Tamu di Pagi Minggu
Seekor ayam kampung (yang aku
perkirakan itu seekor seusai mencuci bersih beberapa kali), ayam kampungnya
sudah dipotong-potong dan juga dibersihkan. Jadi kerjaanku lebih ringan karena
hanya tinggal membersihkan tahap akhir. Setelah itu siap untuk diungkap. Selain
ayam kampung ada juga sesisir pisang yang jumlahnya 15 buah (Sempat-sempatnya
aku menghitung jumlah pisangnya itu ya. Heheh). Tersebab aku menyukai pisang
dan di sini buah-buahan dihitung perbuah harganya. Ada juga sekotak kecil teh
celup dan sekilo gula serta dua buah tempe.
Aku benar-benar terharu. Hal ini
mengingatkanku pada satu tempat di pelosok Papua, tempat aku mengajar dulu.
Kalau lihat guru berjalan saja sudah dibantuin. Dari jauh dipanggilin hanya
untuk memberikan sayur, jagung dan ubi. Seneng, bangga plus makin semangat jadi
guru. Bukan karena harga dari pemberiannya, melainkan nilai dari pemberian itu.
Keseriusan dan kasih sayang mereka pada guru. Terlebih kita anak rantau jauh
dari orang tua.
Aku sempat berpikir, ada ya di
Tanjung Batu Kota begini yang sudah cukup maju, orang tua masih memberi guru
dan perhatian tanpa peduli ada tidaknya momen seperti di kampung-kampung.
Ternyata ada. Bagi mereka yang benar-benar menyadari pentingnya pendidikan dan
kehidupan yang dijalani seorang anak rantau.
Terimakasih banget buat Mamaknya
Rafi dan juga Rafi yang telah hadir dalam kehidupanku di tempat tugas baru ini.
Memang terkesan sedikit lebay bagi kamu yang gak pernah merasakan merantau dan
dikasihi oleh orang lain di daerah rantau. Makasih juga buat mama dan bapa di
Papua serta om dan tante, kakak dan adik-adik yang pernah mengisi hari-hariku
dengan kasih sayang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Udah baca kan? Kasih komentar ya biar kedepannya makin baik lagi. Terima kasih.