01 Desember 2023

Campur aduk perasaanku.

 


Seiring perkembangan teknologi di era digital, ‘teknologi pendidikan’ sering dikacaukan dengan ‘teknologi dalam pendidikan.’ Ketika berbicara tentang teknologi pendidikan, tidak sekadar memberikan label ‘ahli’ pada penggunaan teknologi di dalam pendidikan. Tidak pula semata berbicara tentang teknologi canggih dan sedang menjadi tren yang dapat digunakan dalam pendidikan. Tapi lebih ke bagaimana desain pembelajaran secara keseluruhan baik formal maupun non formal.

Menurut The Association For Educational Communications And Technology 2008 (AECT) dalam buku karangan Molenda yang berjudul Educational Technology, teknologi pendidikan adalah studi dan etika praktik untuk memfasilitasi pembelajaran dan peningkatan kemampuan dengan menciptakan, memanfaatkan dan memproses pengelolaan teknologi yang sesuai sumber belajar. Memfasilitasi pembelajaran dan peningkatan kemampuan menjadi kata kunci memahami teknologi pendidikan.

Jika seseorang secara sistematis merancang proses pembelajaran guna memecahkan masalah-masalah yang muncul dalam kegiatan belajar siswa, maka seseorang tersebut sudah berada dalam kawasan teknologi pendidikan. Dalam memfasilitasi pembelajaran siswa, guru dihadapkan pada karakteristik yang beragam. Keragaman ini membutuhkan perlakuan dan perhatian yang beragam pula sesuai dengan kebutuhan belajarnya. Hal inilah yang kemudian mendasari pembelajaran berdiferensiasi.

Guru sebagai seorang desainer pembelajaran perlu mengetahui peranan teknologi pendidikan dalam pembelajaran berdiferensiasi agar tidak salah memberikan perlakuan terhadap kebutuhan belajar siswanya. Peranan tersebut mencakup beberapa aspek. Berikut ini penjelasannya.

Memecahkan Masalah Belajar

Keragaman kebutuhan belajar siswa tentunya akan menimbulkan beberapa masalah belajar. Adapun keragaman tersebut dapat berupa pengetahuan, gaya belajar, minat dan pemahaman terhadap pelajaran. Teknologi pendidikan hadir sebagai alat untuk mencapai tujuan memecahkan masalah belajar siswa dan memudahkan siswa belajar.

Untuk dapat memecahkan masalah belajar ini, perlu dilakukan analisis kebutuhan belajar terlebih dahulu. Analisis kebutuhan dilakukan dengan mempertimbangkan kebutuhan individu, kebutuhan sosial dan amanat kurikulum. Analisis kebutuhan ini kemudian digunakan untuk merencanakan proses pembelajaran yang tercantum di dalam rencana pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Dengan demikian, permasalahan dalam belajar dapat diatasi.

Mengembangkan Pembelajaran Bermakna

         Menurut David P Ausubel, pembelajaran bermakna merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Struktur kognitif meliputi fakta-fakta, konsep-konsep dan generalisasi yang telah dipelajari dan diingat siswa.

Dalam hal ini, teknologi pendidikan memainkan peran melalui penciptaan, pemanfaatan dan pemprosesan pengelolaan teknologi sesuai sumber belajar. Menggunakan sumber belajar yang ada, seseorang belajar mengkonstruksi apa yang telah dipelajari dan mengasosiasikan pengalaman, fenomena dan fakta baru ke dalam struktur kognitif mereka. Sumber belajar dapat diperoleh darimana saja. Hal ini mendorong keragaman kebutuhan siswa dapat terjawab lebih dari sekadar teori dan melakukan praktik. Sehingga dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa. Teknologi pendidikan menghadirkan pembelajaran lebih bermakna dalam keragaman.  

Menciptakan Suasana Belajar yang Menyenangkan

Suasana belajar yang menyenangkan bukan hanya harapan guru, tapi juga harapan siswa dan orang tua. Bilamana guru dapat membuat suasana belajar yang menyenangkan bagi siswanya, itulah definisi belajar yang menyenangkan sesungguhnya. Belajar yang membuat siswa belajar tanpa terpaksa. Belajar yang membuat siswa sadar bahwa sesuatu itu harus dipelajari.

Mengingat keragaman kebutuhan belajar siswa, guru memiliki tantangan tersendiri dalam mendesain proses pembelajaran. Di dalam kawasan teknologi pendidikan, seseorang yang menggunakan cara atau media tertentu untuk membuat suasana belajar menjadi lebih menyenangkan termasuk ke dalam menerapkan teknologi pendidikan. Menciptakan suasana belajar yang menyenangkan bisa dilakukan dengan menerapkan berbagai strategi pembelajaran seperti model, metode, pendekatan, sumber belajar, media dan evaluasi pembelajaran. Strategi pembelajaran yang diterapkan tentunya juga mengacu pada tujuan belajar yang ingin dicapai.

dimuat di Tiras Times

 


If your dreams don’t scare you, they’re not big enough. You can feel it, deep within you. 

Belakangan agaknya kalimat ini jadi mantra dalam hidupku. Manakala merasa khawatir akan sesuatu. Patutkah hal itu lanjut diperjuangkan atau tidak. Ataukah hanya menjadi sampah dalam pikiran saja. Sementara pikiran selalu mengkerdilkan kapasitas diri. Kemudian mendaftar prioritas isi kepala. Sembari mengingat kembali permulaan. Aku hidup dengan mimpi-mimpiku. 

Dreams

by on Oktober 19, 2023
  If your dreams don’t scare you, they’re not big enough. You can feel it, deep within you.  Belakangan agaknya kalimat ini jadi mantra dala...


            
            Mak, De sedih tengok mak macam ni. Mencuci baju dan menyapu rumah orang,” suara Dede terdengar pelan seketika mak yang sedang mengurut kaki menatapnya heran. “Sedih juga tengok ayah kerja sampai petang. Kerja pada kapal orang. Belum nak bayar sewa dan apalagi musim gelombang tiba. Jantung rasa nak copot. Tak sesuai pengorbanan dengan duit yang didapat.”

Mendengar kalimat anaknya, mak tertawa. Kemudian menanggapi santai, “Pandai pula kau berkata macam tu. Mak tak masalah. Ayah kau apalagi. Yang penting kita bertiga bisa selalu bersama. Dia sangat sayang sama kita.”

“De nanti nak jadi kapten kapal keluar negeri ya, Mak. Biar mak dan ayah tak payah kerja macam ni lagi.” Diputar-putarnya kakinya di lantai. Sesekali membuang pandangan keluar. Tak jauh di depan sana, pompong antar pulau bolak balik tiada henti. Mak hanya menggeleng.

*

Pagi itu Dede dan mak sedang memungut udang di tepi laut. Udang yang didapat biasanya direbus begitu saja. Lalu dimakan dengan sambal dan nasi hangat. Pulangnya singgah sebentar melewati halaman rumah Makcik Leha. Dia orang baik yang selalu membolehkan mak memetik daun pucuk ubi.

Belum lagi jauh meninggalkan rumah Makcik Leha, seorang perempuan yang usianya diperkirakan melebihi usia mak menghampiri dengan sinis.

“Kapanlah kau nak bayar hutang yang sudah menumpuk ni?”

Itu pertama kali Dede mengetahui keadaan mak. Selama ini, Dede tak pernah mendengar mak ditagih hutang meskipun hidup mereka serba pas-pasan. Tapi nyatanya setelah hari itu, semakin banyak kabar yang ia ketahui tentang mak. Suara-suara miring tentang mak kerap kali didengarnya. Mak yang suka berhutang. Mak yang suka meminta. Mak yang suka berbohong. Sungguh itu membuat ia tertekan. Malu. Sering ia bertanya apakah ia memang harus menanggung beban sebagai seorang anak miskin?

Sering pula diamatinya penyebab mak melakukan hal tersebut. Tak lain karena mak memang tak memiliki duit. Tapi keinginan mak untuk memberikan kehidupan yang layak padanya sangat besar, sebagaimana orang tua lainnya. Mak ingin Dede bisa menyelesaikan sekolah dasarnya dengan baik dan kemudian melanjutkan belajar di pondok pesantren tahfiz. Mak ingin ia menjadi seorang penghapal quran.

“Tapi kalau De bisa menjadi kapten kapal besar keluar negeri, kita bisa punya banyak uang, Mak. Tidak hidup macam ni,” kata Dede suatu ketika. Mendengar kalimat Dede yang lantang, mak menegang. “De…tak mau…terus diejek,” air mata Dede meleleh. Semakin lama bulir hangat di ujung matanya itu mengalir semakin deras. Mak menyandarkan tubuhnya ke dinding. Menarik nafas.

Tak jarang Dede mengeluhkan ayahnya yang serabutan di laut. Kadang bawa kapal sayur. Kadang bawa pompong sayur. Pergi ke pulau seberang sana sini. Penghasilannya tak bisa begitu diharapkan. Kapal yang dibawanya disewa dari seorang pengusaha di kampungnya. Setoran sewanya saja cukup besar. Daripada tak ada pekerjaaan, makanya ayah mengambil pekerjaan itu. Susah mencari pekerjaan meski di kampung sendiri. Apalagi memang tak punya harta warisan keluarga.

Pernah Dede berkelahi dengan ayah. Ia mengatakan bahwa ayahnya lemah. Ayah tak seperti ayah lainnya yang bisa memiliki banyak duit. Ayah kurang berjuang. Tak seharusnya seorang lelaki itu menyerah dengan keadaan. Seorang lelaki harus punya banyak cara untuk bisa membahagiakan keluarganya. Tak malah membuat mak nya ikut berpikir keras dan menderita. Entah darimana kalimat-kalimat tajam itu ia dapatkan. Saat itu pula tangan ayah mendarat di pipinya. Selama ini tak pernah ayah begitu.

Mak yang melihat keadaan tersebut berusaha menarik Dede. Ia masih menggeram. Terlihat ayah menyesal dan mengucapkan istighfar. Ia duduk di luar rumah. Mak menangis. Dede bilang ke mak bahwa mak tak akan menangis lagi jika ia menjadi kapten kapal raksasa ke luar negeri. Mereka tak akan melarat. Tak hanya membawa kapal sayur seperti ayah. Karena itu ia harus sekolah kapal.

Sejak saat itu, Dede tak hiraukan ayahnya lagi. Ia hanya mengingati mak. Tiap kali memandang wajah letih mak, ia semakin giat belajar. Berfokus agar nilai-nilainya bagus dan nanti bisa dapat beasiswa masuk sekolah perkapalan. Punya posisi bagus seperti ayah temannya. Mondar mandir keluar masuk Singapura, Malaysia, Thailand, Phillipina, Taiwan dan negara Asia lainnya. Lalu pulang ke rumah sembari membawa banyak makanan, jajanan dan juga mengajak keluarganya pergi liburan. Dede sungguh iri.

“Tak payah iri ke orang-orang yang nak kejar-kejar duit banyak. Tak dibawa mati. Lebih baik iri pada orang yang hapalan quran nya banyak. Kepada mereka yang ibadahnya bagus. Kepada mereka yang dermawan,”  mak terus tak sependapat dengan keinginan Dede.

Dede sudah berjanji pada mak untuk menjadi anak yang baik. Ia juga pelan-pelan berusaha menjaga salat sejak kecil dan membaca al-quran dengan baik. Tak akan jadi masalah jika ia tetap kerja kapal. Bukankah itu namanya seimbang dunia akhirat? Pikirannya menjadi semakin dewasa sejak berkelahi dengan ayah. Sejak saat itu pula, hubungannya dengan ayah semakin dingin. Sementara ayah masih tetap seperti biasa. Memperlakukannya dengan baik.

“Bu Ratna…cepat keluar!” tiba-tiba terdengar suara teriakan hebat dari luar. Dede yang masih tiduran terkejut. Seharusnya sepagi ini bukan waktu yang tepat untuk berteriak-teriak di rumah orang.

Dede mengintip dari celah dinding rumahnya. Seorang perempuan yang usianya sepantaran usia mak nya. Namun penampilannya jauh lebih baik. Ia masih menunggu di luar rumah sambil menopangkan tangannya di pinggang. Dede mencari mak nya ke seisi rumah. Tak ada. Apa mak pergi kerja lebih pagi? Hanya ayah saja yang masih terlentang dan membuat Dede kesal. Yang harus keluar sepagi ini seharusnya ayah. Bukan mak. Ia terus mengomel dalam hati.

Dari celah jendela itu pula, dikejauhan Dede melihat mak berjalan menuju rumah. Perempuan yang mencari mak nya tadi segera menghampiri mak. Sesekali didengarnya perempuan itu berteriak memaki. Mak hanya menunduk. Mak memberikan beberapa lembar uang kepadanya. Kemudian perempuan itu berlalu. Mak pun pergi lagi entah kemana.

Keadaan makin payah. Itu membuat Dede tiba-tiba tak bersemangat pergi ke sekolah. Ingin rasanya ia ikut mak bekerja hari itu. Tapi ia tak dapat buat apapun. Dibersihkannya seluruh isi rumah yang berdebu. Berharap nanti mak pulang bisa lebih senang. Sebuah kotak jatuh dari atas lemari ketika ia membetulkan posisi pintu lemari yang tak lagi baik. Dibersihkannya kotak unik tersebut. Lalu diletakkannya kembali ke tempat asal tanpa memperdulikannya.

Ayah tergesa-gesa keluar dari kamar. Meneguk segelas air putih, mengisi botol air nya dan membawa beberapa perlengkapan seperti handuk, baju ganti, sarung dan peci. Ayah memberikan pujian kepada nya karena ia adalah anak lelaki yang rajin. Dielusnya lembut rambut kusam Dede. Setelahnya, ayah mengucapkan salam.

Merasa bersalah karena tak sekolah, Dede membuka buku pelajaran seharian. Ia mengutuki dirinya sendiri mengapa tak pergi ke sekolah. Sementara perjuangan menjadi kapten kapal dan punya duit banyak masih panjang.

Menjelang sore, mak pulang dengan keadaan menyedihkan. Memar di wajahnya. Dede panik. Mak hanya bilang kalau mak tadi tak sengaja terjatuh dan tersungkur. Tapi ia bisa membedakan mana memar karena tersungkur dan mana memar karena dipukul. Diobatinya memar pada wajah mak.

Mak baru akan meluruskan kaki, seorang perempuan didampingi dua orang lelaki berwajah gelap terus mengetuk pintu rumah. Melihat wajah mereka, seakan hendak menerkam orang. Dede ketakutan. Ia berlindung di belakang tubuh mak nya.

“Kau kan yang curi gelangku? Aku tengok dengan mata kepala sendiri. Tapi cepat dan pandai kau menghilang. Mana kau letak gelang tu?” ibu tertangkap basah dengan foto yang ditunjukkan oleh perempuan itu.

“Aku…terpaksa,” jawab mak. “Sudah kujual…” mak mengaku. Dede terkejut mendengar pengakuan mak. Mak menjual gelang curian? Duit itu kah yang mak gunakan untuk pergi beli obat ayah minggu lalu?  Dede lemah menyaksikan mak dipukuli oleh orang-orang itu. Orang-orang itu juga mengancam akan memenjarakan mak jika mak tak mengembalikan gelangnya dalam dua hari kedepan.

Azan magrib berkumandang. Senja yang datang seakan memberi kabar bahwa gelap memang untuknya. Bukan cahaya bulan bintang apalagi mentari.

Seusai magrib, Pak Hasan, imam surau datang ke rumah. Ia bertanya mengapa magrib ini Dede tak ke surau. Tak hanya itu. Kabar lain yang lebih menyesakkan terpaksa ia dengar.

“Ombak hari ini membuat kapal yang dibawanya tenggelam. Sebentar lagi jenazahnya akan dibawa ke sini oleh orang-orang pelabuhan.”

Bisakah sekali saja Tuhan beri kebahagiaan kepada mak? Bisakah Tuhan sekali saja tolong De tak berprasangka buruk terhadapMu? Batin Dede menggigil. Sekalipun ia marah sama ayah, ia tahu mak tetap ingatkan ia tak boleh jahat kepada ayah. Mak slalu bilang ayah yang sayangkan mereka. Mak tetap bela ayah. Mak tak rela ia buruk-burukkan ayah. Mak tak ingin ia pergi melaut. Kapal besar kah, kecil kah. Mak tak pernah setuju.

Mak pingsan. Buruknya lagi, tak bisa berdiri entah sampai kapan. Mak stroke. Bicaranya tak jelas. Mulut dan kepalanya susah digerakkan. Hanya sesekali terdengar kata, “Quran…kotak….”

Sekarang Dede tak lagi berharap keinginannya menjadi seorang kapten kapal bisa terwujud. Yang ia harapkan saat ini adalah mak bisa sehat kembali dan mereka hidup bahagia. Ia juga berharap kelak bisa mewujudkan keinginan mak nya agar menjadi seorang penghapal al-quran. Ia janji akan selalu berada di dekat mak.

Fa inna ma’al – ‘usri yusroo…” suara Dede tertahan.

Mak menangis. Lalu berkata, “Ko…tak….”

Dede memastikan benar kata yang diucap mak nya itu adalah kotak. Ia bertanya-tanya tentang kotak yang disebut mak nya itu. Ia langsung mengingat posisi kotak yang sempat jatuh ketika membersihkan rumah.

Diambilnya kotak itu. Ia masih bertanya-tanya, apakah gerangan benda yang disebut-sebut oleh mak nya itu.

Dibukanya perlahan. Beberapa lembar foto lama dan lembaran surat. Diamatinya satu per satu foto yang ada. Mak memang cantik sejak muda. Foto itu memperlihatkan mak bahagia memeluk seorang lelaki berseragam kapten di sebuah kapal mewah berlatar belakang Singa muntah dan itu bukan ayahnya. Ada pula foto mak bersama lelaki yang sama di depan Menara Kembar sembari menggendong seorang bayi kecil. Tertanda 17 Agustus 2010 dan tertulis nama Ade Riski Pratama.

“De?”

Dibacanya surat demi surat yang ada. Penuh dengan kalimat-kalimat cinta dan sayang. Betapa lelaki itu pandai menghibur hati mak. Setelah itu, tak ada lagi kalimat-kalimat menyenangkan. Yang ada hanyalah pertengkaran. Di surat terakhir yang dibacanya, ia tertegun. Terimakasih sudah menjadi istri yang baik. Kulepas kau seutuhnya dan jangan cari aku lagi.

Pikiran Dede pun melayang bersama kenangan mak.

Dilihatnya mak yang sedang terbaring itu terus menangis.

 

Tanjungbatu, 17 Juni 2022

Terbit di Majalah Tamadun Kantor Bahasa Kepri Edisi 6 Tahun 2022

 

Laut dan Kisah di Dalamnya

by on September 26, 2023
                              “ Mak, De sedih tengok mak macam ni . Mencuci baju dan menyapu rumah orang,” suara Dede terdengar pelan seketi...

Foto Wisata Semester Pertama

Kemarin aku tertanggung harus berbagi pengalaman melalui PPG Prajabatan kepada beberapa orang. Mungkin ada baiknya aku menuliskannya di blog ini. Daripada aku lupa lagi harus menceritakannya. Seingatku, PPG Prajabatan itu dimulai pada tahun 2012 sepulangnya angkatan pertama SM3T (Sarjana Mendidik di daerah Terdepan, Tertinggal dan Terluar) tahun 2011. Dan aku sendiri dapat jatah PPG Prajabatan di Maret 2015.


Saat itu aku menjalani PPG Prajabatan selama 1 tahun berasrama. Iya, full berasrama. Dimana hidup di asramanya pun full ditanggung oleh pemerintah. PPG Prajabatan kami saat itu adalah satu paket dengan program SM3T itu tadi. Setelah mengabdi di pelosok Papua, kami kembali ke kota tujuan kampus yang dipilihkan oleh pemerintah sesuai dengan program studi masing-masing.


Syukurnya aku kembali ke program studi pendidikan kimia Universitas Riau. Asrama kami saat itu ada di jalan lobak, Simpang Ardath.

Bagaimana Seleksi PPG Prajabatan?

Tentunya ini beberapa pertanyaan yang sering ditanyakan ya. Jadi PPG Prajabatan itu ada waktu rekrutment nya. Biasanya untuk freshgraduate. Silakan cek sendiri di website nya ya. Kalau kami dulu itu PPG SM3T namanya. Kalau sekarang udah gak ada program SM3T ya. Dulu juga ada namanya PPG SMK Kolaboratif, PPG PGSD Berasrama, dan PPG Basic Sains. Kalau sekarang cek update nya di wesbite yang sudah aku kasih di atas. PPG ini sendiri adalah untuk profesi guru. Kalau dosen lain lagi sertifikasinya. Buat yang mau jadi guru, worth it banget untuk ikut PPG Prajabatan ini.

Bagaimana Kehidupan Berasrama?

Untuk kehidupan berasrama nya ada aturan. Juga ada kegiatan pengembangan diri lainnya yang harus diikuti dan diatur oleh pengelola asrama bersama pengurus kelurahan. Kelurahan ini adalah sejenis keorganisasian di dalamnya ada rt dan rw juga untuk mengatur penghuni asrama. Makan dan lainnya juga diatur di asrama. Termasuk bus yang menjemput kami pagi sekali menuju kampus dan kemudian mengantar pulang kembali ke asrama. Kami naik bus. Hehe. Di waktu libur ada study tour nya juga kok. Tenang. Uang saku juga cukup. Enaklah pokoknya tinggal serius belajar.

Bagaimana Pelaksanaan PPG Prajabatannya?

Untuk pelaksanaan PPG nya dulu kami terbagi menjadi dua semester. Dimana semester pertama itu kerjaan kami workshop dan bikin produk pembelajaran. Hari ini bikin produk (perangkat, media, dll) lalu hari esoknya microteacing. Rasanya kenyang banget sama yang namanya bikin produk dan tampil microteaching. Semester dua nya praktik pengajaran lapangan (PPL) di sekolah mitra yang sudah ditentukan oleh kampus.

Apa Saja yang Didapatkan Selama PPG Prajabatan?

Uang kuliah udah dibayarkan langsung ya sama pemerintah. Tinggal kuliah. Fasilitas gratis lainnya yang diperoleh adalah asrama, makan, bus, kegiatan-kegiatan pengembangan diri (Kursus Mahir Dasar Pramuka, Keagamaan, Olahraga rutin dan Penampilan Seni dan kreativitas). Selain itu, kami masih dapat uang saku bulanan. Duh, jujur aku lupa berapa nominalnya saat itu. Cuman ya lumayan banyak menurutku. Cukuplah meski kamu anak rantau beda provinsi.

Bagaimana Keberlanjutan setelah PPG Prajabatan itu?

Setelah PPG tentunya kamu berhak mendapat sertifikat pendidikan alias sudah sertifikasi. Sertifikat ini dapat diuangkan hehe. Maksudnya berisi nominal yang bisa diuangkan dengan syarat-syarat di lapangan yang harus dipenuhi. Apakah itu jaminan jadi PNS? Kalau seseorang yang sudah menerima serdik dijamin langsung PNS sih aku gak bisa bilang ya. Tergantung kondisi. Miniimal serdik milikmu itu sudah merupakan jalur kunci untuk selangkah lebih maju. Aku kasih contoh ya.

Kondisi 1. Kamu memiliki serdik. Lalu ikut seleksi CPNS. Tidak punya saingan. Otomatis kamu lulus CPNS.

Kondisi 2. Kamu memiliki serdik. Di formasi tujuan itu ada saingan. Jika saingan kamu tidak punya serdik, jelas kamu adalah pemenang. Namun, jika saingan kamu memiliki serdik, otomatis ada dua orang yang berhak. Balik lagi ke perangkingan nilai kamu deh.

Semoga menjawab ya pengalaman PPG ini. Jujur dulu aku gak begitu paham gunanya PPG apa. Waktu aku ikut SM3T juga aku gak ada kepikiran nanti bisa PPG dan PNS. Di pikiranku saat itu hanyalah main dan nambah pengalaman. Berpetualang melihat keindahan negeri ini secara gratis. Semangat ya buat kamu yang sedang atau akan PPG Prajabatan. Cerita lainnya tentang PPG Prajabatan ku bisa kalian baca di tagar PPG SM3T ya. 


Hello, Agustus. Bangun tadi pagi aku membuka mata dengan airmata dan perasaan resah. Ini akibat sama teman sebelumnya. Obrolan kami ya kalau tidak seputar mutasi ya jodoh. Gak ada yang lain. Nah, kemarin itu kita hiruk pikuk karena mengetahui banyak teman yang sudah mutasi. 

"Akhir tahun semoga S2 ku insyaallah bisa selesai." Kataku.

"Pas lah itu, Kak. Akhir tahun aku mutasi." Katanya santai diiringi tawa.

Aku baper lah kan. Sekian tahun temanan dan nanti aku ditinggal sendirian? Dimana hari ini teman-teman yang lainnya sudah mutasi. Per hari ini saja dua orang sudah menerima SK mutasinya.

"Apa karena ini mendekati tahun politik? Apa ada hubungannya dengan penerimaan PPPK yang besar-besaran?" tanyaku lagi.

"Bisa jadi." Jawabnya begitu.

Perasaanku makin resah dan galau. Jika ada yang bilang, hadapi saja kenyataan hari ini. Tentu akan kuhadapi. Tapi, realistis nya manusia tetap butuh teman yang bisa diajak asik main, belajar dan bekerja. Hidup tidak tentang diri sendiri.

Lalu aku bagaimana? Tuntaskan saja segera sisa SKS-mu! Aku diam sembari menyaksikan story mereka yang sudah berhasil mutasi. Ah, ternyata sebaper itu benar aku juga ingin segera berkumpul sama keluarga di rumah. Udah merasa cukup sampai saat ini saja merantaunya. Semoga Allah ijabah takdir terbaik hidup kita.


Surabaya, 01 Agustus 2023


Mutasi oh mutasi

by on Agustus 01, 2023
Hello, Agustus. Bangun tadi pagi aku membuka mata dengan airmata dan perasaan resah. Ini akibat sama teman sebelumnya. Obrolan kami ya kalau...

 


Masih terasa olehku betapa dinginnya air sungai Pasir Keranji. Aku terpaksa harus menyeberanginya dengan sangat cepat jika aku tidak ingin kehilangan nyawaku. Itu sama saja artinya aku akan melihat ibu dan adikku semakin menderita.

Berkat rasa takut yang luar biasa dan tentunya kehendak Tuhan, aku bisa meraih tepian sungai dan lalu mengasingkan diri dari tempat itu. Aku terpaksa harus melalui sungai itu lantaran tidak ada jalan lain yang bisa kutempuh saat pulang sekolah. Aku tersesat dalam jalan yang aku pun tidak tahu. Barangkali ini yang namanya eustress,  seperti yang pernah aku baca di sebuah buku motivasi. Tingkat stress yang mampu menciptakan sesuatu yang lebih positif. Aku yang tadinya tidak pandai berenang, akhirnya mampu menyeberangi sungai dan selamat.

Aku melangkahkan kakiku sedikit ke arah kanan. Tepat di depan sebuah pohon yang di bawahnya aku pernah menimbun sesuatu.

“Ternyata masih ada!” Aku membuka tutupnya dan membaca tulisan tersebut.

Suatu hari

Kan kuraih cita

Kubuktikan pada dunia

Aku juga bisa

Harapan yang aku pendam lama sampai akhirnya kembali aku hampir mati di tengah laut. Seorang anak SMP tanpa keahlian renang, selama dua hari dua malam berusaha mencapai tepian karena kapal yang ditumpangi karam. Di luar pikiran.

Lama aku merenungi kejadian-kejadian yang membuatku hampir mati di air. Hal ini menyadarkanku bahwa ternyata aku punya potensi dibidang renang. Aku pun kembali ke sungai. Kali ini sengaja untuk berlatih renang.

Perlahan-lahan sambil menangkap beberapa ekor anak ikan yang lewat di pinggiran. Aku terus menghentak-hentakkan kakiku sementara tanganku terus menggapai-gapai permukaan. Seminggu berlatih, aku menjadi mahir. Hal ini sangat membantuku. Aku menjadi salah satu nelayan muda. Aku bertekad untuk dapat menangkap ikan sebanyak mungkin dan menjualnya. Uangnya tentu saja untuk kebutuhan sehari-hari.

“Sepulang sekolah nanti aku akan latihan renang lagi karena besok akan ada kompetisi renang tingkat provinsi.” Terdengar suara Meiling, anak seorang kaya yang satu sekolahan denganku.

Kompetisi renang? Membayangkannya saja sangat menyenangkan apalagi memenangkan kompetisinya.

Perkataan Meiling tadi terus terngiang-ngiang di telingaku. Poster para atlit renang lainnya kini menjadi pajangan indah di kamarku. Renang menjadi salah satu kegemaranku.

“Yah, biasa-biasa sajalah, Nak! Orang susah gak mungkin menang. Cukup dengan nilai akademik yang tidak mengecewakan saja sudah.” Kata Ibu ketika aku berkali-kali mengulang kata renang.

“Ibu harusnya mendukung aku bukan malah mematahkan semangatku.”

“Ibu bukan mematahkan semangat tapi yang nyata-nyata saja.” Ibu tetap menyangkal dibilang mematahkan semangatku.

*

Berawal dari lomba renang antar kelas yang diadakan sekolah dalam rangka seleksi renang untuk kompetisi antar sekolah se-Kabupaten. Alhamdulillah, awal yang baik langsung menjadi juara ketiga. Walau tidak dapat mewakili sekolah, setidaknya ini langkah yang baik bagiku.

Pekan olahraga pelajar menjadi targetku. Latihan keras dan stamina yang prima menghantarkanku lulus seleksi tim provinsi. Mendengar hal itu dan melihat kesungguhanku, Ibu memberiku izin untuk mengikuti latihan rutin dan meninggalkan sekolahku untuk sementara.

“Aku akan buktikan bahwa aku bisa menjadi yang terbaik!” Batin dan semangatku semakin membara.

Perjalanan ini membawaku ke dunia baru yang membuatku semakin dewasa menyikapi hidup. Untuk meraih apa yang kita inginkan pun butuh pengorbanan. Latihan yang ku lakukan demi cita-citaku menghantarkanku pada kondisi dimana aku hampir dikeluarkan dari sekolah karena banyak nilai pelajaranku yang hancur. Tapi, disetiap ada kesulitan pasti ada kemudahan. Kompetisi nasional yang pertama kali aku ikuti berhasil membawa pulang medali emas.

Ku persembahkan buat ibu dan adikku juga semua yang telah mendukungku. Kemudahan lain juga aku dapatkan. Beasiswa untuk sekolah di tempat yang lebih bagus sampai aku tamat SMA,  uang saku dan juga tropi.

“Selamat ya, Nak. Lanjutkan perjuangan!” Kata Pak Slamet, guru olahraga yang juga kepala sekolah di SMA lamaku.

Tak lama setelah guru-guru dan beberapa orang teman menyalamiku, seorang rival renang sejak SMP sampai SMA menghampiriku.

“Aku yakin ini tidak akan bertahan lama. Tunggu saja kehancuranmu.” Kalimat ancaman yang cukup membuatku khawatir. Setelah dipikir-pikir, tidak ada gunanya mendengar orang seperti dia. Justru akan semakin menjatuhkan rasa percaya diri jika diingat-ingat.

Nyatanya rivalku tetap tidak bisa melampaui prestasi renangku kini. Ia justru terperangkap pada permainan yang membuatnya malu sendiri.

Hari ini aku dinobatkan sebagai atlit renang termuda se-Asia Tenggara. Untukmu Indonesia tercinta. Rasa haru dan bahagia ketika melihat merah putih berkibar.

“Ya, pulang yuk, Nak!” Sudah sore. Nita juga sudah menyelesaikan karyanya.” Kata Ibu membuyarkan lamuananku.

“Ya, Kak! Ta juga sudah selesai. Ini lukisannya.” Nita menunjukkan sebuah lukisan indah tentang sungai Pasir Keranji. Besok Nita akan mengumpulkan karyanya dan semoga ia menang.

Aku memasukkan kertas tadi kembali ke dalam botol. Aku merapikan tumpukan pasir tempat aku menimbun botol tadi. Sementara botol itu aku lempar ke sungai sekuat tenaga.

“Semoga harapan ini bisa lebih luas seluas alam ciptaan Tuhan dan tidak menjadi harapan yang tertimbun saja.”

 

Pernah dimuat di Koran Cetak Harian Pagi Papua

15 Desember 2013

 

EUSTRESS

by on Juli 30, 2023
  Masih terasa olehku betapa dinginnya air sungai Pasir Keranji. Aku terpaksa harus menyeberanginya dengan sangat cepat jika aku tidak ingin...