Aku berjalan di tanah Sunda
Disambut tangisan langit,
Karena aku meninggalkan tanah Sumatera
Sayang,
Bisa jadi kehadiranku tak kan lama
Bahkan,
Tak sempat untuk sekedar berkata tentang hari ini
Dunia,
Sekarang aku hanya ingin mengatakan
“PUNTEN”
Aku harus kembali ke asalku
Gundukan tanah basah tanpa nama

Situ patenggang (Bandung),
04 Februari 2013 (Pukul 00.00 WIB)

PUNTEN

by on Maret 01, 2013
Aku berjalan di tanah Sunda Disambut tangisan langit, Karena aku meninggalkan tanah Sumatera Sayang, Bisa jadi kehadiranku tak k...


Definisi Aqidah
Secara Bahasa Aqidah berasal dari kata ‘a-qa-da yang berarti buhul atau ikatan. Aqidah adalah sesuatu yang mengikat jiwa manusia. Adapun makna secara istilah, Hasan al-Banna mengatakan, Aqidah adalah persoalan yang harus dibenarkan oleh hatimu dan membuat jiwamu tenang, dan menjadi kepercayaan yang bersih tidak bercampur dengan keraguan atau kebimbangan. Pengertian yang dibuat oleh Hasan al-Banna tersebut masih bersifat umum. Manusia kadang-kadang merasa mantap dengan ajaran yang tidak benar. Tetapi jika hal itu menjadi sebuah keyakinan yang mantap, maka menurut pengertian Hasan al-Banna tersebut sudah bisa dikatakan sebagai aqidah.
Bagi Umat Islam, hal yang harus diyakini sepenuh hati adalah rukum iman. Maka ulama mendefinisikan aqidah secara syara’ dengan, “iman kepada Allah, para Malaikat-Nya, kitab-kitab- Nya, para Rasul-Nya, hari akhir, serta beriman kepada taqdir, yang baik ataupun yang buruk”. Definisi yang terakhir lebih tepat jika dinamakan dengan definisi aqidah Islam.

Pokok bahasan Aqidah
Hal-hal yang dibahas di dalam pelajaran Aqidah antara lain adalah tauhid, keimanan, kenabian, hal-hal ghaib (ghaibiyyat), taqdir, prinsip-prinsip keyakinan dalam agama Islam (ushuluddin). Selain itu juga membahas berbagai bantahan terhadap kelompok-kelompok yang menyimpang.

Nama-nama Lain Ilmu Aqidah
Selain Istilah Aqidah, para ulama’ menyebutnya dengan beberapa istilah yang lain, di antaranya adalah;
  • Tauhid (Mengesakan Allah)
Sebagian ulama’ menamakan Aqidah ini dengan istilah Tauhid sebab pembahasan yang paling pokok dalam aqidah adalah persoalan tauhid.
  • Ushuluddin (pokok-pokok Agama)
Istilah Aqidah kadang-kadang dinamakan ushuluddin sebab masalah keyakinan dalam ajaran Islam menempati  kedudukan yang palilng dasar. Hal ini bisa dilihat dalam pembahasan pentingnya aqidah.
  • Al-Fiqh al-Akbar (Pemahaman yang agung)
Imam Abu Hanifah menyebut aqidah ini dengan istilah al-fiqh al-Akbar. Penggunaan istilah ini didasarkan pada pemahaman terhadap perintah untuk ber-tafaqquh fiddin (memperdalam ilmu agama). Dalam tafaqquh fiddin tentu bukan hanya persoalan aqidah tetapi juga ibadah dan muamalah. Pemaha- man terhadap semua bidang keagamaan dinamakan fiqh, untuk membedakan antara fiqh bagian yang satu dengan yang lain dan mengingat kedudukannya yang sangat agung, maka aqidah ini dinamakan al-fiqh al-Akbar.
  • Iman
Dengan melihat definisi di atas, bahwa ada sebagian ulama’ yang mendefinisikan aqidah dengan rukun iman maka kemudian aqidah cukup dikatakan dengan iman saja.

Pembagian Syari’ah
Secara bahasa (etimologi), Syari’at merupakan kalimat yang berbahasa arab Syari’a yang bermakna “jalan menuju sumber air”. Atau sebagai sumber air yang di ambil orang untuk keperluan hidup sehari-hari. Syariat berasal dari kata syara’a, yang bermakna “mengurai atau menelusuri suatu jalan yang telah jelas menuju air”. Dengan makna tersebut, secara doktrin hukum, syari’at dapat difenisikan sebagai “jalan utama menuju kehidupan yang lebih baik yang terdiri dari nilai-nilai agama sebagai acuan untuk membimbing kehidupan manusia”.
Prof. Teungku M. Hasbi Ash-Shiddiqie mendefinisikan syari’at; “Segala yang diterbitkan (ditetapkan) syara’ untuk manusia, baik berupa perintah maupun merupakan tata aturan amaliyah yang menusun kehidupan bermasyarakat dan hubungan mereka satu sama lain serta membatasi tindakan mereka.”
Abdullah Yusuf Ali menerjemahkan syariat sebagai jalan agama yang lebih luas dari sekedar ibadah-ibadah formal dan ayat-ayat hukum yang diwahyukan kepada Muhammad SAW.
Dari penjelasan tersebut dapat diringkaskan bahwa Syari’ah adalah keseluruhan ajaran Islam. Dan keseluruhan ajaran islam dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu;
I’tiqadiyyah; yaitu bagian dari syari’ah yang tidak berkaitan dengan kaifiyat amal, seperti keimanan kepad Allah, kewajiban beribadah kepadaNya, mengimani rukun iman. I’tiqadiyyah ini disebut juga dengan ashliyyah (dasar atau pokok), atau disebut juga dengan ushul. Sehingga ilmu yang mempelajarinya sering disebut dengan ushuluddin (pokok-pokok ajaran agama Islam).
Amaliyyah; yaitu yang berkaitan dengan praktek amal manusia, seperti shalat, puasa, haji dan hukum-hukum amaliyah lainnya. Bagian ini disebut juga dengan far’iyyah (cabang) atau furu’. Dinamakan demikian karena kebenaran atau rusknya amal tergantung pada keyakinan. Amal baik kalau keyakinannya rusak, maka amal itu menjadi tidak bernilai di sisi Allah.
Dari sini dapat kita ketahui bahwa Aqidah yang benar adalah dasar tegakjnya agama, dan menjadi dasar kebenaran amal manusia. Firman Allah
فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا . [الكهف: 110]
Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hen- daklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia memperse- kutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya   .(al-Kahfi:110)
وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ . [الزمر: 65]
Dan Sesungguhnya Telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. “Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.(az-Zumar:65)

Sumber Akidah Yang Benar
Pokok bahasan Aqidah Islam menyangkut rukun iman yang enam. Semua hal tersebut tidak bisa dibuktikan kebenaran atau kesalahannya dengan menggunakan panca indera atau akal manusia. Tidak ada seorang pun di dunia ini yang lebih mengetahui tentang Allah, tentang sifat yang wajib ada bagi-Nya dan apa yang harus disucikan dari-Nya melainkan Allah sendiri. Kemudian selain dari Allah tidak ada yang lebih mengetahui tentang Allah selain Rasulullah saw. Oleh karena itu, sumber yang digunakan untuk menetapkan persoalan aqidah terbatas pada informasi yang berasal dari Allah dan dari Rasulullah saw, yakni Al-Quran dan Sunah.
Persoalan aqidah apapun yang ditunjukkan oleh Al-Quran dan Sunah tentang hak Allah maka wajib diimani, diyakini, dan diamalkan. Adapun persoalan yang tidak ditunjukkan oleh Al-Quran dan Sunah maka harus ditolak dan dinafikan dari Allah. Tidak ada ruang sedikitpun bagi akal untuk menggali konsep-konsep aqidah Islam. Demikianlah metode para shahabat dan tabi’in dalam menetapkan persoalan aqidah. Oleh karena itu, tidak ada pertentangan di antara mereka di dalam aqidah. Bahkan, akidah mereka adalah satu dan jamaah mereka juga satu. Karena Allah sudah menjamin orang yang berpegang teguh dengan Al-Quran dan Sunah rasul-Nya dengan kesatuan kata, kebenaran akidah dan kesatuan manhaj. Firman Allah SWT yang artinya:
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai,” (Ali Imran: 103)
“Maka jika datang kepadamu petunjuk daripada-Ku, lalu barang siapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak sesat dan tidak akan celaka.” (Thaha 123)
Karena itulah mereka dinamakan firqah najiyah (golongan yang selamat). Sebab Rasulullah saw telah bersaksi bahwa merekalah golongan yang selamat, ketika beliau memberitahukan bahwa umat ini akan terpecah menjadi 73 golongan yang kesemuanya masuk ke dalam neraka, kecuali satu golongan. Ketika ditanya tentang yang satu itu, beliau menjawab,
مَا أَنَا عَلَيْهِ وَأَصْحَابِي
“Mereka adalah orang yang berada di atas ajaran yang sama dengan ajaranku pada hari ini, dan para shahabatku.” (HR Tirmidzi)

Pentingnya Aqidah
  • Aqidah yang benar merupakan kunci kebenaran setiap amal
Aqidah menjadi landasan setiap amal manusia, maka jika aqidah itu benar maka perbuatan itu akan bernilai benar. Dan apabila aqidah itu salam, maka sekalipun perbuatan itu tampaknya membawa manfaat tidak akan bernilai benar di sisi Allah. Firman Allah
Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hen- daklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia memperse- kutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya   .(al-Kahfi:110)
Dan Sesungguhnya Telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. “Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.(az-Zumar:65)
  • Aqidah adalah kewajiban terbesar manusia dan seruan pertama para nabi
Oleh karena diterimanya amal manusia tergantung pada kebenaran aqidahnya, maka perhatian Rasul terhadap persoalan aqidah ini sangat besar, sehingga yang pertama kali menjadi seruan para Rasul, sebelum mengajarkan ajaran agama yang lainnya, yaitu seruan untuk memurnikan aqidah ini.
Dan sungguhnya kami Telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu” (an-Nahl:36)
  • Aqidah yang benar akan memberikan ketenangan dan kebahagiaan sejati bagi manusia.
Orang yang memahami hakekat kehidupan dengan benar, yakin kepada Allah dan hari akhir tidak akan pernah berprasangka buruk terhadap kehidupan yang dijalaninya. Andaikata seluruh hidupnya selalu berisikan duka dan nestapa, selama aqidah yang benar tertanam kuat di dalam hati ia tetap memiliki harapan untuk bisa hiudp bahagia, setidaknya di akhirat kelak. Sebaliknya orang yang tidak memiliki aqidah yang benar akan mudah merasa kehidupannya sempit, sehingga ketika mendapatkan ujian yang ringan saja, bisa jadi ia akan menempuh jalan pintas untuk mengakhiri hidupnya. Karena itulah hanya orang yang beriman yang tidak pernah berputus asa terhadap rahmat Allah, dan adanya putus asa itu menunjukkan sifat kekufuran.
Dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir”. (Yusuf:87)

PENGANTAR STUDY AQIDAH

by on Februari 22, 2013
Definisi Aqidah Secara Bahasa Aqidah berasal dari kata ‘a-qa-da yang berarti buhul atau ikatan. Aqidah adalah sesuatu yang mengika...

Aku dulu tidak begitu mengenal siapa itu yang layak dikenal sebagai PENULIS. Sebagaimana hari ini aku akhirnya mengerti tentangnya. Bahkan sangat memimpikan bisa menjadi penulis terkenal seperti Buya Hamka yang karyanya hingga kini abadi. Atau seperti Habiburrahman, yang terkenal dengan novel-novel islami. Yah, karena dulu bagiku waktu adalah membaca, membaca dan membaca. Kalau pun ada kegiatan ilmiah lain di luar membaca, ialah lomba. Lomba yang berhadiah benda-benda lucu yang sangat ku inginkan untuk melengkapi koleksi-koleksi barangku.

Kenalnya aku dengan PENULIS dan dunia kepenulisan ternyata adalah sejak SMP. Aku baru sadar ternyata apa yang aku lakukan selama ini adalah bagian dari menulis, terutama menulis buku harian pribadi dan buku harian genk-ku. Yah, isinya berupa kata-kata puitis yang bertabur dengan majas dan kini ku ketahui bahwa itu bisa dikatakan puisi.
Aku memang suka menulis sejak kecil. Menulis apa saja yang ku senangi. Menulis bebas tanpa peduli aturan penulisan yang ternyata harus menjadi perhatian penting bagi seorang penulis. Itu sih masalah teknis penulisan lanjut. Bagi pemula, ku sarankan kalian tetap eksis menulis apapun yang kalian senangi dan tentunya tulisan kalian itu berguna bagi siapa saja yang nantinya akan membaca. Yang jelas, aku senantiasa meraih nilai tertinggi dalam hal menuliskan cerita karena aku hobi sekali menulis catatan harian.

Sekarang aku akan bercerita tentang proses menulisku kepada kalian. Semoga dengan tulisan ini dapat kembali memotivasi diriku pribadi untuk semangat menulis dan juga kalian.
Kalian kenal Chairil Anwar? Kahlil Gibran?
Mereka ada penulis-penulis yang aku kagumi. Aku terpesona dengan puisi-puisinya Chairil Anwar dan juga kisah-kisah roman lagi puitisnya Kahlil Gibran. Aku rela-rela menyisihkan uang jajan untuk bisa membeli buku kumpulan puisi Aku ini binatang jalangnya Chairil Anwar dan buku-buku Kahlil Gibran yang tak boleh ku tinggalkan. Berasa makan permen. Manis dan membahagiakan.

Ada juga penulis puisi yang aku miliki bukunya ketika masih SMP yaitu Amir Pane. Sampai sekarang pun aku masih belum mengerti apa isi puisinya itu. Mungkin karena ilmuku masih sedikit kali yah. Tapi buku yang ini ku biarkan saja.
Ketika aku duduk di kelas 3 SMP aku mendapatkan hadiah novel berjudul Eiffel I’m in love. Novel itu ku baca dari jam 5 sore hingga jam 12 malam. Sengaja lembur. Luar bisaa ketertarikanku pada novel. Eh, kemudian itu novel di filmkan. Betapa senangnya diriku. Di televisi juga banyak berita muncul tentang bagaimana boomingnya novel itu dan kisah  penulisnya. Jadilah aku membayangkan suatu hari nanti aku bakal bisa menggantikan posisinya. Setelah novel itu, hampir tiap bulan aku dikirimi novel-novel remaja islami karya Irfan hidayatullah yang saat itu masih menjabat sebagai ketua Flp pusat, Pipit senja dan anak-anaknya yaitu Adzimattinur dan Haekal Siregar. Wah, satu marga nih! Pikirku.

Karena sering membaca novel-novel dan cerpen-cerpen di majalah langganan, aku jadi tertarik menulis cerpen dan novel. Aku coba-coba saja menulis namun hanya untuk diri pribadi. Aku sengaja menulis dalam sebuah buku dan kemudian ku persilahkan teman-teman sekelas untuk membaca tulisan-tulisanku. Akhirnya mereka pun pada ngikutan membeli buku tulis kosong dan berlomba-lomba denganku untuk menulis. Ceritanya saat itu berlomba-lomba siapa yang paling banyak menghasilkan tulisan baik puisi ataupun cerpen. Alhamdulillah, aku masih bertahan di posisi teratas.

Ketika SMA, guru les bahasa inggrisku yang juga guru agama saat di SMP ternyata adalah orang yang sangat gemar membaca. Itu ditularkannya kepada kami muridnya. Aku pun dipinjami novel pudarnya pesona Cleopatra, ayat-ayat cinta dan hapalan shalat Delisa yang ternyata semuanya itu baru dibaca oleh teman-temanku ketika di perguruan tinggi. Itu pun karena booming filmnya.
Kalian bisa lihat proses menulisku yang hanya karena membaca. Kalian juga bisa melihat bacaanku sejak kecil yang kemudian berubah hingga aku seperti sekarang. Ku pikir ini adalah suatu pola penggiringan dalam proses menulis. Ketika habis membaca buku aku kemudian menulis dan tulisan yang aku hasilkan tidak jauh beda dengan tulisan yang aku baca sebelumnya. Mungkin ini yang dibilang orang bahwa kalau kita cendrung menyukai karya seseorang, besar kemungkinan kita akan mengikuti gayanya berkarya sambil berjalan mencari identitas diri sendiri. Itu adalah jalan yang bagus. Dan masih ku ingat kata seorang profesorku bahwa “penulis yang baik adalah pembaca yang baik.” Sejak saat itu aku terus memaksa diriku untuk rajin membaca agar kualitas tulsianku makin baik karena aku sangat ingin menjadi seorang penulis islami terkenal seperti yang kalian ketahui.

Alhamdulillah, meski aku belum memiliki karya pribadi seperti teman-temanku yang lain, aku sudah bisa punya antologi sekitar 3 buah dan itu cukup menggembirakan. Setidaknya membalas jasa menulisku ke beberapa media yang tak kunjung dimuat. Ke depan, aku berharap bisa lebih baik lagi dan menghasilkan karya pribadi. Sekarang kerjaku hanya nongkrongin laptop dan berusaha menulis dan aku hanya publish tulisanku di blog. Mana tau nasibku seperti Raditya Dika. Karena isi blognya itu, dan ada yang tertarik untuk membukukannya. Aku percaya, takdir aku dan kita sudah ada jalannya masing-masing. Insyaallah sekarang aku tidak begitu bersedih lagi ketika tulisanku tidak dimuat di Koran atau media lain yang ku kirimi. Sekalipun aku telah belajar cukup banyak tentang kepenulisan dan hasilnya belum seperti apa yang aku harapkan, toh aku dulu hanya mengenal buku harian saja. Dan sekarang semangatku harus terus aku bangkitkan sebagaimana aku mewajibkan atas diriku sendiri untuk terus menulis harian setiap harinya seperti yang ku lakukan sejak dulu.

Bedanya, jika dulu aku menulis di banyak buku dengan gambar-gambar lucu lagi berkunci, kini aku cukup membuka laptop dan kemudian mengetik apapun yang aku pikirkan setiap harinya. Dari pada curhat di media sosial dan diketahui banyak orang, mending aku curhat sama benda ini. Tak mengapalah meski kini ide-ide yang ku tuliskan tiap hari tak kunjung menjadi sesuatu yang ada akhirnya. Aku yakin nanti ada masanya semua ide-ide itu bersatu padu dan akhirnya menjadi sebuah karya fenomenal. Amiiin.
Kalau kalian mau mengintip catatan-catatan harianku bisa mampir ke www.cobacobamenulis.blogspot.com. Sekiranya kalian berbaik hati membacanya dan kemudian memberikan komenta di bawahnya, aku semakin merasa bahagia dan mengucapkan terimakasih yang tak terhingga. So, ku rasa ini dulu deh ceritaku kali ini.


MIMPI MENJADI PENULIS

by on Februari 20, 2013
Aku dulu tidak begitu mengenal siapa itu yang layak dikenal sebagai PENULIS. Sebagaimana hari ini aku akhirnya mengerti tentangnya. Bah...


Aku tertarik sekali ketika ada info lomba tentang hijab ini. Kalau aku sih baru-baru ini saja familiar dengan kata-kata hijab. Aku tahunya jilbab atau kerudung. Jika aku ceritakan kisahku, kadang aku senyum-senyum sendiri. Mungkin sebagian orang akan mengatakan bahwa aku ini orang yang tidak konsisten atau bisa jadi orang akan mengatakan bahwa aku ini hanya ikut-ikutan saja. Tapi semoga dengan ceritaku ini kalian akan mendapatkan banyak hikmah dan pelajaran tentang jilbab. Kalian bisa memandang dari sudut pandang yang positif. Karena sesungguhnya apa yang aku alami ini adalah hal nyata yang memang terjadi pada waktu nyata di dunia ini.
Sejak TK aku sudah mengenal dan menggunakan jilbab karena aku sekolah di TK Islam. Kalau sehari-hari aku seperti anak-anak lainnya tidak menggunakan jilbab. Tapi aku bangga menggunakannya terutama jika sudah masuk pelajaran haji dan menggunakan baju ihram. Rasanya indah dan rapi. Masih sebatas itu saja perasaanku terhadap jilbab.
Lepas TK aku ingin menggunakan jilbab. Efek dari penanaman nilai-nilai keislaman selama di TK yang mungkin mempengaruhiku. Tapi tidak diizinkan oleh orang tuaku. Alasannya sederhana saja, jika sudah berjilbab, jilbab itu tidak boleh seperti mainan bongkar pasang. Bentar dipasang bentar dibuka.
Kata mama, jika sudah punya keinginan untuk berjilbab, aku harus benar-benar meyakinkan diriku sendiri tentang kenapa aku harus berjilbab dan aku harus benar-benar paham apa konsekuensi terhadap keputusan yang aku pilih. Masih sekecil ini saja mama sudah mengajarkanku alasan dan sebab musabab muslimah harus menggunakan jilbab. Jika aku menggunakan jilbab, mama mewanti-wantiku dengan mengingatkan bahwa kemudian aku harus meninggalkan aktivitasku yang banyak seperti menari, senam dan lain-lain. Kalau urusan meloncat-loncat dan melasak, muslimah menggunakan jilbab tidak boleh ikut. Itu pesan mama sejak aku kecil. Yah, namanya juga anak kecil, entah berapa persen yang aku amalkan.
Jujur aku menolak anjuran mama untukku meninggalkan semua aktivitasku itu karena waktu itu aku tengah berada di puncaknya. Anak kecil yang aktif dan ingin menjadi selalu terdepan dalam segala hal. Otomatis aku harus melakukan semuanya yang sekiranya memiliki peluang untuk membesarkan namaku melalui prestasi. Baik prestasi akademik amupun non akademik. Yah, akhirnya aku tidak jadi memakai jilbab.
Ketika hendak masuk SMP begitu juga. Alasan mama masih sama apalagi waktu itu aku getol-getolnya belajar musik, belajar main band dan belajar basket. Lagi-lagi aku tidak jadi memakai jilbab. Tak bisa ku bantah alasan mama yang sebenarnya masuk akan dan ada landasannya ketika aku sudah dewasa seperti ini dan mengerti lebih jauh tentang arti sebuah jilbab bagi seorang muslimah. Tapi kalau peringatan hari besar islam (PHBI), aku dengan semangat tampil menggunakan jilbabku yang aku kreasikan berkat belajar dari sebuah majalah remaja islam. Pemahamanku saat itu masih sebatas menggunakan jilbab dan tetap gaya dengan jilbab. Dalam hatiku, tak mengapalah untuk saat ini belum menggunakan jilbab tetap, hanya untuk momen-momen tertentu. Yang penting keinginanku untuk menggunakan jilbab sepanjang waktu itu suatu hari nanti akan kesampaian. Sekarang dimulai perlahan-lahan dulu.
Di akhir kelas 3 SMP, aku kembali ingin memakai jilbab. Mungkin karena aku juga mau masuk SMA yang membuat mama mengizinkanku memakai jilbab selesai ujian nasional. Usia SMA adalah usia-usia menuju dewasa awal yang terkadang banyak godaannya jika tidak dibarengi dengan agama. Jilbab merupakan salah satu benteng agama yang setidaknya menjadi pengingat dalam bertindak. Muslimah yang sudah menggunakan jilbab, harus lebih percaya diri terhadap keislamannya. Itu yang ku pikir ketika SMA.
Eh, pas giliran perpisahan SMP kan anak-anak yang mau tamat tampil dengan berbagai tampilan. Ada banyak kreasi. Nah, aku and the genk  tampil nge-dance. Aku masih ingat, kami membawakan lagu TATU. Sewaktu latihan ,aku tetap menggunakan jilbab. Giliran hari perpisahan, aku buka jilbab lagi deh karena teman se-genkku yang merupakan penanggung jawab untuk masalah kostum dan penampilan telah membelikan kami baju kaos lengan pendek dari Jakarta. Cantik lagi. Ditambah topi dan jaring-jaring tangan. Serba hitam. Eksklusif gimana gitu ditambah kosmetik yang kami gunakan.
Udah deh, beberapa teman heran. Perasaan baru beberapa hari menggunakan jilbab, sekarang sudah buka lagi. Itu pula yang menjadi alasan aku dan mamaku yang kemudian jadi ragu untuk menggunakan jilbab lagi. Pas mengukur baju seragam SMA, aku bingung minta ampun. Tiap hari menjelang pengukuran baju bahkan sampai di hadapan tukang jahitnya sendiri yang hendak mengukur tubuhku, aku masih saja bingung. Sebentar aku keluar kelas untuk berpikir. Sebentar aku balik lagi ke ruang kelas mengambil antrian untuk mengukur. Sampai-sampai tukang jahitpun bingung melihatku. Aku khawatir akan melakukan kesalahan yang sama lagi.
Akhirnya aku memutuskan dan membiarkan penjahit mengukur tubuhku untuk baju dan rok pendek. Baru satu bulan aku memakai seragam baru, aku kembali bingung lagi. Perasaan yang terus mendorongku dan merayuku untuk menggunakan jilbab kembali lagi. Seiring dengan datangnya bulan ramadhan. Aktivitas di sekolah pun di bulan ramadhan diawali dengan pesantren kilat selama beberapa hari. Berkumpul bersama-sama dengan para muslimah yang dengan anggun menggunakan jilbab. Sepanjang hari di sekolah membicarakan tentang agama, akhlak dan ibadah. Sebentar-sebentar membaca al-qur’an dan saling mengingatkan lagi. Membuat aku nyaman dengan kondisi itu dan tak ingin kehilangan momen itu meski nanti pesantren kilat telah berakhir.
Selesainya pesantern kilat, aku pulang ke rumah dan minta mama membuatkanku seragam lengan panjang. Mama terkejut sambil mengomel-ngomel. Secara baju seragamku masih baru. Jika tak terpakai jelaslah uang terbuang dan sekarang harus membuat baju baru lagi.
“Aku serius nih, Ma! Sekarang bulan Ramadhan. Bismillah.” Kataku mantap.
Meskipun masih tetap mengomel, mama tetap saja menjahitkan seragam baru untukku. Sejak Ramadhan itu hingga kini, Alhamdulillah aku telah berjanji pada diriku sendiri akan istiqomah dengan jilbabku ini. Aku ingin surga Allah. Aku ingin lelaki baik. Maka aku harus menjadi pribadi yang baik di semua sisi kehidupan dan menjadi muslimah yang pandai menjaga auratnya.
Bahagianya tidak hanya aku yang kemudian memutuskan untuk berjilbab. Ketiga sahabatku juga turut menggunakan jilbab. Sepertinya hidayah turun kepada kami pada bulan ramadhan ini. Meski keempat sahabatku yang lain belum mendapat hidayah untuk menggunakan jilbab, hubungan persahabatan kami masih tetap sama seperti biasanya. Dengan menggunakan jilbab, ku rasa aku semakin menjadi percaya diri dalam segala hal. Aku yakin dengan berjilbab tidak akan menghambatku untuk berprestasi.
Kemajuanku tentang jilbab adalah aku tetap memegang teguh pendirianku untuk menggunakan jilbab kemanapun dan sekalipun ada hal yang menggodaku. Namu, aku masih saja merasa belum sempurna. Aku terus dan terus mencari tentang jilbab yang seharusnya. Jilbab yang sesuai dengan syariat. Itu pun tidak langsung terealisasi karena butuh proses untuk penerimaan terhadap diri sendiri seutuhnya dan juga keluarga serta lingkungan.
Aku belajar banyak tentang aurat. Aku mencari sendiri dan memutuskan sendiri. Sekalipun pernah waktu itu kesannya teman kuliahku sedikit memaksa dengan cara tidak langsung. Aku tetap saja pada pencarianku dan pada akhirnya kini aku sudah yakin dengan keputusanku. Menggunakan jilbab yang sesuai dengan syariat islam yang telah allah sampaikan berabad-abad lalu di dalam al-qur’an.
Ternyata kadang kita harus memaksakan diri kita untuk melakukan sesuatu hal yang kita tahu kebenarannya namun sulit direalisasikan karena lingkungan yang tidak mendukung. Namun percayalah, selama niat di hati masih ada, dan tetap lurus karena menginginkan kebaikan, percayalah allah akan senantiasa menjaganya hingga nanti kita mencapai apa yang kita ikhtiarkan. Jangan lupa berdoa! Aku pun memintanya dengan berdoa. Mengemis-ngemis pada allah agar aku diberikan keberanian untuk dapat istiqomah menjalankan perintahnya.
Begitulah ceritaku tentang jilbab. Bisa ku katakan sekarang bahwa jilbab itu benda sakti yang melindungi dan menunjukkanku ke sejuta prestasi yang tak pernah terfikirkan bahkan aku ingini. Semakin hari, aku semakin berani. Aku juga semakin optimis kejayaan islam akan segera datang dengan banyaknya muslimah yang kini menggunakan jilbab. Paling tidak ada niat di hati untuk tidak sekedar menggunakan jilbab karena ikut-ikutan atau trend semata. Tapi menggunakan jilbab karena kepahaman dan dari hati. Just cause allah, insyaallah.
I love my jilbab. I love islam. Tampil sesuai syariat lagi modis dengan jilbab. Seperti Mbak Oki Setiana Dewi yang telah menginspirasi banyak muslimah untuk menyegerakan niatnya menggunakan jilbab.
(Ini tulisan yang pernah ku kirimkan dalam lomba menulis tentang hijab yang diselenggarakan oleh OSD. Namun, belum rezki untuk menang. Semoga bisa menginspirasi)