Lagi-lagi ukhuwah
"Pliiiisss, Vita. Jangan mewek gitu dong."
Aku terus berusaha menyemangati diriku sendiri. Kadang kala sifat cengengku keluar. Manusiawilah ya. Wanita pula. Bukan mencari pembenaran. Ini hanyalah salah satu cara untuk merilekskan diriku sendiri.
Pheuf. Kuulang-ulang istighfar dan bacaan tahmid, tahlil dan takbir. Berkali-kali. Masih mewek. Teruuus. Terus tambah zikir-zikirnya sampai hati plong.
Alhamdulillah.
_ _ _ _ _ _ _
Pernah denger kalimat begini, "seseorang itu diuji dengan kelemahannya." Ada yang diuji lewat agama, tahta, harta dan wanita. Macam-macam deh spesifikasi ujiannya. Nah, kalau aku, gak tau lah ya apakah aku berlebihan atau bagaimana. Aku merasa, ujian padaku seringkali terjadi dalam ukhuwah.
Ya, apa itu ukhuwah? Persaudaraan. Persahabat. Termasuk di dalamnya.
Sering aku menggerutu, kenapa ya dia kok gini sama aku. Padahal aku udah gitu sama dia. Knapa ya dia kok kayaknya gak seneng liat aku seneng. Ato kayaknya dia ngebet kali berkompetisi sama aku. Apa ini hanya perasaanku saja? Knapa ya dia kok seperti lupa sama sahabatnya sendiri. Ah, banyak lagi deh.
Kemungkinan-kemungkinan lainpun tercipta. Bisikan-bisikan setan pun mulai merasuki jiwa dan pada akhirnya kita saling menjauh. Dimana letak usia persahabatan selama ini? Sebegitu tak berartinyakah?
Sekarang, aku perlahan mencoba melupakan sifat ke'akuan' pada diriku. Tetap berusaha bersikap senormal dan sestabil mungkin dalam segala keadaan. Satu-satunya cara untuk 'mengutuki' keadaan ini secara halus adalah dengan membawanya ke diri sendiri diiringi zikir pada allah.
Allah. Lapangnyaaaaa (nulis ini sambil mewek), jika segala sesuatunya dikembalikan kepadaNya.
"Mungkin kamu memang belum lulus, Vit. Masih berputar pada masalah-masalah ukhuwah."
Fine, aku tahu diri dan akan berusaha untuk terus memperbaiki diri.
"Tapi, rasanya kok..."
Ini nih yang salah. Rasa-rasanya kok ..., kalimat yang gak perlu dihadirkan kalau memang benar-benar bersahabat tanpa pamrih. Lillahita'ala. Insyaallah.
Udah ah, aku cuman mau nulis itu aja. Gak mau lebar kemana-kemana. Masalahnya cukup aku simpan di dalam hati sembari mencari solusi. Ntar solusinya baru aku tulis di sini mana tahu ada yang pernah mengalami hal yang sama denganku dan sedang membutuhkan solusi.
Keep calm down, sweety!
Air Molek, 29 Juli 2017, pukul 17:35
Aku terus berusaha menyemangati diriku sendiri. Kadang kala sifat cengengku keluar. Manusiawilah ya. Wanita pula. Bukan mencari pembenaran. Ini hanyalah salah satu cara untuk merilekskan diriku sendiri.
Pheuf. Kuulang-ulang istighfar dan bacaan tahmid, tahlil dan takbir. Berkali-kali. Masih mewek. Teruuus. Terus tambah zikir-zikirnya sampai hati plong.
Alhamdulillah.
_ _ _ _ _ _ _
Pernah denger kalimat begini, "seseorang itu diuji dengan kelemahannya." Ada yang diuji lewat agama, tahta, harta dan wanita. Macam-macam deh spesifikasi ujiannya. Nah, kalau aku, gak tau lah ya apakah aku berlebihan atau bagaimana. Aku merasa, ujian padaku seringkali terjadi dalam ukhuwah.
Ya, apa itu ukhuwah? Persaudaraan. Persahabat. Termasuk di dalamnya.
Sering aku menggerutu, kenapa ya dia kok gini sama aku. Padahal aku udah gitu sama dia. Knapa ya dia kok kayaknya gak seneng liat aku seneng. Ato kayaknya dia ngebet kali berkompetisi sama aku. Apa ini hanya perasaanku saja? Knapa ya dia kok seperti lupa sama sahabatnya sendiri. Ah, banyak lagi deh.
Kemungkinan-kemungkinan lainpun tercipta. Bisikan-bisikan setan pun mulai merasuki jiwa dan pada akhirnya kita saling menjauh. Dimana letak usia persahabatan selama ini? Sebegitu tak berartinyakah?
Sekarang, aku perlahan mencoba melupakan sifat ke'akuan' pada diriku. Tetap berusaha bersikap senormal dan sestabil mungkin dalam segala keadaan. Satu-satunya cara untuk 'mengutuki' keadaan ini secara halus adalah dengan membawanya ke diri sendiri diiringi zikir pada allah.
Allah. Lapangnyaaaaa (nulis ini sambil mewek), jika segala sesuatunya dikembalikan kepadaNya.
"Mungkin kamu memang belum lulus, Vit. Masih berputar pada masalah-masalah ukhuwah."
Fine, aku tahu diri dan akan berusaha untuk terus memperbaiki diri.
"Tapi, rasanya kok..."
Ini nih yang salah. Rasa-rasanya kok ..., kalimat yang gak perlu dihadirkan kalau memang benar-benar bersahabat tanpa pamrih. Lillahita'ala. Insyaallah.
Udah ah, aku cuman mau nulis itu aja. Gak mau lebar kemana-kemana. Masalahnya cukup aku simpan di dalam hati sembari mencari solusi. Ntar solusinya baru aku tulis di sini mana tahu ada yang pernah mengalami hal yang sama denganku dan sedang membutuhkan solusi.
Keep calm down, sweety!
Air Molek, 29 Juli 2017, pukul 17:35
Semangat kak Vita! Cengeng sekali-kali tak apelah tu.
BalasHapusKalau cengengnya kakak sudah keluar, kadang Nur mikir itu bukan kak Vita. :)