Pagi ini aku dapat sms dari seorang teman yang meminta bantuanku untuk mencarikan ikhwan untuk seorang seniorku. Cerita punya cerita, senior akhwatku ini sudah beberapa kali ta’aruf namun gagal katanya. Pas aku Tanya alasannya apa, temanku ini juga tidak begitu jelas. Tapi menurut pandangannya pribadi adalah karena senior akhwat ini sudah cukup mapan hidupnya dan syaratnya gak neko-neko. Cukup mau tinggal di daerah akhwat tersebut berhubung akhwat tersebut menetap dan bekerja di daerah tersebut.
Hm…apa hendak dikata jika begitu kondisinya. Aku hanya bisa bilang bersabar dan kalau jodoh takkan kemana. Yah, kemudian temanku pun mengatakan bahwa sang akhwat sudah didesak oleh kedua orang tuanya untuk segera menikah. Ini perihal yang sulit menurutku.
Tentang jodoh adalah allah yang mempunyai ketetapan. Siapa dia dan bagaimana dia adalah wilayah kerja allah. Ketika sudah berusaha namun belum rezkinya, sebagai makhluk kita hanya bisa bersabar dan bersabar. Hanya saja yang ku pikirkan adalah seperti serba salah. Lha, ya beruntunglah jika salah seorang dari pada pasangan adalah orang yang aktif dan kreatif. Nah, pasangan yang merasa tidak memiliki kemampuan yang sama dengan pasangannya harusnya bukan minder atau bahkan mundur. Harusnya, dengan segala keterbatasan yang ada, harus bisa terbuka dan kemudian berkomitmen untuk mengejar ketertinggalan ini untuk menyamakan kemampuan.
Ini bukan hanya cerita tentang seniorku yang punya kegelisahan terhadap jodoh. Tapi ada juga yang karena gelisah masalah jodoh akhirnya mengabaikan amanah yang diembankan padanya. Cerita seorang ikhwan yang tengah menanti pasangan. Karena hal itu beliau terlihat disibukkan dengan mencari nafkah yang kemudian menyebabkan amanah yang diberikan padanya terabaikan.
Cerita lain tentang seorang akwat dan ikhwan yang gelisah karena belum juga mendapatkan pekerjaan. Sementara gelar sarjana, gelar magister telah disandangnya. Tapi belum mendapatkan pekerjaan. Akhirnya kesana kemari dan mendengarkan perkataan orang tentang dirinya. Hal ini menyebabkan semangat dakwah menurun. Juga tentang seorang yang tengah menyelesaikan ugas akhir. Toh masih semester wajar untuk mengerjakan skripsi, sudah melebihi orang yang hampir drop out. Sampai-sampai frustasi. Padahal ada juga teman yang sudah hampir habis masa studinya tak kunjung selesai santai saja. Bukan berarti menyepakati hal yang demikian, lihat sisi positifnya saja.
Ketika diberi pilihan untuk hidup, maka jalanilah hidup yang sementara ini. Hidup jelas memberikan banyak tawaran yang mengkin positif atau negatif. Namun sekarang bagaimana kita untuk memilih diantara dua tawaran ini. Baik atau buruk? Berpikiran positiflah pada allah yang maha berkendak. Sekalipun kita telah berusaha untuk memaksimalkan hidup ini, jika allah tidak berkendak untuk langsung memberikan jawaban atas semua permasalahan kita itu maka tidak akan pernah terjadi. Bisa jadi, allah belum memberikan jawaban atas segal agelisah kita itu karena allah tahu kita belum siap untuk menerima jawabannya. Mungkin kita akan menjadi orang yang tak tahu bersyukur bila telah diberikan jawaban dan sebagainya. Wawlahualam.

HIDUP INI PILIHAN

by on Maret 23, 2013
Pagi ini aku dapat sms dari seorang teman yang meminta bantuanku untuk mencarikan ikhwan untuk seorang seniorku. Cerita punya cerita, s...
Apakah aku terlalu berlebihan menanggapi rasa ini?
Apakah terlalu besar prasangkaku sehingga aku tak bisa melihat sisi baiknya keadaan ini?
Ah, sudahlah!
Lama kelamaan kau akan terbisaa dengan keadaan seperti ini, bahkan tak peduli dengan rasa ini
Tapi kok,
Kenapa masih ada kata tapi?

Ingin rasanya mengatakan kembali padanya tentang hal ini. Perihal lama yang tak memiliki kemajuan. Tentang perasaan cinta, makna cinta, aplikasi cinta. Terlalu repot untuk dipikirkan karena ianya adalah tindakan. Terlalu berisik bila sering diumbar. Lantas, bagaimana meluruskannya? Memangnya sudah bengkok?
Jujur aku tak mengerti. Aku tak peeduli bila memang kalian menganggapnya aku terlalu berlebihan. Atau bahkan kalian menganggapku aneh. Tapi begitulah. Sekalipun aku mencoba untuk melupakan. Aku tak bisa karena ini bukan perihal hitungan jam, tapi hitungan dasawarsa. Itu yang selalu katakan. Begitulah adanya. Wajar saja jika mungkin terkesan berlebihan. Tapi bagi mereka yang mengerti, kondisi ini tidak salah.
Tak mengapa bila nanti aku benar-benar tidak peduli. Mungkin begitulah kondisi yang seharusnya terjadi agar tidak ada sakit hati. Allaaaaaaaaaaah….hanya engkau tempatku meminta pertolongan. Tolong aku, jaga hatiku dan tetapkan imanku. Jadikan aku hamba yang senantiasa mensyukuri nikmatmu dan menikmati apapun yang terjadi dalam hidupku. Allah, bantu aku. Ingati aku. Tegur aku. Manakala hatiku kembali berharap pada pengharapan semu itu. Sekalipun cinta adalah fitrahnya manusia. Jauhkan aku dari cinta yang menyakitkan seperti ini.
Pada mereka, sahabat yang ku cintai karena allah. Insyaallah mulai hari ini, aku akan berusaha melupakan segala rasa sedih dan kecewa atas pengharapan cintaku padamu yang tak berbalas sebagaimana yang ku harapkan. Sekarang aku hanya berharap kalian tak akan menganggapku aneh dan berubah jika suatu hari nanti kalian lihat aku tak lagi peduli. Bahkan cuek pada kondisi dimana kita tetap ditakdirkan untuk bersama. Yah, aku hanya manusia lemah dengan segala kekurangan. Maafkan juga atas semua kesalahan dan kesilafan yang tak pernah kau ucapkan sekalipun aku memaksa memintanya. Terlepas dari sikapmu untuk tidak menyinggung perasaanku. Tapi aku butuh.
Nyatanya tidak terjadi, tak mengapa. Sekali lagi aku hanya ingin mengatakan janagn salahkan aku jika nanti aku tampak tak peduli dan berubah di matamu. Ini semua semata-mata karena aku ingin meminimalisir pengharapanku pada kalian, sahabt yang ku cintai karena allah. (20 maret 2013)

Curhat Alay bin Serius

by on Maret 21, 2013
Apakah aku terlalu berlebihan menanggapi rasa ini? Apakah terlalu besar prasangkaku sehingga aku tak bisa melihat sisi baiknya keadaan ...

Alhamdulillah, pada pukul 21.57 malam ini perasaanku jauh lebih tenang setelah banyak membaca al-qur’an dan mendengarkan beberapa saran dan nasihat dari para sahabat. Padahal, baru saja tadi sekitar pukul 18.51 aku mendadak sesak nafas dan bingung. Pasalnya, dapat telpon dari seorang senior yang to the point menanyakan kesediaanku untuk menjadi Bcad (Bakal calon anggota dewan) dari Kabupaten Indragiri Hulu (INHU). Terkait pemenuhan kuota 30% wanita di parlemen.
Mendengar kata-kata itu aku beneran shock. Baru saja tadi sore membahas hal itu. Aku pribadi sudah menyampaikan bahwa aku cenderung tetap tertarik pada jalur eksekutif bukan legislative. Paling enggak pengalaman selama organisasi di kampus cukup memberikan pengetahuan tentang dunia perpolitikan. Secara langsung ku katakan bahwa aku tidak siap dan tak terpikir untuk nyemplung saat ini.
Sang penelepon tentunya bertanya-tanya kepadaku siapa lagi perwakilan yang bisa diajukan untuk memenuhi kuota ini. Aku pun bingung karena adapun yang bakal ditawarkan masih belum selesai kuliahnya. Yah, pembicaraan terputus sampai disitu.
Seusainya pembicaraan, aku terpikir lagi tentang peluang ini. Satu sisi aku berpikir mungkin ini cara lain yang allah tunjukkan untukku bisa berkontribusi di daerah. Apalagi kita sama-sama tahu kondisi di daerah. Namun, satu sisi aku sudah memiliki planning lain untuk massa depanku yaitu dengan melanjutkan kuliahku ke jenjang yang lebih tinggi. Aku telah merencankan jenjang karier yang ingin ku lalui. Yah, tentunya juga untuk kontribusi kongkretku secara professional.
Ah, dunia nyata ini memang memberikan banyak pilihan kebaikan. Dan, aku dihadapkan pada pilihan yang mungkin sama baiknya. Bismillah…aku telah mengambil keputusan ini dan semoga allah merahmati dan meridhoi rencanaku ini. Menjadikan alasan menolaknya aku tadi sebagai sebuah hikmah agar aku bisa lebih fokus dan komitmen dalam mengambil keputusan dan menjalankan keputusan yang telah aku ambil.
Aku teringat pada kata-kata semakin tinggi pohon maka semakin besar tekanan, yaitu angin sepoi-sepoi yang bisa saja membuat pohon ini tumbang. Wawlahualam. (16032013)

BCAD

by on Maret 16, 2013
Alhamdulillah, pada pukul 21.57 malam ini perasaanku jauh lebih tenang setelah banyak membaca al-qur’an dan mendengarkan beberapa sara...
Ibu-Ibu Guru dan Bapak-Bapak Guru yang kami hormati!
Menyambut Hari Ulang Tahun Ke-40 Majalah Bobo, tanggal 14 April 2013 nanti, Majalah Bobo kembali menyelenggarakan Lomba Mengarang Cerpen oleh Guru. Kami mengundang Ibu dan Bapak Guru sekalian untuk ikut serta dalam lomba ini. 
Majalah Bobo berharap, karya Ibu dan Bapak Guru bisa memberikan hiburan,
sekaligus panduan nilai moral kepada anak dalam kehidupan sehari-hari. Tema cerpen bebas. Boleh tentang apa saja. Yang penting cerita itu indah, menarik, dan sesuai untuk anak.
Untuk teman-teman pembaca Bobo, tolong, sampaikan pengumuman ini kepada Ibu dan Bapak Guru di sekolahmu, di sekolah temanmu, atau di sekolah saudaramu. Terima kasih, ya!
Syarat Lomba
Lomba ini untuk para guru.
Naskah ditulis dalam Bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Naskah harus asli, bukan terjemahan, saduran, atau mengambil ide dari karya lain yang sudah ada.
Naskah belum pernah diterbitkan di media massa (cetak maupun elektronik) dan tidak sedang diikutsertakan dalam lomba lain. 
Tema bebas, asalkan sesuai untuk anak.
Atas karya yang menang, Redaksi Bobo berhak menerbitkannya di Majalah Bobo, mengumumkan/memperbanyak, dan mewujudkannya kembali dalam format digital maupun non digital yang tetap merupakan bagian dari Majalah Bobo. 
Atas naskah yang tidak menang lomba tetapi memenuhi syarat untuk diterbitkan, Redaksi Bobo berhak menerbitkannya di Majalah Bobo, mengumumkan/memperbanyak, dan mewujudkannya kembali dalam format digital maupun non digital yang tetap merupakan bagian dari Majalah Bobo. Penulis akan mendapat honor atas pemuatan naskah tersebut. 
Naskah yang masuk menjadi hak Redaksi dan tidak dikembalikan.
Keputusan juri mengikat dan tidak bisa diganggu gugat.
Hadiah untuk pemenang sudah termasuk honorarium pemuatan di Majalah Bobo maupun segala alih bentuknya. 
Ketentuan Teknis
Setiap peserta boleh mengirimkan lebih dari satu naskah cerpen.
Naskah diketik di kertas berukuran folio dengan jarak 2 (dua) spasi. Panjang tulisan maksimal 3 halaman.
Lampirkan di setiap naskah: biografi singkat penulis, surat keterangan dari Kepala Sekolah serta cap sekolah, fotokopi KTP, nomor telepon rumah/hp, nomor rekening bank, dan selembar foto terbaru ukuran kartu pos (3R).
Naskah dimasukkan ke dalam amplop. Tuliskan: Lomba Mengarang Cerpen Anak oleh Guru di sudut kiri atas amplop. 
Karya dikirimkan ke: Panitia Lomba Mengarang Cerpen Anak oleh Guru,Redaksi Majalah Bobo, Jl. Panjang No. 8A, Jakarta 11530.
Karya peserta diterima panitia paling lambat pada tanggal 13 April 2013.
Hadiah:
·         Juara I: Rp 8.000.000,00 (delapan juta rupiah)
·         Juara II: Rp 6.500.000,00 (enam juta lima ratus ribu rupiah)
·         Juara III: Rp 5.500.000,00 (lima juta lima ratus ribu rupiah)
10 (sepuluh) pemenang harapan, masing-masing berhadiah Rp1.000.000,00. (satu juta rupiah)
Lain-Lain
Pengumuman Pemenang akan dimuat di Majalah Bobo No. 08/XLI, yang terbit tanggal 30 Mei 2013.
Hadiah akan dikirim melalui transfer lewat bank.
Pemenang akan mendapat surat pemberitahuan langsung dari Majalah Bobo dan tidak melalui agen/perantara lain.
Waspadalah dengan penipuan yang berkedok ingin membantu/mengurusi pemenang. Jangan pernah melayani permintaan transfer uang sedikit pun. Kalau ada hal yang mencurigakan, segeralah menelepon Redaksi Majalah Bobo: (021) 5330150, (021) 5330170, pesw. 33201, 33206.