Sekarang aku yakin bisa mengatakan hal itu, guys! Kenapa? Bukan karena aku sudah semakin sering menulis. Tetapi karena aku mulai menyederhanakan pikiranku tentang menulis itu sendiri.
Maksudnya gimana?
Waktu sekolah kamu sering gak dikasih tugas mengarang oleh gurumu? Kalau pernah, itu artinya sama saja dengan menulis. Mengarang dan menulis itu sama. Sama-sama kegiatan membuat sebuah tulisan. Apakah itu benar hasil karangan/imajinasi kamu ataukah benaran hasil dari pengalaman kamu.
Bener juga ya?
Iyah. Semakin aku menyederhanakan pola pikirku tentang menulis itu sendiri, semakin banyak tulisan yang aku bisa hasilkan. Sama seperti tulisanku kali ini. Tiba-tiba aja nongol di kepala dan i must write it quickly. Aku takut tiba-tiba tulisan ini gak jadi karena keburu hilang ide dan hilang semangat. Maklum masih pemula. Harus banyak-banyak latihan menulis.
Cerita lagi dong biar semangat menulis.
Oke. Kita emang boleh banget bermimpi tinggi. Misal nih ya, saya akan menulis sebuah buku atau novel yang ketika pertama terbit langsung jadi booming. Dicetak berkali-kali dan kemudian diangkat ke film layar lebar. Itu sebuah motivasi yang luar biasa agar kita terus semangat dalam menulis. Dan anggap itu bagian dari doa kita. But, jangan sampai nih yah justru saking kebelet pengen dapat hasil seperti itu, kita cuman ngimpi doang dan mimpinya cuman hanya jadi dalam kenyataan. Ketika ditanya, mana tulisan kamu? Satu halaman saja. Kita cuman menyeh-menyeh bilang,”Belum siap, Kak. Belum siap, Bang.” Itu namanya beneran mimpi.
So, gimana dong?
Ya nulis. Aku juga tipe orang yang berangkat dari mimpi-mimpi besar itu. Kalau dipikir-pikir secara realistis yah. Aduh, rasa-rasanya seperti pungguk rindukan bulan. Jauh banget. Nulis juga masih asal-asalan dan masih ikut-ikutan. Parahnya, masih mood-moodan. Sampe aku tuh suka ngasih punishment sama diri sendiri.
Bertahun-tahun aku belajar menulis yang baik dan keren. Ga jadi-jadi. Semua tulisan berada dalam ambang kebimbangan. Aku php pada diri sendiri jadinya. Lebih sakit daripada di-php-in sama orang #bukancurhat. Itu kenyataannya. Pas liat teman mengeluarkan buku dan novel baru, aku ngiri tingkat dewa. Kepanasan dan kehujanan. Semua rasa jadi satu. Orang udah bisa bawa pesawat, aku bawa mobil aja belum bisa #bukancurhat.
Akhirnya?
Belum berakhir. Meski aku pasrah dalam keadaan yang diakibatkan oleh diriku sendiri. Aku coba evaluasi diri dan meluruskan orientasi dan ambisiku dalam menulis.
Orientasi? Ambisi? Apalagi tuh?
Sabar. Aku bakal sering-sering cerita ke kamu tentang semangat bangkitnya aku di 2017 ini. Kamu pantengin aja terus tulisan-tulisanku di blog, fb , twitter ato dimanalah itu. Seperti yang aku bilang di awal, dulu orientasiku berazazkan mimpi-mimpi itu ya terkenal dan bisa menghasilkan uang. Hobi yang mungkin bisa jadi profesi utama. Yang kemudian bikin aku capek sendiri. Banyak ngayalnya aku waktu itu. Sampe sekarang juga suka ngayal sih. Heheh.
Tanpa sadar diri waktu itu aku langsung bikin mimpi yang tinggi banget. Gak salah bermimpi tinggi itu. Hanya saja waktu itu aku belum mempersiapkan step by step nya secara detil. Aku kudu ngapain buat meraih mimpiku itu dan kudu minta bantuan sama siapa. Jadilah jalan tanpa arah. Ambisi? Yah, aku sangat berambisi bisa jadi penulis. Kalo katanya Pak Arswendo Atmowiloto dalam bukunya Mengarang itu gampang, menulis skenario dan laku (bukunya aku beli di bazar di Suzuya A.Yani), ambisi itu penting. Artinya kamu masih serius mau jadi penulis. Makanya aku bertahan dan bersabar.
Bener juga ya?
Aku lanjut cerita ya.
Lanjut deh!
Aku oret-oret dah tuh buku catatanku. Trus bolak balik buka halaman di word. Satu halaman berhenti. Buka lagi. Satu halaman baru. Berhenti. Gitu terus. Aku biarin aja mengalir. Yang satu halaman-satu halaman itu tetep aku simpan. Mana tau aja berguna. Teringat pesan dari hampir semua penulis ternama negeri ini, apa yang dapat kamu tuliskan saat itu, tuliskan saja. Simpan rapi. Nanti suatu hari bakal berguna.
Setelah itu, aku bikin strategi baru. Bikin target baca buku banyak-banyak dalam sebulan. Buku apapun itu. Berapa banyak? Yang jelas lebih banyak dari sebelum-sebelumnya. Aku gak ingat berapa buku yang aku baca. Selagi setiap hari baca buku dan dalam tiga-empat hari bisa nuntaskan baca buku lalu baca buku lain lagi. Atau bahkan dalam sehari aku bisa menuntaskan sebuah novel. Kurasa itu sudah lebih banyak dari bacaanku tahun sebelumnya. Sekarang juga makin rajin beli buku dan dibaca.
Jadi kudu sering-sering beli buku?
Ya enggak juga. Kalau ada duit alhamdulillah. Kalo enggak ya kan bisa pinjem teman. Atau buka-buka lemari buku kamu. Mana tau ada buku-buku lama yang belum kamu baca. Kalau enggak ya jalan aja ke toko buku. Baca-baca sinopsis buku orang. Hitung-hitung nyari semangat dan inspirasi menulis. Sambil terus doa, semoga suatu hari nanti bukuku bisa nampang di toko buku ini. Aamiiin.
Oh gitu?
Alhamdulillah sekarang aku lebih legowo dalam menulis. Ya aku gak peduli aku mau menulis apa dan apa kata orang. Aku nulis ya nulis aja. Masalah bagus enggaknya kan relatif. Tergantung siapa yang membaca tulisan kita. Kalau dia suka ya alhamdulillah. Kalau gak suka ya gapapa. Kita terus lanjut nulis.
Jadi semangat nih, Kak!
Bagus dong. Aku seneng dengernya. Kita sama-sama semangat menulis ya. Mudah-mudahan perlahan tapi pasti, atas izin allah, mimpi-mimpi yang lain itu bakal tercapai dengan sendirinya. Sadar atau tidak sadar.
Siippp...
Ada hal yang kudu kamu ingat juga. Pada akhirnya kita akan meninggal dunia.
Iiih kok ngomong gitu sih, Kak. Serem tauuu...
Jangan dipotong dulu. Tak dipungkiri. Sembunyi di tempat manapun kita bakal meninggal dunia. So, apapun yang kita lakukan semuanya bakal dipertanggung jawabkan di akhirat kelak. Jadi, tulislah hal yang baik-baik, yang mengajak orang pada kebaikan, yang memberikan pencerahan, yang memberikan semangat dan motivasi kepada orang lain untuk sama-sama berbuat baik. Insyaallah itu juga sebagai amal kita, mudah-mudahan bisa memperberat timbangan kita menuju perjumpaan abadi dengan sang pencipta kita.
Kak, aku mau nangis.
Nangis aja selagi nangis itu gratis. Kan repot kalau nanti ada undang-undang kalau nangis itu berbayar. Apalagi sampe ada nangis pra bayar dan pasca bayar. Emang listrik? Udah ya, udah pegel nih. Tak terasa udah empat halaman padahal niatnya cuman satu halaman aja. Susah kalau udah mulai nulis panjang gini. Jadi gak mau berhenti. Doakan novelku bisa cepet kelar.
Tunggu. Masih ada yang mau kutanyakan.
Apaan?
Satu aja. Boleh ya!
Yaudah cepetan.
Aku tuh suka moody. Gimana dong?
Kayaknya kamu butuh teman.
Aku punya banyak teman. Tapi temanku pada gak suka nulis.
Teman itu emang banyak. Namun kalau kasusnya kayak kamu gini, berarti kamu kudu nambah teman yang juga bisa saling memotivasi kamu biar semakin semangat menulisnya. Kamu persis kayak aku, deh.
Nyari temannya dimana dan kayak mana?
Yaelah pake nanya lagi. Ya cari teman yang sama-sama suka nulis dan punya obsesi buat jadi penulis. Kalau kamu nanya sama aku, kamu bisa gabung sama komunitas atau organisasi kepenulisan. Kalau aku udah nyaman di Forum Lingkar Pena (FLP). Tahu gak?
FLP? Aku tahu. Kayak Kang Abik, HTR, Sinta Yudisia, Afifah Afra daaaan....
Good. Mereka itu semua idola aku tauuuu...tulisannya keren-keren. Nah, FLP itu udah ada dimana-mana. Jadi kalau kamu tinggal dimanaaaa gitu bisa nanya-nanya sama FLP yang ada di tempat kamu. Kalau aku kan tinggalnya di Riau, jadi ya lebih deket ke FLP Riau. Di Riau juga banyak lho penulis-penulisnya. Kamu bisa tanya-tanya sono atau selancar di sosmed kamu. Ada Mbak Nafiah, Bang Ijazi, Pak Bambang, ILham Fauzi, Fatromi, Alam Terkembang, deelel.
Baiklah. Kapan-kapan aku masih boleh nanya sama Kakak lagi, Kan?
Silahkan. Aku selalu menunggu kehadiranmu di sisiku karena kamu juga merupakan salah satu inspirasiku dalam menulis.
Makasih, makasih, Kakak.
Sama-sama, sweety.