Mencari pekerjaan itu susah. Jadi yah nikmati saja pekerjaanmu saat ini jika kau belum berani melangkah keluar dari zona nyaman. Yaitu keluar dari pekerjaanmu saat ini dan kemudian mencari pekerjaan lain yang membuatmu nyaman. Atau justru membuka usaha sendiri (bisnis) yang kemudian juga bisa membuka lapangan pekerjaan bagi orang lain. Itu pilihanmu.

Adikku, hampir dua tahun mencari pekerjaan ke sana ke mari bahkan banyak modal yang telah dikeluarkan orang tuaku untuk ongkos dan biaya administrasi mengurusi berkas-berkas lamaran kerjanya. Namun, rezeki belum berpihak padanya. Apa hendak dikata. Akhirnya, awal tahun kemarin ia baru mendapat pekerjaan dan itu pun luar biasa perjuangannya. Hari ini ia sangat sibuk dengan pekerjaannya yang snagat menyita waktu dan beresiko tinggi. Bahkan, tak ada hari libur sekalipun itu hari minggu dan tanggal merah nasional. Kerja apaan seperti itu? Ada. Aku hanya bisa mengatakan, “Ada pekerjaan seperti itul. Yang penting halal. Pun, mumpng masih single dan dia lelaki. Biarkan saja ia menjalaninya. Ia pasti pandai menyiasati kejenuhannya dalam bekerja.”

Kemarin, ia mengirimku sebuah pesan di bbm dan menawarkanku sebuah pekerjaan freelance yang sama sekali tak pernah terbayangkan olehku. Marketing asuransi. Sebuah pekerjaan yang aku tak mengerti dan kurasa aku tak pandai berjualan dan sesungguhnya lebih tepat lagi tak ada keinginanku untuk bekerja sebagai marketing sekalipun aku dalam keadaan terdesak. Saat ini yah. Entah kalau nanti-nanti.

Yang kuterkejutnya bukan hanya soal pekerjaan ini. Tapi tentang perhatiannya padaku. Ia adalah tipe yang cuek dan cuek banget. Entahlah. Keras juga. 

Jadi ceritanya saat ini aku masih digantung sama pemerintah. Kurang lebih begitulah. Kemarin ikut tes calon aparatur sipil negara (CASN) jalur guru garis depan (GGD). Sampai sekarang belum jelas hasilnya. Masih menunggu. Menunggu dalam kebingungan. Satu sisi sudah gak punya pekerjaan lagi dan butuh uang. Satu sisi, mau melamar pekerjaan mana ada yang mau nerima serba nanggung kalau gak freelance seperti yang ditawarkan adikku tadi. Pheuf. Aku tidak ingin mengeluh dengan keadaan ini. Toh, itu sudah keputusanku.

Mendapat bbm darinya membuatku bahagia dan terharu. Ia peduli padaku sampai-samapi mencarikan lowker untukku. Ia tak pernah menunjukkan kepeduliannya secara nyata. Sekedar menanyakan kabarku saja tak pernah. Tapi ya sudahlah, ia memang begitu tipenya. Tak bisa pula kuharapakan keromantisannya seperti adik-adik orang lain yang saling mesra antara kakak dan adik. Meski ya kami hanya berdua beradik. 

Well, makasih ya, Dek. Setidaknya bbm-mu itu membuatku lebih semangat. Aku tidak benar-benar sedang bingung sendiri. Aku sedang berproses dalam karyaku dan mudah-mudahan pengumuman itu segera keluar. Doa yang banyak untuk aku.

MENCARI PEKERJAAN

by on Januari 26, 2017
Mencari pekerjaan itu susah. Jadi yah nikmati saja pekerjaanmu saat ini jika kau belum berani melangkah keluar dari zona nyaman. Yaitu kelu...

Ada yang istimewa dari sebuah permen. Ini adalah permen pemberian seorang bocah kelas lima SD. Sebut saja namanya Fikri (bukan nama aslinya). Ia adalah anak tetanggaku. Seorang piatu yang kini memiliki seorang ibu tiri. 

Saat itu aku baru pulang dari kegiatan seharian. Biasanya aku akan selalu menghampiri adik bayinya. Ketika baru saja aku menghampiri adik bayinya itu, ia berlari kecil ke arahku dan menyerahkan sebuah permen mint. “Untuk Kakak?” tanyaku memastikan. Ada apa senja begini dan aku baru tiba, ia memberiku sebuah permen. Ia mengangguk.
Aku menyambut baik pemberiannya. Terasa olehku ketulusan hatinya. Tiba-tiba saja hati ini basah. Kedekatan kami yang membuat permen itu terasa spesial. Bukan tentang besar kecilnya pemberian. Tapi tentang ketulusan dalam memberi. Aku tahu ia begitu tulus bukan karena aku semata-mata menyimpulkan begitu saja. 

Hari-hari kami bertetangga, ada banyak hal tentang keluarganya yang aku ketahui dan membuatku terkadang miris. Aku tak akan menceritakan apa yang terjadi dalam keluarganya. Yang inign aku ceritakan adalah sikapnya Fikri. 

Ia adalah anak kecil yang dewasa dan bijak. Ia adalah anak kedua yang memiliki satu kakak perempuan dan seorang adik perempuan. Ditambah kini ia memiliki seorang adik tiri yang juga perempuan. Setelah ibu tirinya melahirkan, ia pun mempunyai seorang adik bayi lelaki yang akhirnya akan menemaninya. Kondisi ibu dan ayahnya yang seorang pekerja membuat ia harus mandiri dan dewasa dibandingkan kakak dan adiknya. Ini terlihat dari caranya menghadapi masalah yang tengah menimpa ia dan keluarganya. Tentang sikap mengalahnya ynag kalau saja ia berontak, mungkin ia bisa keras seperti anak lelaki pada umumnya. Tapi bukan itu yang ia lakukan. Ia berada pada posisi penengah, sabar dan pandai menjaga keseimbangan emosinya. Salut. Terkadang, keadaan memaksa seseorang untuk bisa bersikap dewasa dna bijak.

Karena itulah aku terharu jika tiba-tiba ia memberikan sebuah permen padaku. Mungkin ia juga tahu bahwa aku sedang lelah. Ia pandai sekali menghibur. Terimakasih ya Fikri. Kakak hanya bisa doakan semoga allah senantiasa menjagamu. Teruslah bersikap baik dan lembut serta bijaksana seperti itu. Bukan karena siapa-siapa, tapi karena allah sangat menyukai sikap seperti itu. Semoga ibu kandungmu di surga bangga padamu.

SEBUAH PERMEN

by on Januari 26, 2017
Ada yang istimewa dari sebuah permen. Ini adalah permen pemberian seorang bocah kelas lima SD. Sebut saja namanya Fikri (bukan nama asli...
Fotonya kurang lengkap karena gak ada Binta

Ini ceritanya kita nahan malu buat selfie di atas pelaminan. Secara kan yah udah emak2 orang kecuali gue ama inyiq. But, pura2 santai aja, guys. Anggap aja gak ada orang. Anggap aja kita orang terkenal yang emang gitu sih sejak zaman sekolahan. Kita tahunya kita adalah anak2 sekolah paling asyik (ASPAL) yang punya reputasi dan prestasi yang baik di sekolah. Jadilah genk ini. Tapi kemarin kurang lengkap karena satu personil kita gak ada. Binta alias bundanya Arshaka, sekarang udah pindah domisili ke Jogja. Jauh kan yak? Meski lebih jauh ke Papua sih. Heheh.

Itu foto buat kenang2an kita, guys. Siapa yang akan menyusul setelah ini? Apakah aku ataukah Inyiq? Penasaran? Tunggu cerita selanjutnya. Setelah kita berdua menikah, bolehlah kita buka buku harian kita dan melihat kembali. Apakah daftar urut pernikahan kita di kenyataan sama dengan tulisan kita waktu masih muda dulu? Sabar yaaa sampai semuanya udah nikahan.

Waktu mau foto kan ya, lucunya ini pengantin berdua sibuk selfie dan malah debat2an hasil foto selfienya. Kita mah jadi penonton di atas panggung. Geleng2 kepala gue liatnya. Tapi gapapalah. Ini hari lu n Mas lu, Dek. Tulisan ini jg gue bikin sebagai kado buat lu. Maaf ya genk, gue blum bisa bikin novel ato buku tentang kitanya. Blum jadi2 sampe sekarang. Ntaaar...ada masanya. Sama kayak jodoh, rezeki n maut. Buku itu ada nasibnya. Yang penting ini dulu dah. Barokallahulakuma wa baroka alaykuma wa jama'a baynakuma fii khoir.


Nah, pas ada pesta pernikahan, paling asyik buat reuni. Gak nyangka aja bisa reunian sama ketua Osis zaman SMA dulu yang sekarang udah jadi ASN. Yang di belakang2 kita itu mah junior. Sementara yang di depan senior kita. Uuulala Kak Uchaaaaa! Yang belum nikah semoga diberi kelancaran yaaa. Yang udah nikah bahagia selalu n langgeng2 yaaa.

Whatever, momen pernikahan lu ini mudah2 bisa menjadi lembaran baru yang lebih baik lagi buat hidup lu ya, Dek. Gue harap lu bahagia n sehat2 slalu. Cepet2 kasih Aspal Junior buat kita. Biar rameee...biar gue bisa bikin sekolah yang isinya anak2 lu pade. Sekalian tuh bikin perpustakaan yang gede, studio, restoran deelel yang isinya Aspal New Generation. Ahaaiii...mimpi dulu boleh kan  yak?

Dan, 16 tahun persahabatan kita mudah2n senantiasa diberkahi n dilindungi oleh allah swt yaaa kesayangan. Dimanapun kita berada dan dalam kondisi apapun, sama2 saling menguatkan dalam doa. Kita masih anak sekolah paling asyik sampe kapanpun. Sukses buat kita semua dan i love you all cause allah.

Della n Khafid Wedding

by on Januari 24, 2017
Fotonya kurang lengkap karena gak ada Binta Ini ceritanya kita nahan malu buat selfie di atas pelaminan. Secara kan yah udah emak2 or...
Ini adalah kedua kalinya bagiku bisa berbagi bersama penghuni lapas II B untuk Wanita dan anak. Dulu, tahun berapanya aku gak ingat. Yang jelas saat itu kami ngajar ngaji sempena ramadhan kalo gak salah. Nah, kali ini adalah kampanye menulis bersama forum lingkar pena (flp) Riau. Ini juga bukan pertama kalinya Flp Riau datang ke sini. 

Bulan lalu sempena hari ibu, untuk pertama kalinya kampanye menulis bagi warga lapas ini dimulai. Aku nya yang kebetulan gak bisa gabung karena lagi pulkam. Saat itu pesertanya ratusan karena masih awal perkenalan tentang kepenulisan dan menawarkan siapa saja yang tertarik buat menulis.

Jadilah, pertemuan kedua ini aku punya kesempatan untuk bergabung. Alhamdulillah pesertanya cukup antusias. Ini pesertanya pada pertemuan kedua kemarin.

Menulis sebagai terapi bagi hati dan pikiran. Itulah yang diangkat pada pertemuan kemarin. Setiap orang jelas memiliki masalah yang berbeda-beda dan berasal dari latar belakang keluarga dan profesi yang berbeda pula. Begitupun masuknya mereka ke lapas ini. Terlepas dari itu semua, Flp mengajak warga lapas untuk menuliskan perasaannya ke dalam sebuah tulisan true story. Sebagai ikhtiar agar orang lain tidak terjerumus pada keadaan yang sama dengan mereka.

Sebagaimana Pak Habibi yang memilih menulis sebagai terapi dirinya setelah kepergian istrinya. Selain perasaannya tersalurkan, tulisan-tulisannya menjadi inspirasi bagi orang lain. Kini, tulisannya sudah diangkat ke layar lebar dan menjadi hal yang ditunggu-tunggu.

So, kami justru banyak belajar ketika hadir ke sini. Hidup ini memang harus dihadapi dengan bersyukur. Apapun itu. Keadaan saat itu hendaknya tetap mendekatkan diri kita kepada Sang Pencipta dan menjadi pribadi yang lebih baik lagi.

Kita adalah waktu yang sangat panjang. Bukan berbilang ratus atau puluhan hari. Lebih dari itu. Bila boleh kutotalkan, lima belas tahun rupanya. Kalau boleh kukalikan lagi, seratus delapan puluh bulan tepatnya. Kalau boleh detil lagi, kurang lebih enam puluh lima ribu tujuh ratusan hari pernah kita lewati. Mulai dari zaman hp monopohonik sampai era smartphone begini, rasanya tak ada kendala dalam sarana komunikasi yang harus kita hadapi. Tapi nyatanya, tidak begitu. Komunikasi itu ternyata bukan soal sarana, tapi soal rasa.

Yah, kenapa harus rasa?

Aku bingung harus memulai dari mana. Takut ini hanya pe’rasa’anku saja. Ingin dimengerti, ingin dimiliki, ingin slalu dibersamai, ingin disukai dan diingini lainnya. Ah, kadang aku pun tak mengerti. Jika saja kubawa slalu Tuhan dalam setiap keinginanku itu, mungkin tidak akan jadi begini. Memberi dan berharap kembali, mendapat sesuatu atas imbalan pemberian.
Perhatian balas perhatian, kasih sayang balas kasih sayang. Cinta balas cinta dan semangat balas semangat. Seperti rumus hukum aksi reaksi. Memaksanya harus mengerti. Nyatanya bertepuk sebelah tangan.

Sahabat, kuingin kau mengerti. Kuingin kau sadari. Sebatas ‘impas’ sajalah sudah cukup. Tapi yang ada aku kelelahan karena terlalu jauh berharap. Hingga kini, bagimu semuanya biasa saja. Sementara itu, aku senantiasa mengelu-elukan rasa yang ada diantara kita. Persahabatan. Yah, persahabatan yang indah sebagaimana yang kita baca dalam serial lima sekawan.

Suatu ketika, pada puncaknya. Aku masih mencoba menerka pe’rasa’anku itu. Benarkah kita adalah sahabat? Rupanya, kita hanya teman. Maaf jika nanti kau membaca tulisanku ini, kau merasa aku sangat keterlaluan. Tapi begitulah pikir dan rasaku. Aku tak mau berlebihan menyiksa diri.

Kini, kita semua sudah bisa menenangkan diri masing-masing. Terlebih aku yang terlalu banyak menuntut. Sekarang aku sudah mulai memahami, bahwa memberi itu tak harap kembali. Ketika kau tlah memilih untuk memberi, maka saat itu juga kau harus ikhlas menerima setiap kemungkinan yang akan terjadi.

Memberi Tak Harap Kembali

by on Januari 02, 2017
Kita adalah waktu yang sangat panjang. Bukan berbilang ratus atau puluhan hari. Lebih dari itu. Bila boleh kutotalkan, lima belas tahun rupa...
Sebenernya bingung sih mau ngasih judul curhat kali ini itu apa. Niat awalnya cuman pengen bikin jejak tulisan di awal tahun ini. Tapi belum ada inspirasi. Eh, tepatnya, inspirasinya masih belum lancar. Ide-idenya masih berterbangan dan rada susah ditangkap. Heheh.

WELCOME 2017. ASSALAMUALAIKUM.

Ada banyak harapan yang udah direncanakan. Manusia mana sih yang tak mau semua harapannya menjadi kenyataan? Well, karena itu aku tulis rincian rencana aku di tahun 2017 ini secara rinci di buku harian. What? Buku harian? Iya dong, gini-gini aku masih punya buku harian. Nah, di sini ntar aku mau nyeritain yang ringan-ringan saja. May be. Jadilah aku namain tulisan aku kali ini RESOLUTION 2017 WANNA BE INSYAALLAH.

Apa ya? Aku pengennya semua yang baik-baik dan bahagia deh di tahun ini. Mengingat di tahun-tahun sebelumnya masih banyak yang gak baik dari diriku ini. Malu mengingati itu semua. Bahkan, aku seringkali takut kalau-kalau Allah itu gak kenal sama aku. Maksudnya gini lho. Secara logika, gak mungkin allah itu gak kenal sama aku lha wong allah yang nyiptain aku. Tapi secara anehnya, pikiranku seringkali takut kalau allah itu gak kenal sama aku. Sama seperti siapalah aku di mata teman-temanku, di mata masyarakat, di mata teman-teman seprofesi. Barangkali mereka gak kenal aku karena emang gak ada ‘something’ yang ngejual dari diriku. Kerennya rekam jejak alias track record gitu deh. Bukan karena inign dipandang di mata manusia, ini pengennya dipandang di mata allah. Biar ntar pas ninggalin dunia yang fana ini ada sedikit kelegaan, ada bekallah gitu buat di akhirat kelak. Jadi ntar gak galau mau ke surga ato neraka. Ah, aku ngelantur, guys. Sorry ya. Sebenarnya aku tuh ngantuk n pengen tidur siang. Tapi gak bisa karena hatiku resah bila belum menulis hari ini. Eaaa...

Melihat beberapa waktu ke belakang, aku baru nyadar sesadar-sadarnya bahwa selama ini aku itu masih banyaaaak banget kekurangan dan kesalahannya. Teringat suatu waktu di 2013, aku pernah janji untuk gak bakal mengeluh lagi setelah adegan ketinggalan pesawat di Jakarta sementara uangku pas-pasan dan aku harus segera ke Malang, mengejar misi besar dalam hidupku ke depan. Rupanya takdir allah lain. Aku janji sejanji-janjinya sama allah sejak itu gak bakal mengeluh, lebih sabar dan lebih komitmen lagi terhadap segala sesuatu yang aku rencanakan dan juga yang diamanahkan.

Tahun-tahun berikutnya aku coba untuk terus memperbaiki diri. Ada sedikit perubahan. Tapi baru sedikit. Nah, tahun ini harapannya, grafik janji itu meningkat lebih baik. Janji itu adalah salah satu implementasi sikap bersyukur terhadap semua yang telah allah beri. Dikejarpun dunia mati-matian, ia akan menjauh selagi kamu gak dekat dengan yang punya dunia. So, keep calm down with the world dengan tetap semangat membuat rincian mimpi-mimpi besarmu. Untuk mimpi, jangan pernah takut deh. Bila konsep hidup kamu balik ke, “Manusia hanya bisa berencana, Allah yang menentukan.” Tetep kamu punya hak untuk berencana sebaik mungkin, sedetail mungkin dan setinggi mungkin. Kata proklamator negeri kita, Pak Soekarno, “Bermimpilah setinggi lagit. Jika engkau jatuh, engkau akan jatuh di antara bintang-bintang.”

Apa? Kamu mau aku list mimpi-mimpi aku di 2017 ini?

No...no...no...Kan, aku udah bilang kalau aku udah bikin detailnya beberapa hari yang lalu di buku harianku. Cukup aku dan allah yang tahu. Kalaupun ntar ada orang yang bakal aku liatin di kemudian hari, dialah orang yang beruntung. Kamu, iya kamu, calon sehidup sesurgaku. Heheheh.

But, besarpun mimpi-mimpiku tahun ini dan kedepannya, rasanya kurang enak dan indah jika belum berdua. Biar ada yang akan menyemangati ketika aku mulai lemah, biar ada yang bakal memegang tanganku dan menariknya untuk bangkit ketika aku jatuh. Biar kebahagiaannya bisa dirasakan bersama sehidup sesurga.

Apalagi ya? Biar ketika sakit, aku bisa membagi sakitnya sama orang yang bakal siap menemaniku saat sakit dan turut merasakan sakitnya. (Lebay lagi deh, Vit.)

Itu beneran. Kayaknya tahun ini aku bakalan lebih nurut sama nyokap yang udah dari bertahun-tahun lalu lamanya sejak aku kuliah nyuruh aku menikah. Tahun ini ya, insyaallah atas izin allah dan doa kedua orang tuaku. I’ll be get him. Norak dikit boleh ya.

Alasannya? Alasan apalagi? Alasan kenapa harus menikah? Kan, udah dibilang di atas, biar ada teman sehidup sesurga. Daaaaann...biar nyokap sama bokap tenang. Sekalipun aku akan merantau, udah ada temen halalnya yang bakal ngejagain. Toh, ini juga sebagai hadiah dan momen untuk buat orang tua bahagia. Selama ini mereka udah baik banget mulai dari aku lahir, tumbuh dan berkembang, sekolah dan bekerja, melancong kemanapun aku suka dan lain-lainnya yang tak bisa aku katakan dan cukup aku rasakan. Itu aja alasannya. But, the fisrt only reason adalah biar sempurna separuh agamaku, separuhnya lagi bakal aku sempurnakan bersamamu. Doakan aku ya temans.

This is real, welcome 2017. Moga cepet nikah bagi yang jomblo, cepet dapat momongan bagi yang udah nikah, moga cepet dapat menantu bagi yang udah punya anak, moga dapat cucu bagi yang udah punya menantu. Moga lebih produktif lagi dalam kerja dan karyanya ya para guru kehidupan. Aamiiin.

Barangkali ini pengalaman pertama aku naik kereta api dalam waktu yang cukup lama. Bermalam di dalamnya meskipun ini bukan kali pertama aku naik kereta api. Niat ini akhirnya kesampaian meski dengan persiapan mendadak. Ceritanya hari itu aku sedang berada di Jakarta untuk mengikuti pelatihan dan sudah mendapatkan tiket kepulangan pada hari ahad siang. Keinginan itu tercetus dalam sekejap dan spontan langsung me-reschedule jadwal kepulangan dengan menghubungi call center Garuda.

Akhirnya, kepulangan itu pun ditunda. Ahad keluar dari hotel dan mencari kos-kosan di sekitar Monas karena hari itu masih ingin berjalan-jalan di sekitar Jakarta. Pulang jalan-jalan udah malam. Jam setengah 12 malam baru dapat tiket kereta buat ke Jogja besoknya. Kami belinya di Indomaret.

Kami berangat bertiga. Ada aku, Kak Anggi dan Nur. Kami bertiga tidak tahu dimana posisi Stasiun Kereta Pasar Senin (PSE), tempat dimana kami harus naik. Sebenarnya lebih dekat naik dari Stasiun Gambir. Tapi tiketnya eksekutif semua. Sementara kami kan backpaker-an. Jadi harus irit-irit dan kami pun naik kereta bisnis.

Dari kos-kosan ke PSE kami naik GrabCar dan hanya bayar 14 ribu. Trus dapat bapak pemilik mobil yang ramah dan rapi lagi. Setibanya di PSE, kami mencari makan terlebih dahulu. Kami pun memutuskan makan ketoprak di depan pintu masuk PSE dan tak lupa juga membungkus nasi goreng buat makan malam di dalam kereta.
Ini mungkin backpakeran rempong ya. Bawa ransel yang berat dan juga koper. Teringat waktu backpaker keliling Bali dan Malang dengan membawa koper-koper besar sepulang dari Papua. Heheh.
Begitu memasuki stasiun, ada banyak porter yang menawarkan jasa. Kami menolak untuk dibantu karena kami bisa mengatasinya sendiri. Padahal ngirit dana. Heheh. Celingak-celinguk dan tanya sana-sini sama orang-orang yang lewat. Ah, rupanya kami yang katro. Di dalam stasiun itu udah ada check-in center. Jadi kita bisa langsung print tiket disana. Pokoknya gak susah deh. Terlintas dalam hati, “Wah, keren ya stasiun di sini. Rapi dan tertata.”
Check in center di PSE

Karena waktunya udah mepet, kami buru-buru masuk dalam antrian masuk meski saat itu petugas memanggil-manggil penumpang ketera Majapahit. Kami tetap masuk dalam antrian dengan koper-koper rempong itu. Aku mengeluarkan ktp karena kulihat orang di depan menyodorkan tiket disertai ktp kepada petugas. Tiba-tiba ktp ku jatuh keluar pagar antrian. Untung seorang bapak membantuku mengambil ktp itu. Pas giliranku, petugasnya bilang, “Penumpang Majapahit, Buk. Kalo kereta senja utama Jogja masuk jam 6.”

Aku melirik Kak Anggi dan Nur yang di belakangku. Kami terpaksa mundur dan nunggu di pinggir. Heheh. Lucu lah. Nyerobot masuk. Kupikir naik kereta ini harus nunggu satu jam ato 2 jam di ruang tunggu seperti naik pesawat. Rupanya, paling tidak setengah jam sebelum jadwal keberangkatan baru bisa masuk ruang tunggu. Tapi kalau jarak dari tempat kamu ke stasiun cukup jauh, mungkin itu perlu dipertimbangkan.

Beberapa menit menunggu di luar, akhirnya giliran kami pun tiba. Kami masuk ke ruang tunggu dan menunggu beberapa menit, kereta pun datang. Saat itu aku melhat jam dengan jelas, keberangkatan dijadwal adalah jam 19.00 dan pas banget di jam itu kereta pun berangkat. Ingat ya, pelajarannya. Kereta api itu berangkat ontime. Jadi kalau kamu telat bakal ditinggal. Perjalanan menuju Jogja ditempuh sekitar 8 Jam. Hari itu kami nyampe jam setengah empat subuh. Begitu kami tiba di Stasiun Tugu Jogja, adzan subuh pun berkumandang. Berhubung kami menunggu jemputan, kami pun memutuskan shalat subuh di rumah tujuan kami saja. Stasiun pagi itu sudah rame. Rasa-rasa suasana mudik lebaran dan liburan.