamu gini, berarti kamu kudu nambah teman yang juga bisa saling memotivasi kamu biar semakin semangat menulisnya. Kamu persis kayak aku, deh.

Nyari temannya dimana dan kayak mana?
Yaelah pake nanya lagi. Ya cari teman yang sama-sama suka nulis dan punya obsesi buat jadi penulis. Kalau kamu nanya sama aku, kamu bisa gabung sama komunitas atau organisasi kepenulisan. Kalau aku udah nyaman di Forum Lingkar Pena (FLP). Tahu gak?

FLP? Aku tahu. Kayak Kang Abik, HTR, Sinta Yudisia, Afifah Afra daaaan....
Good. Mereka itu semua idola aku tauuuu...tulisannya keren-keren. Nah, FLP itu udah ada dimana-mana. Jadi kalau kamu tinggal dimanaaaa gitu bisa nanya-nanya sama FLP yang ada di tempat kamu. Kalau aku kan tinggalnya di Riau, jadi ya lebih deket ke FLP Riau. Di Riau juga banyak lho penulis-penulisnya. Kamu bisa tanya-tanya sono atau selancar di sosmed kamu. Ada Mbak Nafiah, Bang Ijazi, Pak Bambang, ILham Fauzi, Fatromi, Alam Terkembang, deelel.

Baiklah. Kapan-kapan aku masih boleh nanya sama Kakak lagi, Kan?
Silahkan. Aku selalu menunggu kehadiranmu di sisiku karena kamu juga merupakan salah satu inspirasiku dalam menulis.

Makasih, makasih, Kakak.
Sama-sama, sweety.


MENULIS ITU GAMPANG LHO!

by on Januari 28, 2017
Sekarang aku yakin bisa mengatakan hal itu, guys! Kenapa? Bukan karena aku sudah semakin sering menulis. Tetapi karena aku mulai menyederha...

Status mama di bbm

Aku termasuk orang yang kurang setuju jika ada yang curhat di sosmed apalagi sampai mengeluh. Rasanya menyemak aja. Bikin kita yang tadinya gak galau jadi galau dan ikut-ikutan bikin status yang isinya juga curhatan. Ampun deh. Tapi kalo curhatnya bisa menghasilkan hikmah ya gapapa. Misalnya kayak dalam bentuk tulisan ini. 

Sebenarnya ini juga merupakan curhatku. Tapi aku ingin membuatnya lebih baik dan tidak sekedar curhat biasa. Semacam catatan harianlah dan ku posting di blog. Kali ini aku relakan orang lain bisa membacanya. Kalau dulu, jangan harap. Aku bikin curhat di buku harian yang ada gemboknya ato pakai sandi kunci. Jadi aman. Zaman sekarang, kali aja curhatnya bisa jadi duit. Kayak orang-orang yang sudah lebih dahulu berpenghasilan besar dari dunia sosmed seperti facebook, instagram, deelel. Barangkali kan ya, ada penerbit yang nyasar ke blogku dan tertarik buat membukukannya. Ah, aku senang sekali.

Tadinya aku ingin mengakhiri tulisanku hari ini. Tapi pas buka bbm, aku baca status mama, “Kucing temanku di rumah.” Aku langsung mewek. Baper dan apalah. Mungkin mama juga sedang melow dan merasa kesepian. Meksipun di rumah ada papa dan adikku. Aku sendiri tinggal di rumah yang mereka belikan dan jaraknya tak begitu jauh. Yah, jam-jam padat kegiatan jelas mama di rumah sendiri. Yang lain kan pada kerja. Hanya Bebeb-kucing kesayangan kami-yang menemani mama di rumah.

Aku sedih bacanya. Orang tua makin tua hatinya makin sensitif, makin mudah sedihan dan sepian. Terpikir olehku, ini saja dekat sudah begini. Apalagi kalau nanti aku tinggalnya jauh. Bakal makin sedih dan kemudian memberatkanku untuk merantau apalagi aku belum menikah. Pikiranku melayang-layang.

Menurutku, ini salah satu efek dari berkembangannya teknologi. Dulu kita tidak mengetahui perasaan orang tua yang anaknya sedang merantau. Sekarang, tak perlulah orang tua mengatakan langsung pada anaknya. Cukup ia bikin status di sosmednya dan dibaca oleh anaknya. Bisa menjadi dua sisi. Si anak lebih pekaan terhadap perasaan orang tuanya dna kemudian memutuskan untuk sering menelepon dan menanyakan kabar orang tuanya. Atau justru sebaliknya, membiarkan status orang tuanya begitu saja toh ia tahu orang tuanya dalam keadaan baik-baik saja. Jika status masih update, ia masih bisa mengikuti perkembangan keadaan orang tuanya dan bila sempat ia akan menghubungi orang tuanya dalam waktu yang lama.

Apapun itu, bijaklah menggunakan sosmed. Kalau mau curhat di sosmed, sah saja karena tak ada larangannya. Yang penting kamu kudu ingat, segala sesuatu akan dipertanggung jawabkan di akhirat. Termasuk status kamu di sosmed. Jadi pandai-pandai menggunakan sosmed sebagai sarana curhat.

CURHAT DI SOSMED

by on Januari 26, 2017
Status mama di bbm Aku termasuk orang yang kurang setuju jika ada yang curhat di sosmed apalagi sampai mengeluh. Rasanya menyemak a...
Mencari pekerjaan itu susah. Jadi yah nikmati saja pekerjaanmu saat ini jika kau belum berani melangkah keluar dari zona nyaman. Yaitu keluar dari pekerjaanmu saat ini dan kemudian mencari pekerjaan lain yang membuatmu nyaman. Atau justru membuka usaha sendiri (bisnis) yang kemudian juga bisa membuka lapangan pekerjaan bagi orang lain. Itu pilihanmu.

Adikku, hampir dua tahun mencari pekerjaan ke sana ke mari bahkan banyak modal yang telah dikeluarkan orang tuaku untuk ongkos dan biaya administrasi mengurusi berkas-berkas lamaran kerjanya. Namun, rezeki belum berpihak padanya. Apa hendak dikata. Akhirnya, awal tahun kemarin ia baru mendapat pekerjaan dan itu pun luar biasa perjuangannya. Hari ini ia sangat sibuk dengan pekerjaannya yang snagat menyita waktu dan beresiko tinggi. Bahkan, tak ada hari libur sekalipun itu hari minggu dan tanggal merah nasional. Kerja apaan seperti itu? Ada. Aku hanya bisa mengatakan, “Ada pekerjaan seperti itul. Yang penting halal. Pun, mumpng masih single dan dia lelaki. Biarkan saja ia menjalaninya. Ia pasti pandai menyiasati kejenuhannya dalam bekerja.”

Kemarin, ia mengirimku sebuah pesan di bbm dan menawarkanku sebuah pekerjaan freelance yang sama sekali tak pernah terbayangkan olehku. Marketing asuransi. Sebuah pekerjaan yang aku tak mengerti dan kurasa aku tak pandai berjualan dan sesungguhnya lebih tepat lagi tak ada keinginanku untuk bekerja sebagai marketing sekalipun aku dalam keadaan terdesak. Saat ini yah. Entah kalau nanti-nanti.

Yang kuterkejutnya bukan hanya soal pekerjaan ini. Tapi tentang perhatiannya padaku. Ia adalah tipe yang cuek dan cuek banget. Entahlah. Keras juga. 

Jadi ceritanya saat ini aku masih digantung sama pemerintah. Kurang lebih begitulah. Kemarin ikut tes calon aparatur sipil negara (CASN) jalur guru garis depan (GGD). Sampai sekarang belum jelas hasilnya. Masih menunggu. Menunggu dalam kebingungan. Satu sisi sudah gak punya pekerjaan lagi dan butuh uang. Satu sisi, mau melamar pekerjaan mana ada yang mau nerima serba nanggung kalau gak freelance seperti yang ditawarkan adikku tadi. Pheuf. Aku tidak ingin mengeluh dengan keadaan ini. Toh, itu sudah keputusanku.

Mendapat bbm darinya membuatku bahagia dan terharu. Ia peduli padaku sampai-samapi mencarikan lowker untukku. Ia tak pernah menunjukkan kepeduliannya secara nyata. Sekedar menanyakan kabarku saja tak pernah. Tapi ya sudahlah, ia memang begitu tipenya. Tak bisa pula kuharapakan keromantisannya seperti adik-adik orang lain yang saling mesra antara kakak dan adik. Meski ya kami hanya berdua beradik. 

Well, makasih ya, Dek. Setidaknya bbm-mu itu membuatku lebih semangat. Aku tidak benar-benar sedang bingung sendiri. Aku sedang berproses dalam karyaku dan mudah-mudahan pengumuman itu segera keluar. Doa yang banyak untuk aku.

MENCARI PEKERJAAN

by on Januari 26, 2017
Mencari pekerjaan itu susah. Jadi yah nikmati saja pekerjaanmu saat ini jika kau belum berani melangkah keluar dari zona nyaman. Yaitu kelu...

Ada yang istimewa dari sebuah permen. Ini adalah permen pemberian seorang bocah kelas lima SD. Sebut saja namanya Fikri (bukan nama aslinya). Ia adalah anak tetanggaku. Seorang piatu yang kini memiliki seorang ibu tiri. 

Saat itu aku baru pulang dari kegiatan seharian. Biasanya aku akan selalu menghampiri adik bayinya. Ketika baru saja aku menghampiri adik bayinya itu, ia berlari kecil ke arahku dan menyerahkan sebuah permen mint. “Untuk Kakak?” tanyaku memastikan. Ada apa senja begini dan aku baru tiba, ia memberiku sebuah permen. Ia mengangguk.
Aku menyambut baik pemberiannya. Terasa olehku ketulusan hatinya. Tiba-tiba saja hati ini basah. Kedekatan kami yang membuat permen itu terasa spesial. Bukan tentang besar kecilnya pemberian. Tapi tentang ketulusan dalam memberi. Aku tahu ia begitu tulus bukan karena aku semata-mata menyimpulkan begitu saja. 

Hari-hari kami bertetangga, ada banyak hal tentang keluarganya yang aku ketahui dan membuatku terkadang miris. Aku tak akan menceritakan apa yang terjadi dalam keluarganya. Yang inign aku ceritakan adalah sikapnya Fikri. 

Ia adalah anak kecil yang dewasa dan bijak. Ia adalah anak kedua yang memiliki satu kakak perempuan dan seorang adik perempuan. Ditambah kini ia memiliki seorang adik tiri yang juga perempuan. Setelah ibu tirinya melahirkan, ia pun mempunyai seorang adik bayi lelaki yang akhirnya akan menemaninya. Kondisi ibu dan ayahnya yang seorang pekerja membuat ia harus mandiri dan dewasa dibandingkan kakak dan adiknya. Ini terlihat dari caranya menghadapi masalah yang tengah menimpa ia dan keluarganya. Tentang sikap mengalahnya ynag kalau saja ia berontak, mungkin ia bisa keras seperti anak lelaki pada umumnya. Tapi bukan itu yang ia lakukan. Ia berada pada posisi penengah, sabar dan pandai menjaga keseimbangan emosinya. Salut. Terkadang, keadaan memaksa seseorang untuk bisa bersikap dewasa dna bijak.

Karena itulah aku terharu jika tiba-tiba ia memberikan sebuah permen padaku. Mungkin ia juga tahu bahwa aku sedang lelah. Ia pandai sekali menghibur. Terimakasih ya Fikri. Kakak hanya bisa doakan semoga allah senantiasa menjagamu. Teruslah bersikap baik dan lembut serta bijaksana seperti itu. Bukan karena siapa-siapa, tapi karena allah sangat menyukai sikap seperti itu. Semoga ibu kandungmu di surga bangga padamu.

SEBUAH PERMEN

by on Januari 26, 2017
Ada yang istimewa dari sebuah permen. Ini adalah permen pemberian seorang bocah kelas lima SD. Sebut saja namanya Fikri (bukan nama asli...
Fotonya kurang lengkap karena gak ada Binta

Ini ceritanya kita nahan malu buat selfie di atas pelaminan. Secara kan yah udah emak2 orang kecuali gue ama inyiq. But, pura2 santai aja, guys. Anggap aja gak ada orang. Anggap aja kita orang terkenal yang emang gitu sih sejak zaman sekolahan. Kita tahunya kita adalah anak2 sekolah paling asyik (ASPAL) yang punya reputasi dan prestasi yang baik di sekolah. Jadilah genk ini. Tapi kemarin kurang lengkap karena satu personil kita gak ada. Binta alias bundanya Arshaka, sekarang udah pindah domisili ke Jogja. Jauh kan yak? Meski lebih jauh ke Papua sih. Heheh.

Itu foto buat kenang2an kita, guys. Siapa yang akan menyusul setelah ini? Apakah aku ataukah Inyiq? Penasaran? Tunggu cerita selanjutnya. Setelah kita berdua menikah, bolehlah kita buka buku harian kita dan melihat kembali. Apakah daftar urut pernikahan kita di kenyataan sama dengan tulisan kita waktu masih muda dulu? Sabar yaaa sampai semuanya udah nikahan.

Waktu mau foto kan ya, lucunya ini pengantin berdua sibuk selfie dan malah debat2an hasil foto selfienya. Kita mah jadi penonton di atas panggung. Geleng2 kepala gue liatnya. Tapi gapapalah. Ini hari lu n Mas lu, Dek. Tulisan ini jg gue bikin sebagai kado buat lu. Maaf ya genk, gue blum bisa bikin novel ato buku tentang kitanya. Blum jadi2 sampe sekarang. Ntaaar...ada masanya. Sama kayak jodoh, rezeki n maut. Buku itu ada nasibnya. Yang penting ini dulu dah. Barokallahulakuma wa baroka alaykuma wa jama'a baynakuma fii khoir.


Nah, pas ada pesta pernikahan, paling asyik buat reuni. Gak nyangka aja bisa reunian sama ketua Osis zaman SMA dulu yang sekarang udah jadi ASN. Yang di belakang2 kita itu mah junior. Sementara yang di depan senior kita. Uuulala Kak Uchaaaaa! Yang belum nikah semoga diberi kelancaran yaaa. Yang udah nikah bahagia selalu n langgeng2 yaaa.

Whatever, momen pernikahan lu ini mudah2 bisa menjadi lembaran baru yang lebih baik lagi buat hidup lu ya, Dek. Gue harap lu bahagia n sehat2 slalu. Cepet2 kasih Aspal Junior buat kita. Biar rameee...biar gue bisa bikin sekolah yang isinya anak2 lu pade. Sekalian tuh bikin perpustakaan yang gede, studio, restoran deelel yang isinya Aspal New Generation. Ahaaiii...mimpi dulu boleh kan  yak?

Dan, 16 tahun persahabatan kita mudah2n senantiasa diberkahi n dilindungi oleh allah swt yaaa kesayangan. Dimanapun kita berada dan dalam kondisi apapun, sama2 saling menguatkan dalam doa. Kita masih anak sekolah paling asyik sampe kapanpun. Sukses buat kita semua dan i love you all cause allah.

Della n Khafid Wedding

by on Januari 24, 2017
Fotonya kurang lengkap karena gak ada Binta Ini ceritanya kita nahan malu buat selfie di atas pelaminan. Secara kan yah udah emak2 or...
Ini adalah kedua kalinya bagiku bisa berbagi bersama penghuni lapas II B untuk Wanita dan anak. Dulu, tahun berapanya aku gak ingat. Yang jelas saat itu kami ngajar ngaji sempena ramadhan kalo gak salah. Nah, kali ini adalah kampanye menulis bersama forum lingkar pena (flp) Riau. Ini juga bukan pertama kalinya Flp Riau datang ke sini. 

Bulan lalu sempena hari ibu, untuk pertama kalinya kampanye menulis bagi warga lapas ini dimulai. Aku nya yang kebetulan gak bisa gabung karena lagi pulkam. Saat itu pesertanya ratusan karena masih awal perkenalan tentang kepenulisan dan menawarkan siapa saja yang tertarik buat menulis.

Jadilah, pertemuan kedua ini aku punya kesempatan untuk bergabung. Alhamdulillah pesertanya cukup antusias. Ini pesertanya pada pertemuan kedua kemarin.

Menulis sebagai terapi bagi hati dan pikiran. Itulah yang diangkat pada pertemuan kemarin. Setiap orang jelas memiliki masalah yang berbeda-beda dan berasal dari latar belakang keluarga dan profesi yang berbeda pula. Begitupun masuknya mereka ke lapas ini. Terlepas dari itu semua, Flp mengajak warga lapas untuk menuliskan perasaannya ke dalam sebuah tulisan true story. Sebagai ikhtiar agar orang lain tidak terjerumus pada keadaan yang sama dengan mereka.

Sebagaimana Pak Habibi yang memilih menulis sebagai terapi dirinya setelah kepergian istrinya. Selain perasaannya tersalurkan, tulisan-tulisannya menjadi inspirasi bagi orang lain. Kini, tulisannya sudah diangkat ke layar lebar dan menjadi hal yang ditunggu-tunggu.

So, kami justru banyak belajar ketika hadir ke sini. Hidup ini memang harus dihadapi dengan bersyukur. Apapun itu. Keadaan saat itu hendaknya tetap mendekatkan diri kita kepada Sang Pencipta dan menjadi pribadi yang lebih baik lagi.

Kita adalah waktu yang sangat panjang. Bukan berbilang ratus atau puluhan hari. Lebih dari itu. Bila boleh kutotalkan, lima belas tahun rupanya. Kalau boleh kukalikan lagi, seratus delapan puluh bulan tepatnya. Kalau boleh detil lagi, kurang lebih enam puluh lima ribu tujuh ratusan hari pernah kita lewati. Mulai dari zaman hp monopohonik sampai era smartphone begini, rasanya tak ada kendala dalam sarana komunikasi yang harus kita hadapi. Tapi nyatanya, tidak begitu. Komunikasi itu ternyata bukan soal sarana, tapi soal rasa.

Yah, kenapa harus rasa?

Aku bingung harus memulai dari mana. Takut ini hanya pe’rasa’anku saja. Ingin dimengerti, ingin dimiliki, ingin slalu dibersamai, ingin disukai dan diingini lainnya. Ah, kadang aku pun tak mengerti. Jika saja kubawa slalu Tuhan dalam setiap keinginanku itu, mungkin tidak akan jadi begini. Memberi dan berharap kembali, mendapat sesuatu atas imbalan pemberian.
Perhatian balas perhatian, kasih sayang balas kasih sayang. Cinta balas cinta dan semangat balas semangat. Seperti rumus hukum aksi reaksi. Memaksanya harus mengerti. Nyatanya bertepuk sebelah tangan.

Sahabat, kuingin kau mengerti. Kuingin kau sadari. Sebatas ‘impas’ sajalah sudah cukup. Tapi yang ada aku kelelahan karena terlalu jauh berharap. Hingga kini, bagimu semuanya biasa saja. Sementara itu, aku senantiasa mengelu-elukan rasa yang ada diantara kita. Persahabatan. Yah, persahabatan yang indah sebagaimana yang kita baca dalam serial lima sekawan.

Suatu ketika, pada puncaknya. Aku masih mencoba menerka pe’rasa’anku itu. Benarkah kita adalah sahabat? Rupanya, kita hanya teman. Maaf jika nanti kau membaca tulisanku ini, kau merasa aku sangat keterlaluan. Tapi begitulah pikir dan rasaku. Aku tak mau berlebihan menyiksa diri.

Kini, kita semua sudah bisa menenangkan diri masing-masing. Terlebih aku yang terlalu banyak menuntut. Sekarang aku sudah mulai memahami, bahwa memberi itu tak harap kembali. Ketika kau tlah memilih untuk memberi, maka saat itu juga kau harus ikhlas menerima setiap kemungkinan yang akan terjadi.

Memberi Tak Harap Kembali

by on Januari 02, 2017
Kita adalah waktu yang sangat panjang. Bukan berbilang ratus atau puluhan hari. Lebih dari itu. Bila boleh kutotalkan, lima belas tahun rupa...
Sebenernya bingung sih mau ngasih judul curhat kali ini itu apa. Niat awalnya cuman pengen bikin jejak tulisan di awal tahun ini. Tapi belum ada inspirasi. Eh, tepatnya, inspirasinya masih belum lancar. Ide-idenya masih berterbangan dan rada susah ditangkap. Heheh.

WELCOME 2017. ASSALAMUALAIKUM.

Ada banyak harapan yang udah direncanakan. Manusia mana sih yang tak mau semua harapannya menjadi kenyataan? Well, karena itu aku tulis rincian rencana aku di tahun 2017 ini secara rinci di buku harian. What? Buku harian? Iya dong, gini-gini aku masih punya buku harian. Nah, di sini ntar aku mau nyeritain yang ringan-ringan saja. May be. Jadilah aku namain tulisan aku kali ini RESOLUTION 2017 WANNA BE INSYAALLAH.

Apa ya? Aku pengennya semua yang baik-baik dan bahagia deh di tahun ini. Mengingat di tahun-tahun sebelumnya masih banyak yang gak baik dari diriku ini. Malu mengingati itu semua. Bahkan, aku seringkali takut kalau-kalau Allah itu gak kenal sama aku. Maksudnya gini lho. Secara logika, gak mungkin allah itu gak kenal sama aku lha wong allah yang nyiptain aku. Tapi secara anehnya, pikiranku seringkali takut kalau allah itu gak kenal sama aku. Sama seperti siapalah aku di mata teman-temanku, di mata masyarakat, di mata teman-teman seprofesi. Barangkali mereka gak kenal aku karena emang gak ada ‘something’ yang ngejual dari diriku. Kerennya rekam jejak alias track record gitu deh. Bukan karena inign dipandang di mata manusia, ini pengennya dipandang di mata allah. Biar ntar pas ninggalin dunia yang fana ini ada sedikit kelegaan, ada bekallah gitu buat di akhirat kelak. Jadi ntar gak galau mau ke surga ato neraka. Ah, aku ngelantur, guys. Sorry ya. Sebenarnya aku tuh ngantuk n pengen tidur siang. Tapi gak bisa karena hatiku resah bila belum menulis hari ini. Eaaa...

Melihat beberapa waktu ke belakang, aku baru nyadar sesadar-sadarnya bahwa selama ini aku itu masih banyaaaak banget kekurangan dan kesalahannya. Teringat suatu waktu di 2013, aku pernah janji untuk gak bakal mengeluh lagi setelah adegan ketinggalan pesawat di Jakarta sementara uangku pas-pasan dan aku harus segera ke Malang, mengejar misi besar dalam hidupku ke depan. Rupanya takdir allah lain. Aku janji sejanji-janjinya sama allah sejak itu gak bakal mengeluh, lebih sabar dan lebih komitmen lagi terhadap segala sesuatu yang aku rencanakan dan juga yang diamanahkan.

Tahun-tahun berikutnya aku coba untuk terus memperbaiki diri. Ada sedikit perubahan. Tapi baru sedikit. Nah, tahun ini harapannya, grafik janji itu meningkat lebih baik. Janji itu adalah salah satu implementasi sikap bersyukur terhadap semua yang telah allah beri. Dikejarpun dunia mati-matian, ia akan menjauh selagi kamu gak dekat dengan yang punya dunia. So, keep calm down with the world dengan tetap semangat membuat rincian mimpi-mimpi besarmu. Untuk mimpi, jangan pernah takut deh. Bila konsep hidup kamu balik ke, “Manusia hanya bisa berencana, Allah yang menentukan.” Tetep kamu punya hak untuk berencana sebaik mungkin, sedetail mungkin dan setinggi mungkin. Kata proklamator negeri kita, Pak Soekarno, “Bermimpilah setinggi lagit. Jika engkau jatuh, engkau akan jatuh di antara bintang-bintang.”

Apa? Kamu mau aku list mimpi-mimpi aku di 2017 ini?

No...no...no...Kan, aku udah bilang kalau aku udah bikin detailnya beberapa hari yang lalu di buku harianku. Cukup aku dan allah yang tahu. Kalaupun ntar ada orang yang bakal aku liatin di kemudian hari, dialah orang yang beruntung. Kamu, iya kamu, calon sehidup sesurgaku. Heheheh.

But, besarpun mimpi-mimpiku tahun ini dan kedepannya, rasanya kurang enak dan indah jika belum berdua. Biar ada yang akan menyemangati ketika aku mulai lemah, biar ada yang bakal memegang tanganku dan menariknya untuk bangkit ketika aku jatuh. Biar kebahagiaannya bisa dirasakan bersama sehidup sesurga.

Apalagi ya? Biar ketika sakit, aku bisa membagi sakitnya sama orang yang bakal siap menemaniku saat sakit dan turut merasakan sakitnya. (Lebay lagi deh, Vit.)

Itu beneran. Kayaknya tahun ini aku bakalan lebih nurut sama nyokap yang udah dari bertahun-tahun lalu lamanya sejak aku kuliah nyuruh aku menikah. Tahun ini ya, insyaallah atas izin allah dan doa kedua orang tuaku. I’ll be get him. Norak dikit boleh ya.

Alasannya? Alasan apalagi? Alasan kenapa harus menikah? Kan, udah dibilang di atas, biar ada teman sehidup sesurga. Daaaaann...biar nyokap sama bokap tenang. Sekalipun aku akan merantau, udah ada temen halalnya yang bakal ngejagain. Toh, ini juga sebagai hadiah dan momen untuk buat orang tua bahagia. Selama ini mereka udah baik banget mulai dari aku lahir, tumbuh dan berkembang, sekolah dan bekerja, melancong kemanapun aku suka dan lain-lainnya yang tak bisa aku katakan dan cukup aku rasakan. Itu aja alasannya. But, the fisrt only reason adalah biar sempurna separuh agamaku, separuhnya lagi bakal aku sempurnakan bersamamu. Doakan aku ya temans.

This is real, welcome 2017. Moga cepet nikah bagi yang jomblo, cepet dapat momongan bagi yang udah nikah, moga cepet dapat menantu bagi yang udah punya anak, moga dapat cucu bagi yang udah punya menantu. Moga lebih produktif lagi dalam kerja dan karyanya ya para guru kehidupan. Aamiiin.