Saat
tadi tanganku tengah berburu kecepatan dengan jarum dan telingaku tetap
berfokus pada suara-suara, sementara tanganku juga ikut bekerja, ada satu
bagian tubuh ini yang ternyata juga terus dan terus berputar. Ialah Otak. Yah, banyak
ide-ide segar mengalir begitu derasnya dan menari-nari dengan indah. Memaksaku
untuk segera membuka laptop. Namun ku urungkan niatku karena aku harus
menyelesaikan pekerjaanku yang satu ini dulu.
Aku
mencoba menyatukan semua wilayah kerja dari bagian jasad ini. Teringat pada
satu kalimat indah yang telah lama ku jadikan the power of dreams. BERMIMPILAH,
KARENA TUHAN AKAN MEMELUK MIMPI-MIMPIMU!. Itu kata Arai, seorang tokoh dalam
tetralogi laskar pelangi yang kemudian booming dengan dua filmnya. Aku termasuk
salah satu dari ribuan penikmat yang tentunya tidak hanya menikmati tapi
mencoba untuk mengikuti langkah sang penulis. Hanya dalam beberapa hari yang
tak sampai satu minggu, aku menelan mentah-mentah semua kisah yang disampaikan.
Setelah
jauh berjalan, sekian tahun aku membiarkan novel-novel itu menjadi pajangan
indah dan kalimat tadi tetap menjadi keyword meraih cita, ternyata ada
satu hal yang aku lupa. Subhanallah, aku kembali diingatkan tanpa sengaja oleh
seorang junior yang tengah bercerita santai denganku. BEKERJALAH KARENA TUHAN
AKAN MENILAI KERJAMU. Kalimat ini jauh lebih indah dari apa yang disampaikan
Arai tadi dan ternyata ini bukan kalimat sembarang tapi ini adalah kalimat
langsung dari Allah SWT. Kau bisa melihatnya dalam al-quran surat At-taubah
ayat 105 yang arti lengkapnya seperti ini :
"….Bekerjalah kamu, maka Allah dan
Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan
dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata,
lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.”
Terjemahan
ini sengaja aku tuliskan dengan lengkap agar kau tak perlu repot membuka
al-quran pada saat membaca tulisanku. Sekarang kau hanya cukup membaca tulisan
ini sampai selesai jika kau merasa tertarik dengan kalimat-kalimat awalku ini.
Namun jika kau tidak tertarik sama sekali silahkan kau tutup lembar ini bahkan
kau buang saja. Anggap saja ini seperti daun yang tak sengaja terdampar ke
halaman rumahmu karena ditiup angin.
Yah,
inilah yang kemudian menghentikan langkahku untuk mengerjakan pekerjaanku tadi
dan kemudian membuka laptopku setelah tadi menyalin terjemahan ayat ini dari
al-quran. Mungkin alangkah lebih baiknya jika nanti kau memang bersengaja
membuka al-quran dengan terlebih dahulu berwudhu. Kau hayati benar-benar ayat
demi ayat ini. Kau rasakan dengan baik dan dalam sebagaimana kau merasakan hembusan
angin yang perlahan-lahan membelai-belaimu manakala kau tengah menghirup
oksigen dengan tenang. Berikan sedikit waktumu dalam kedamaian.
Kalimat
yang disampaikan allah tadi aku interpretasikan dengan bebas bahwa ternyata
tidak ada pekerjaan yang sia-sia, terlebih lagi jika kau baru saja membuat
mimpimu. Eits, tunggu dulu. Ada syaratnya. Kau mau tahu? Syaratnya sederhana, asal
kau meniatkan pekerjaanmu, mimpi-mimpimu untuk tujuan kebaikan. Insyaallah
allah akan mendengar doamu dan akan segera menjawab doamu. Sebagaimana
dikatakan juga di dalam al-quran bahwa, “…. Aku mengabulkan
permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah
mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman
kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran”
(QS.Al-Baqarah:186)
Ini
baru prolog kawan! Sebenarnya ada hal yang jauh lebih besar yang ingin aku
ceritakan. Jujur saja, aku sering merasa bingung, bertanya-tanya hingga akhirnya
menyendiri jika aku sudah tidak tahu harus bercerita pada siapa. Kau tanyakan
Diary padaku? Yah, benar sekali. Kau tahu sekali kawan. Dari dulu sejak aku
sekolah dasar, diary adalah teman paling setia yang tak pernah memojokkan atau
sekedar mematahkan pendapatku. Dan aku sendiri senang berteman dengannya. Hanya
saja, saat ini aku sedang butuh jawaban dari suara-suara nyata di sekitarku.
Semalam
aku menonton sebuah berita yang sangat membanggakan dan jujur membuat aku
ngiri, seorang siswa SMA hadir sebagai seorang pembicara yang mempresentasikan
penemuan-penemuannya yang secara pikiran, dia termasuk anak yang kritis. Ia membuat
aku melongo. Bagaimana tidak? Penemuan-penemuan yang dibuatnya hadir ketika dunia
ini mengalami banyak krisis, mulai dari krisis pangan, krisis energi dan krisis
lainnya. Itu semua terjadi juga ketika
melihat petani di sawah tak jauh dari rumahnya yang sedang mebur pupuk dengan
sembarang. Disampingnya ada ibu yang sholehah. Ini cikal bakal ilmuwan muslim
dunia. Amin. Ia telah melakukan banyak penemuan sejak masih SMP hingga kini SMA
dan untuk pendidikan tingginya dikemudian hari, ia sudah mengantongi beasiswa
DIKTI untuk kuliah di Amerika.
Ada
lagi seorang anak SMP. Mungkin dia adalah contoh kesekian dari banyak orang
pintar yang ku temui. Entah kenapa, ngomongnya saking lajunya, terkesan agak
patah-patah. Tapi over all, apa yang disampaikannya juga membuat aku
melongo. Anak sekecil itu sudah mengantongi banyak penghargaan dunia di bidang
matematika. Dia juga menemukan rumus singkat menghitung dalam jumlah tak
terhingga.
Dan tadi aku menonton
sebuah berita yang sangat bagus, berisi tentang kisah seorang lelaki lulusan
SMA yang sekarang sudah sukses dengan bisnisnya yang tidak asing lagi yaitu
bisnis tahu goreng. Namun ada yang spesial dari tahu gorengnya. Nanti kau cari
tahu sendiri siapa pengusaha itu. Subhanallah, dia keluar dari kerjanya hanya
untuk melakukan hasratnya berusaha sendiri melalui cemilan favorit seluruh
masyarakat ini. Tahun 2010 ia memulainya dan kini sudah hampir sekitar 5
miliyar omset yang didapat dalam kurang waktu kurang dari tiga tahun. Seperti
kebanyakan pengusaha mula lainnya, hingga kini ia masih berjualan menggunakan
etalase di jalan. Subhanallah, cabangnya sudah sekitar 160an di sekitar dua
belas kota di Indonesia.
Dari
ketiga contoh yang ku berikan, aku hanya menyimpulkan satu. Mereka anak-anak yang
melakukan sesuatu yang mereka ingin lakukan. Terlepas apakah nantinya akan
mendapatkan penghargaan dari manusia atau tidak. Yah, mereka bekerja sangat
laju hanya untuk mencapai tujuan mereka yaitu cita-cita. Ketika mereka bekerja
seperti apa yang mereka ingin lakukan tanpa memerdulikan hasil, ternyata allah
kasih hasil yang jauh-jauh lebih tinggi dari apa yang mereka inginkan atau
bahkan dari apa yang orang tua mereka prediksikan untuk masa depan anaknya.
Aku
teringat sebuah nasihat dari Aa Gym, ini ku temukan beberapa hari yang lalu
sebelum tulisan ini dibuat. Nasihat ini sebenarnya telah lama bertengger di
dalam laptopku sejak tahun pertama aku membeli laptop di awal kuliah. Tapi,
allah baru menggerakkan hatiku untuk membacanya dengan seksama kemarin. Dulu
pernah aku membacanya tapi aku bisa katakan dulu aku membacanya tidak dengan
hati, tidak dengan kondisi nyaman.
Ini kutipan yang aku
salin dari Manajemen Qalbunya Aa Gym.
Sebenarnya
yang harus kita nikmati dalam hidup ini adalah proses. Mengapa? Karena yang
bernilai dalam hidup ini ternyata adalah proses dan bukan hasil. Kalau hasil
itu ALLOH yang menetapkan, tapi bagi kita punya kewajiban untuk menikmati dua
perkara yang dalam aktivitas sehari-hari harus kita jaga, yaitu selalu menjaga
setiap niat dari apapun yang kita lakukan dan selalu berusaha menyempurnakan
ikhtiar yang dilakukan, selebihnya terserah ALLOH SWT.
Seperti para
mujahidin yang berjuang membela bangsa dan agamanya, sebetulnya bukan kemenangan
yang terpenting bagi mereka, karena menang-kalah itu akan selalu dipergilirkan
kepada siapapun. Tapi yang paling penting baginya adalah bagaimana selama
berjuang itu niatnya benar karena ALLOH dan selama berjuang itu akhlaknya juga
tetap terjaga. Tidak akan rugi orang yang mampu seperti ini, sebab ketika dapat
mengalahkan lawan berarti dapat pahala, kalaupun terbunuh berarti bisa jadi
syuhada.
Ketika
jualan dalam rangka mencari nafkah untuk keluarga, maka masalah yang terpenting
bagi kita bukanlah uang dari jualan itu, karena uang itu ada jalurnya, ada
rizkinya dari ALLOH dan semua pasti mendapatkannya. Karena kalau kita mengukur
kesuksesan itu dari untung yang didapat, maka akan gampang sekali bagi ALLOH
untuk memusnahkan untung yang didapat hanya dalam waktu sekejap. Dibuat musibah
menimpanya, dikenai bencana, hingga akhirnya semua untung yang dicari
berpuluh-puluh tahun bisa sirna seketika.
Walhasil
yang terpenting dari bisnis dan ikhtiar yang dilakukan adalah prosesnya. Misal,
bagaimana selama berjualan itu kita selalu menjaga niat agar tidak pernah ada
satu miligram pun hak orang lain yang terambil oleh kita, bagaimana ketika
berjualan itu kita tampil penuh keramahan dan penuh kemuliaan akhlak, bagaimana
ketika sedang bisnis benar-benar dijaga kejujuran kita, tepat waktu,
janji-janji kita penuhi.
Dan
keuntungan bagi kita ketika sedang berproses mencari nafkah adalah dengan
sangat menjaga nilai-nilai perilaku kita. Perkara uang sebenarya tidak usah
terlalu dipikirkan, karena ALLOH Mahatahu kebutuhan kita lebih tahu dari kita
sendiri. Kita sama sekali tidak akan terangkat oleh keuntungan yang kita
dapatkan, tapi kita akan terangkat oleh proses mulia yang kita jalani.
Ini perlu
dicamkan baik-baik bagi siap pun yang sedang bisnis bahwa yang termahal dari
kita adalah nilai-nilai yang selalu kita jaga dalam proses. Termasuk ketika
kuliah bagi para pelajar, kalau kuliah hanya menikmati hasil ataupun hanya
ingin gelar, bagaimana kalau meninggal sebelum diwisuda? Apalagi kita tidak
tahu kapan akan meninggal. Karenanya yang paling penting dari perkuliahan,
tanya dulu pada diri, mau apa dengan kuliah ini? Kalau hanya untuk mencari isi
perut, kata Imam Ali, "Orang yang pikirannya hanya pada isi perut, maka
derajat dia tidak akan jauh beda dengan yang keluar dari perutnya". Kalau
hanya ingin cari uang, hanya tok uang, maka asal tahu saja penjahat juga
pikirannya hanya uang.
Bagi kita
kuliah adalah suatu ikhtiar agar nilai kemanfaatan hidup kita meningkat. Kita
menuntut ilmu supaya tambah luas ilmu hingga akhirnya hidup kita bisa lebih
meningkat manfaatnya. Kita tingkatkan kemampuan salah satu tujuannya adalah
agar dapat meningkatkan kemampuan orang lain. Kita cari nafkah sebanyak mungkin
supaya bisa mensejahterakan orang lain.
Dalam mencari
rizki ada dua perkara yang perlu selalu kita jaga, ketika sedang mencari kita
sangat jaga nilai-nilainya, dan ketika dapat kita distribusikan sekuat-kuatnya.
Inilah yang sangat penting. Dalam perkuliahan, niat kita mau apa nih? Kalau mau
sekolah, mau kuliah, mau kursus, selalu tanyakan mau apa nih? Karena belum
tentu kita masih hidup ketika diwisuda, karena belum tentu kita masih hidup
ketika kursus selesai.
Ah, Sahabat.
Kalau kita selama kuliah, selama sekolah, selama kursus kita jaga sekuat-kuatnya
mutu kehormatan, nilai kejujuran, etika, dan tidak mau nyontek lalu kita
meninggal sebelum diwisuda? Tidak ada masalah, karena apa yang kita lakukan
sudah jadi amal kebaikan. Karenanya jangan terlalu terpukau dengan hasil.
Saat melamar
seseorang, kita harus siap menerima kenyataan bahwa yang dilamar itu belum
tentu jodoh kita. Persoalan kita sudah datang ke calon mertua, sudah bicara
baik-baik, sudah menentukan tanggal, tiba-tiba menjelang pernikahan ternyata ia
mengundurkan diri atau akan menikah dengan yang lain. Sakit hati sih wajar dan
manusiawi, tapi ingat bahwa kita tidak pernah rugi kalau niatnya sudah baik,
caranya sudah benar, kalaupun tidak jadi nikah dengan dia. Siapa tahu ALLOH
telah menyiapkan kandidat lain yang lebih cocok.
Atau sudah
daftar mau pergi haji, sudah dipotret, sudah manasik, dan sudah siap untuk
berangkat, tiba-tiba kita menderita sakit sehingga batal untuk berangkat.
Apakah ini suatu kerugian? Belum tentu! Siapa tahu ini merupakan nikmat dan
pertolongan dari ALLOH, karena kalau berangkat haji belum tentu mabrur, mungkin
ALLOH tahu kapasitas keimanan dan kapasitas keilmuan kita.
Oleh sebab
itu, sekali lagi jangan terpukau oleh hasil, karena hasil yang bagus menurut
kita belum tentu bagus menurut perhitungan ALLOH. Kalau misalnya kualifikasi
mental kita hanya uang 50 juta yang mampu kita kelola. Suatu saat ALLOH
memberikan untung satu milyar, nah untung ini justru bisa jadi musibah buat
kita. Karena setiap datangnya rizki akan efektif kalau iman kitanya bagus dan
kalau ilmu kitanya bagus. Kalau tidak, datangnya uang, datangnya gelar,
datangnya pangkat, datangnya kedudukan, yang tidak dibarengi kualitas pribadi
kita yang bermutu sama dengan datangnya musibah. Ada orang yang hina gara-gara
dia punya kedudukan, karena kedudukannya tidak dibarengi dengan kemampuan
mental yang bagus, jadi petantang-petenteng, jadi sombong, jadi sok tahu, maka
dia jadi nista dan hina karena kedudukannya.
Ada orang
yang terjerumus, bergelimang maksiat gara-gara dapat untung. Hal ini karena
ketika belum dapat untung akan susah ke tempat maksiat karena uangnya juga
tidak ada, tapi ketika punya untung sehingga uang melimpah-ruah tiba-tiba dia
begitu mudahnya mengakses tempat-tempat maksiat.
Nah,
Sahabat. Selalulah kita nikmati proses. Seperti saat seorang ibu membuat kue
lebaran, ternyata kue lebaran yang hasilnya begitu enak itu telah melewati
proses yang begitu panjang dan lama. Mulai dari mencari bahan-bahannya,
memilah-milahnya, menyediakan peralatan yang pas, hingga memadukannya dengan
takaran yang tepat, dan sampai menungguinya di open. Dan lihatlah ketika sudah
jadi kue, baru dihidangkan beberapa menit saja, sudah habis. Apalagi bisaanya
tidak dimakan sendirian oleh yang membuatnya. Bayangkan kalau orang membuat kue
tadi tidak menikmati proses membuatnya, dia akan rugi karena dapat capeknya
saja, karena hasil proses membuat kuenya pun habis dengan seketika oleh orang
lain. Artinya, ternyata yang kita nikmati itu bukan sekedar hasil, tapi proses.
Begitu pula
ketika ibu-ibu punya anak, lihatlah prosesnya. Hamilnya sembilan bulan, sungguh
begitu berat, tidur susah, berbaring sulit, berdiri berat, jalan juga limbung,
masya ALLOH. Kemudian saat melahirkannya pun berat dan sakitnya juga setengah
mati. Padahal setelah si anak lahir belum tentu balas budi. Sudah perjuangan
sekuat tenaga melahirkan, sewaktu kecil ngencingin, ngeberakin, sekolah
ditungguin, cengengnya luar bisaa, di SD tidak mau belajar (bahkan yang
belajar, yang mengerjakan PR justru malah ibunya) dan si anak malah jajan saja,
saat masuk SMP mulai kumincir, masuk SMU mulai coba-coba jatuh cinta.
Bayangkanlah kalau semua proses mendidik dan mengurus anak itu tidak pakai
keikhlasan, maka akan sangat tidak sebanding antara balas budi anak dengan
pengorbanan ibu bapaknya. Bayangkan pula kalau menunggu anaknya berhasil,
sedangkan prosesnya sudah capek setengah mati seperti itu, tiba-tiba anak
meninggal, naudzhubillah, apa yang kita dapatkan?
Oleh sebab
itu, bagi para ibu, nikmatilah proses hamil sebagai ladang amal. Nikmatilah
proses mengurus anak, pusingnya, ngadat-nya, dan rewelnya anak sebagai ladang
amal. Nikmatilah proses mendidik anak, menyekolahkan anak, dengan penuh jerih
payah dan tetesan keringat sebagai ladang amal. Jangan pikirkan apakah anak mau
balas budi atau tidak, sebab kalau kita ikhlas menjalani proses ini, insya
ALLOH tidak akan pernah rugi. Karena memang rizki kita bukan apa yang kita
dapatkan, tapi apa yang dengan ikhlas dapat kita lakukan.
Begitulah kawan. Inti
dari semua apa yang disampaikan tadi adalah bekerjalah. Tetap dalam niat yang
ikhlas dan senantiasa menyempurnakan ikhtiar. Terakhir jangan lupa berdoa.
Nah, kita ini sekarang
dan nanti. Sebelum kita menjadi apa nantinya, kita ini adalah seorang da’i.
sebagai seorang muslim kita diwajibkan untuk berdakwah (menyeru kepada
kebaikan). Dalam hal ini pun begitu. Bekerja, bekerja dan bekerja. Berdakwah,
berdakwah dan berdakwah. Lakukan, lakukan dan lakukan. Lawan rasa malas kita
kawan karena malas itu….monggo dijawab.
“Malas itu kawannya syetan.”
Terlepas dari apakah
nanti orang akan menerima apa yang kita sampaikan atau tidak. Hanya allah lah
yang akan menampakkan hasilnya. Hanya allah lah yang dapat menyentuh wilayah
kerja yang satu ini yaitu wilayah hati. Allah yang menghembuskan agar orang
tersebut menerima, lalu melakukan dan kemudian bersyukur. Allah lah yang berkehendak.
Aku hanyalah manusia biasa
kawan. Manusia lemah dan tak luput dari kesalahan tapi aku senantiasa
berkomitmen dan berusaha memperbaiki niat demi niatku ini untuk belajar menjadi
lebih baik agar meminimalisir kesalahan dan pada akhirnya benar-benar menjadi
pribadi yang lebih baik.
Tulisan ini ku buat
semata-mata untuk menjalankan perintah allah. Yaitu watawasoubilhaq
watawasoubissobr, saling menasehati dalam kebenaran dan salin menasehati dalam
kesabaran. Ada yang benar datang dari allah, ada yang salah datang dari
pribadi yang kurang ilmu. Semoga tulisan ini bermanfaat.(24092012)