Adalah hal yang wajar jika semangat naik turun. Seperti iman. Banyak problematika dunia pendidikan yang menjadi catatan. Terkadang rumit memikirkannya. Jika orang-orang bilang tak usah dipikirkan, bagaimana pula tidak dipikirkan. Ia adalah hal yang setiap harinya dihadapi dan perlu dicari solusi. Tak jarang, kerap menyalahkan diri sendiri. Sudah benarkah aku menjadi seorang guru?
Pagi ini kala kubertemu dengan mereka, anak-anak harapan bangsa, pikirku pun kembali bergejolak. Apa yang harus kulakukan? Bagaimana aku harus bersikap? Seyogyanya anak adalah urusan orang tuanya, tapi tak tampak seperti seidealnya. Anak-anak masih banyak yang datang ke sekolah lenggang kangkung sekena hati. Alih-alih berharap terjadi kemajuan padanya. Yang ada, tatapan kosong diberikannya kepadaku.
Hari masih sangat pagi.
"Bu, raut pensil dulu ya." Begitu katanya saat aku baru saja memulai kelas. Entah mengapa, gampang sekali mendidik emosiku. Harusnya kan dari tadi sudah raut pensil sebelum aku masuk. Harusnya kan orang tua mengecek kebutuhan dan perlengkapan belajar anaknya. Tapi...sudahlah. Tak guna aku mengeluh. Tak mungkin pula kuceramahi panjang lebar yang mana maksud memberikan edukasi kepada kedua orang tua. Nyatanya, semua itu hanya keinginanku saja. Kemanjuan. Pembaruan. Hanya angan-angaku saja.
Kadang aku bosan. Muak. Ingin tukar suasana. Kulakukan bnayak hal. Kubuat program diri lebih banyak dan bervariasi. Ternyata, satu pun Allah belum ridho.
Seseorang diuji sesuai kadar kemampuannya...dan aku tak tahu apakah aku mampu dan terus kuat. Selalu kupikir, sampai titik mana Allah ingin mengujiku. Berapa lama lagi? Tapi aku takut pula kufur nikmat.
Pagi...kuharap, selalulah terang. Mentari, tolong jangan hilang. Allah, bantu kuatkan. Hasbunallah wa nikmal wakil nikmal maula wa nikman nashir.
Ruang Kelas 2,
21 Maret 2022
Bingung
by
kavitasiregar
on
Maret 21, 2022
Adalah hal yang wajar jika semangat naik turun. Seperti iman. Banyak problematika dunia pendidikan yang menjadi catatan. Terkadang rumit mem...