01 Desember 2023
Campur aduk perasaanku.
01 Desember 2023
Campur aduk perasaanku.
Seiring perkembangan teknologi di era
digital, ‘teknologi pendidikan’ sering dikacaukan dengan ‘teknologi dalam
pendidikan.’ Ketika berbicara tentang teknologi pendidikan, tidak sekadar
memberikan label ‘ahli’ pada penggunaan teknologi di dalam pendidikan. Tidak
pula semata berbicara tentang teknologi canggih dan sedang menjadi tren yang
dapat digunakan dalam pendidikan. Tapi lebih ke bagaimana desain pembelajaran secara
keseluruhan baik formal maupun non formal.
Menurut The Association For Educational
Communications And Technology 2008 (AECT) dalam buku karangan Molenda yang
berjudul Educational
Technology, teknologi pendidikan adalah studi dan etika praktik
untuk memfasilitasi pembelajaran dan peningkatan kemampuan dengan menciptakan,
memanfaatkan dan memproses pengelolaan teknologi yang sesuai sumber belajar. Memfasilitasi
pembelajaran dan peningkatan kemampuan menjadi kata kunci memahami teknologi
pendidikan.
Jika seseorang secara sistematis merancang
proses pembelajaran guna memecahkan masalah-masalah yang muncul dalam kegiatan
belajar siswa, maka seseorang tersebut sudah berada dalam kawasan teknologi pendidikan.
Dalam
memfasilitasi pembelajaran siswa, guru dihadapkan pada karakteristik yang
beragam. Keragaman ini membutuhkan perlakuan dan perhatian yang beragam pula
sesuai dengan kebutuhan belajarnya. Hal inilah yang kemudian mendasari
pembelajaran berdiferensiasi.
Guru sebagai seorang desainer pembelajaran perlu
mengetahui peranan teknologi pendidikan dalam pembelajaran berdiferensiasi agar
tidak salah memberikan perlakuan terhadap kebutuhan belajar siswanya. Peranan
tersebut mencakup beberapa aspek. Berikut ini penjelasannya.
Memecahkan Masalah Belajar
Keragaman kebutuhan belajar siswa tentunya akan
menimbulkan beberapa masalah belajar. Adapun keragaman tersebut dapat berupa
pengetahuan, gaya belajar, minat dan pemahaman terhadap pelajaran. Teknologi
pendidikan hadir sebagai alat untuk mencapai tujuan memecahkan
masalah belajar siswa dan memudahkan siswa belajar.
Untuk dapat memecahkan masalah belajar
ini, perlu dilakukan analisis kebutuhan belajar terlebih dahulu. Analisis
kebutuhan dilakukan dengan mempertimbangkan kebutuhan individu, kebutuhan
sosial dan amanat kurikulum. Analisis kebutuhan ini kemudian digunakan untuk
merencanakan proses pembelajaran yang tercantum di dalam rencana pembelajaran
sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Dengan demikian,
permasalahan dalam belajar dapat diatasi.
Mengembangkan Pembelajaran Bermakna
Menurut David P Ausubel, pembelajaran bermakna merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Struktur kognitif meliputi fakta-fakta, konsep-konsep dan generalisasi yang telah dipelajari dan diingat siswa.
Dalam hal ini, teknologi
pendidikan memainkan peran melalui penciptaan, pemanfaatan dan pemprosesan
pengelolaan teknologi sesuai sumber belajar. Menggunakan sumber belajar yang
ada, seseorang belajar mengkonstruksi apa yang telah dipelajari dan
mengasosiasikan pengalaman, fenomena dan fakta baru ke dalam struktur kognitif
mereka. Sumber belajar dapat diperoleh darimana saja. Hal ini mendorong
keragaman kebutuhan siswa dapat terjawab lebih dari sekadar teori dan melakukan
praktik. Sehingga dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa. Teknologi
pendidikan menghadirkan pembelajaran lebih bermakna dalam keragaman.
Menciptakan
Suasana Belajar yang Menyenangkan
Suasana belajar yang menyenangkan bukan
hanya harapan guru, tapi juga harapan siswa dan orang tua. Bilamana guru dapat
membuat suasana belajar yang menyenangkan bagi siswanya, itulah definisi
belajar yang menyenangkan sesungguhnya. Belajar yang membuat siswa belajar
tanpa terpaksa. Belajar yang membuat siswa sadar bahwa sesuatu itu harus
dipelajari.
Mengingat keragaman kebutuhan belajar siswa, guru memiliki tantangan tersendiri dalam mendesain proses pembelajaran. Di dalam kawasan teknologi pendidikan, seseorang yang menggunakan cara atau media tertentu untuk membuat suasana belajar menjadi lebih menyenangkan termasuk ke dalam menerapkan teknologi pendidikan. Menciptakan suasana belajar yang menyenangkan bisa dilakukan dengan menerapkan berbagai strategi pembelajaran seperti model, metode, pendekatan, sumber belajar, media dan evaluasi pembelajaran. Strategi pembelajaran yang diterapkan tentunya juga mengacu pada tujuan belajar yang ingin dicapai.
dimuat di Tiras Times
If your dreams don’t scare you, they’re not big enough. You can feel it, deep within you.
Belakangan agaknya kalimat ini jadi mantra dalam hidupku. Manakala merasa khawatir akan sesuatu. Patutkah hal itu lanjut diperjuangkan atau tidak. Ataukah hanya menjadi sampah dalam pikiran saja. Sementara pikiran selalu mengkerdilkan kapasitas diri. Kemudian mendaftar prioritas isi kepala. Sembari mengingat kembali permulaan. Aku hidup dengan mimpi-mimpiku.
Mendengar
kalimat anaknya, mak tertawa. Kemudian menanggapi santai, “Pandai pula kau
berkata macam tu. Mak tak masalah. Ayah kau apalagi. Yang penting kita
bertiga bisa selalu bersama. Dia sangat sayang sama kita.”
“De
nanti nak jadi kapten kapal keluar negeri ya, Mak. Biar mak dan ayah tak
payah kerja macam ni lagi.” Diputar-putarnya kakinya di lantai. Sesekali
membuang pandangan keluar. Tak jauh di depan sana, pompong antar pulau bolak
balik tiada henti. Mak hanya menggeleng.
*
Pagi
itu Dede dan mak sedang memungut udang di tepi laut. Udang yang didapat
biasanya direbus begitu saja. Lalu dimakan dengan sambal dan nasi hangat.
Pulangnya singgah sebentar melewati halaman rumah Makcik Leha. Dia orang baik
yang selalu membolehkan mak memetik daun pucuk ubi.
Belum
lagi jauh meninggalkan rumah Makcik Leha, seorang perempuan yang usianya
diperkirakan melebihi usia mak menghampiri dengan sinis.
“Kapanlah
kau nak bayar hutang yang sudah menumpuk ni?”
Itu
pertama kali Dede mengetahui keadaan mak. Selama ini, Dede tak pernah mendengar
mak ditagih hutang meskipun hidup mereka serba pas-pasan. Tapi nyatanya setelah
hari itu, semakin banyak kabar yang ia ketahui tentang mak. Suara-suara miring
tentang mak kerap kali didengarnya. Mak yang suka berhutang. Mak yang suka
meminta. Mak yang suka berbohong. Sungguh itu membuat ia tertekan. Malu. Sering
ia bertanya apakah ia memang harus menanggung beban sebagai seorang anak
miskin?
Sering
pula diamatinya penyebab mak melakukan hal tersebut. Tak lain karena mak memang
tak memiliki duit. Tapi keinginan mak untuk memberikan kehidupan yang layak
padanya sangat besar, sebagaimana orang tua lainnya. Mak ingin Dede bisa menyelesaikan
sekolah dasarnya dengan baik dan kemudian melanjutkan belajar di pondok
pesantren tahfiz. Mak ingin ia menjadi seorang penghapal quran.
“Tapi
kalau De bisa menjadi kapten kapal besar keluar negeri, kita bisa punya banyak
uang, Mak. Tidak hidup macam ni,” kata Dede suatu ketika. Mendengar
kalimat Dede yang lantang, mak menegang. “De…tak mau…terus diejek,” air mata Dede
meleleh. Semakin lama bulir hangat di ujung matanya itu mengalir semakin deras.
Mak menyandarkan tubuhnya ke dinding. Menarik nafas.
Tak
jarang Dede mengeluhkan ayahnya yang serabutan di laut. Kadang bawa kapal
sayur. Kadang bawa pompong sayur. Pergi ke pulau seberang sana sini. Penghasilannya
tak bisa begitu diharapkan. Kapal yang dibawanya disewa dari seorang pengusaha
di kampungnya. Setoran sewanya saja cukup besar. Daripada tak ada pekerjaaan,
makanya ayah mengambil pekerjaan itu. Susah mencari pekerjaan meski di kampung
sendiri. Apalagi memang tak punya harta warisan keluarga.
Pernah
Dede berkelahi dengan ayah. Ia mengatakan bahwa ayahnya lemah. Ayah tak seperti
ayah lainnya yang bisa memiliki banyak duit. Ayah kurang berjuang. Tak
seharusnya seorang lelaki itu menyerah dengan keadaan. Seorang lelaki harus
punya banyak cara untuk bisa membahagiakan keluarganya. Tak malah membuat mak
nya ikut berpikir keras dan menderita. Entah darimana kalimat-kalimat tajam itu
ia dapatkan. Saat itu pula tangan ayah mendarat di pipinya. Selama ini tak
pernah ayah begitu.
Mak
yang melihat keadaan tersebut berusaha menarik Dede. Ia masih menggeram.
Terlihat ayah menyesal dan mengucapkan istighfar. Ia duduk di luar rumah. Mak
menangis. Dede bilang ke mak bahwa mak tak akan menangis lagi jika ia menjadi kapten
kapal raksasa ke luar negeri. Mereka tak akan melarat. Tak hanya membawa kapal
sayur seperti ayah. Karena itu ia harus sekolah kapal.
Sejak
saat itu, Dede tak hiraukan ayahnya lagi. Ia hanya mengingati mak. Tiap kali
memandang wajah letih mak, ia semakin giat belajar. Berfokus agar nilai-nilainya
bagus dan nanti bisa dapat beasiswa masuk sekolah perkapalan. Punya posisi
bagus seperti ayah temannya. Mondar mandir keluar masuk Singapura, Malaysia,
Thailand, Phillipina, Taiwan dan negara Asia lainnya. Lalu pulang ke rumah
sembari membawa banyak makanan, jajanan dan juga mengajak keluarganya pergi liburan.
Dede sungguh iri.
“Tak
payah iri ke orang-orang yang nak kejar-kejar duit banyak. Tak dibawa
mati. Lebih baik iri pada orang yang hapalan quran nya banyak. Kepada mereka
yang ibadahnya bagus. Kepada mereka yang dermawan,” mak terus tak sependapat dengan keinginan
Dede.
Dede
sudah berjanji pada mak untuk menjadi anak yang baik. Ia juga pelan-pelan
berusaha menjaga salat sejak kecil dan membaca al-quran dengan baik. Tak akan
jadi masalah jika ia tetap kerja kapal. Bukankah itu namanya seimbang dunia
akhirat? Pikirannya menjadi semakin dewasa sejak berkelahi dengan ayah. Sejak
saat itu pula, hubungannya dengan ayah semakin dingin. Sementara ayah masih
tetap seperti biasa. Memperlakukannya dengan baik.
“Bu
Ratna…cepat keluar!” tiba-tiba terdengar suara teriakan hebat dari luar. Dede
yang masih tiduran terkejut. Seharusnya sepagi ini bukan waktu yang tepat untuk
berteriak-teriak di rumah orang.
Dede
mengintip dari celah dinding rumahnya. Seorang perempuan yang usianya
sepantaran usia mak nya. Namun penampilannya jauh lebih baik. Ia masih menunggu
di luar rumah sambil menopangkan tangannya di pinggang. Dede mencari mak nya ke
seisi rumah. Tak ada. Apa mak pergi kerja lebih pagi? Hanya ayah saja yang
masih terlentang dan membuat Dede kesal. Yang harus keluar sepagi ini
seharusnya ayah. Bukan mak. Ia terus mengomel dalam hati.
Dari
celah jendela itu pula, dikejauhan Dede melihat mak berjalan menuju rumah.
Perempuan yang mencari mak nya tadi segera menghampiri mak. Sesekali didengarnya
perempuan itu berteriak memaki. Mak hanya menunduk. Mak memberikan beberapa
lembar uang kepadanya. Kemudian perempuan itu berlalu. Mak pun pergi lagi entah
kemana.
Keadaan
makin payah. Itu membuat Dede tiba-tiba tak bersemangat pergi ke sekolah. Ingin
rasanya ia ikut mak bekerja hari itu. Tapi ia tak dapat buat apapun.
Dibersihkannya seluruh isi rumah yang berdebu. Berharap nanti mak pulang bisa
lebih senang. Sebuah kotak jatuh dari atas lemari ketika ia membetulkan posisi
pintu lemari yang tak lagi baik. Dibersihkannya kotak unik tersebut. Lalu
diletakkannya kembali ke tempat asal tanpa memperdulikannya.
Ayah
tergesa-gesa keluar dari kamar. Meneguk segelas air putih, mengisi botol air
nya dan membawa beberapa perlengkapan seperti handuk, baju ganti, sarung dan
peci. Ayah memberikan pujian kepada nya karena ia adalah anak lelaki yang
rajin. Dielusnya lembut rambut kusam Dede. Setelahnya, ayah mengucapkan salam.
Merasa
bersalah karena tak sekolah, Dede membuka buku pelajaran seharian. Ia mengutuki
dirinya sendiri mengapa tak pergi ke sekolah. Sementara perjuangan menjadi
kapten kapal dan punya duit banyak masih panjang.
Menjelang
sore, mak pulang dengan keadaan menyedihkan. Memar di wajahnya. Dede panik. Mak
hanya bilang kalau mak tadi tak sengaja terjatuh dan tersungkur. Tapi ia bisa
membedakan mana memar karena tersungkur dan mana memar karena dipukul.
Diobatinya memar pada wajah mak.
Mak
baru akan meluruskan kaki, seorang perempuan didampingi dua orang lelaki
berwajah gelap terus mengetuk pintu rumah. Melihat wajah mereka, seakan hendak
menerkam orang. Dede ketakutan. Ia berlindung di belakang tubuh mak nya.
“Kau
kan yang curi gelangku? Aku tengok dengan mata kepala sendiri. Tapi cepat dan
pandai kau menghilang. Mana kau letak gelang tu?” ibu tertangkap basah
dengan foto yang ditunjukkan oleh perempuan itu.
“Aku…terpaksa,”
jawab mak. “Sudah kujual…” mak mengaku. Dede terkejut mendengar pengakuan mak.
Mak menjual gelang curian? Duit itu kah yang mak gunakan untuk pergi beli obat
ayah minggu lalu? Dede lemah menyaksikan
mak dipukuli oleh orang-orang itu. Orang-orang itu juga mengancam akan
memenjarakan mak jika mak tak mengembalikan gelangnya dalam dua hari kedepan.
Azan
magrib berkumandang. Senja yang datang seakan memberi kabar bahwa gelap memang
untuknya. Bukan cahaya bulan bintang apalagi mentari.
Seusai
magrib, Pak Hasan, imam surau datang ke rumah. Ia bertanya mengapa magrib ini
Dede tak ke surau. Tak hanya itu. Kabar lain yang lebih menyesakkan terpaksa ia
dengar.
“Ombak
hari ini membuat kapal yang dibawanya tenggelam. Sebentar lagi jenazahnya akan
dibawa ke sini oleh orang-orang pelabuhan.”
Bisakah
sekali saja Tuhan beri kebahagiaan kepada mak? Bisakah Tuhan sekali saja tolong
De tak berprasangka buruk terhadapMu? Batin
Dede menggigil. Sekalipun ia marah sama ayah, ia tahu mak tetap ingatkan ia tak
boleh jahat kepada ayah. Mak slalu bilang ayah yang sayangkan mereka. Mak tetap
bela ayah. Mak tak rela ia buruk-burukkan ayah. Mak tak ingin ia pergi melaut.
Kapal besar kah, kecil kah. Mak tak pernah setuju.
Mak
pingsan. Buruknya lagi, tak bisa berdiri entah sampai kapan. Mak stroke.
Bicaranya tak jelas. Mulut dan kepalanya susah digerakkan. Hanya sesekali terdengar
kata, “Quran…kotak….”
Sekarang
Dede tak lagi berharap keinginannya menjadi seorang kapten kapal bisa terwujud.
Yang ia harapkan saat ini adalah mak bisa sehat kembali dan mereka hidup bahagia.
Ia juga berharap kelak bisa mewujudkan keinginan mak nya agar menjadi seorang
penghapal al-quran. Ia janji akan selalu berada di dekat mak.
“Fa
inna ma’al – ‘usri yusroo…” suara Dede tertahan.
Mak
menangis. Lalu berkata, “Ko…tak….”
Dede
memastikan benar kata yang diucap mak nya itu adalah kotak. Ia bertanya-tanya
tentang kotak yang disebut mak nya itu. Ia langsung mengingat posisi kotak yang
sempat jatuh ketika membersihkan rumah.
Diambilnya
kotak itu. Ia masih bertanya-tanya, apakah gerangan benda yang disebut-sebut
oleh mak nya itu.
Dibukanya
perlahan. Beberapa lembar foto lama dan lembaran surat. Diamatinya satu per
satu foto yang ada. Mak memang cantik sejak muda. Foto itu memperlihatkan mak bahagia
memeluk seorang lelaki berseragam kapten di sebuah kapal mewah berlatar
belakang Singa muntah dan itu bukan ayahnya. Ada pula foto mak bersama lelaki
yang sama di depan Menara Kembar sembari menggendong seorang bayi kecil. Tertanda
17 Agustus 2010 dan tertulis nama Ade Riski Pratama.
“De?”
Dibacanya
surat demi surat yang ada. Penuh dengan kalimat-kalimat cinta dan sayang.
Betapa lelaki itu pandai menghibur hati mak. Setelah itu, tak ada lagi
kalimat-kalimat menyenangkan. Yang ada hanyalah pertengkaran. Di surat terakhir
yang dibacanya, ia tertegun. Terimakasih sudah menjadi istri yang baik.
Kulepas kau seutuhnya dan jangan cari aku lagi.
Pikiran
Dede pun melayang bersama kenangan mak.
Dilihatnya
mak yang sedang terbaring itu terus menangis.
Tanjungbatu,
17 Juni 2022
Terbit di Majalah Tamadun Kantor Bahasa Kepri Edisi 6 Tahun 2022
Saat itu aku menjalani PPG Prajabatan selama 1 tahun berasrama. Iya, full berasrama. Dimana hidup di asramanya pun full ditanggung oleh pemerintah. PPG Prajabatan kami saat itu adalah satu paket dengan program SM3T itu tadi. Setelah mengabdi di pelosok Papua, kami kembali ke kota tujuan kampus yang dipilihkan oleh pemerintah sesuai dengan program studi masing-masing.
Syukurnya aku kembali ke program studi pendidikan kimia Universitas Riau. Asrama kami saat itu ada di jalan lobak, Simpang Ardath.
Bagaimana Seleksi PPG Prajabatan?
Tentunya ini beberapa pertanyaan yang sering ditanyakan ya. Jadi PPG Prajabatan itu ada waktu rekrutment nya. Biasanya untuk freshgraduate. Silakan cek sendiri di website nya ya. Kalau kami dulu itu PPG SM3T namanya. Kalau sekarang udah gak ada program SM3T ya. Dulu juga ada namanya PPG SMK Kolaboratif, PPG PGSD Berasrama, dan PPG Basic Sains. Kalau sekarang cek update nya di wesbite yang sudah aku kasih di atas. PPG ini sendiri adalah untuk profesi guru. Kalau dosen lain lagi sertifikasinya. Buat yang mau jadi guru, worth it banget untuk ikut PPG Prajabatan ini.
Bagaimana Kehidupan Berasrama?
Untuk kehidupan berasrama nya ada aturan. Juga ada kegiatan pengembangan diri lainnya yang harus diikuti dan diatur oleh pengelola asrama bersama pengurus kelurahan. Kelurahan ini adalah sejenis keorganisasian di dalamnya ada rt dan rw juga untuk mengatur penghuni asrama. Makan dan lainnya juga diatur di asrama. Termasuk bus yang menjemput kami pagi sekali menuju kampus dan kemudian mengantar pulang kembali ke asrama. Kami naik bus. Hehe. Di waktu libur ada study tour nya juga kok. Tenang. Uang saku juga cukup. Enaklah pokoknya tinggal serius belajar.
Bagaimana Pelaksanaan PPG Prajabatannya?
Untuk pelaksanaan PPG nya dulu kami terbagi menjadi dua semester. Dimana semester pertama itu kerjaan kami workshop dan bikin produk pembelajaran. Hari ini bikin produk (perangkat, media, dll) lalu hari esoknya microteacing. Rasanya kenyang banget sama yang namanya bikin produk dan tampil microteaching. Semester dua nya praktik pengajaran lapangan (PPL) di sekolah mitra yang sudah ditentukan oleh kampus.
Apa Saja yang Didapatkan Selama PPG Prajabatan?
Uang kuliah udah dibayarkan langsung ya sama pemerintah. Tinggal kuliah. Fasilitas gratis lainnya yang diperoleh adalah asrama, makan, bus, kegiatan-kegiatan pengembangan diri (Kursus Mahir Dasar Pramuka, Keagamaan, Olahraga rutin dan Penampilan Seni dan kreativitas). Selain itu, kami masih dapat uang saku bulanan. Duh, jujur aku lupa berapa nominalnya saat itu. Cuman ya lumayan banyak menurutku. Cukuplah meski kamu anak rantau beda provinsi.
Bagaimana Keberlanjutan setelah PPG Prajabatan itu?
Setelah PPG tentunya kamu berhak mendapat sertifikat pendidikan alias sudah sertifikasi. Sertifikat ini dapat diuangkan hehe. Maksudnya berisi nominal yang bisa diuangkan dengan syarat-syarat di lapangan yang harus dipenuhi. Apakah itu jaminan jadi PNS? Kalau seseorang yang sudah menerima serdik dijamin langsung PNS sih aku gak bisa bilang ya. Tergantung kondisi. Miniimal serdik milikmu itu sudah merupakan jalur kunci untuk selangkah lebih maju. Aku kasih contoh ya.
Kondisi 1. Kamu memiliki serdik. Lalu ikut seleksi CPNS. Tidak punya saingan. Otomatis kamu lulus CPNS.
Kondisi 2. Kamu memiliki serdik. Di formasi tujuan itu ada saingan. Jika saingan kamu tidak punya serdik, jelas kamu adalah pemenang. Namun, jika saingan kamu memiliki serdik, otomatis ada dua orang yang berhak. Balik lagi ke perangkingan nilai kamu deh.
Semoga menjawab ya pengalaman PPG ini. Jujur dulu aku gak begitu paham gunanya PPG apa. Waktu aku ikut SM3T juga aku gak ada kepikiran nanti bisa PPG dan PNS. Di pikiranku saat itu hanyalah main dan nambah pengalaman. Berpetualang melihat keindahan negeri ini secara gratis. Semangat ya buat kamu yang sedang atau akan PPG Prajabatan. Cerita lainnya tentang PPG Prajabatan ku bisa kalian baca di tagar PPG SM3T ya.
Hello, Agustus. Bangun tadi pagi aku membuka mata dengan airmata dan perasaan resah. Ini akibat sama teman sebelumnya. Obrolan kami ya kalau tidak seputar mutasi ya jodoh. Gak ada yang lain. Nah, kemarin itu kita hiruk pikuk karena mengetahui banyak teman yang sudah mutasi.
"Akhir tahun semoga S2 ku insyaallah bisa selesai." Kataku.
"Pas lah itu, Kak. Akhir tahun aku mutasi." Katanya santai diiringi tawa.
Aku baper lah kan. Sekian tahun temanan dan nanti aku ditinggal sendirian? Dimana hari ini teman-teman yang lainnya sudah mutasi. Per hari ini saja dua orang sudah menerima SK mutasinya.
"Apa karena ini mendekati tahun politik? Apa ada hubungannya dengan penerimaan PPPK yang besar-besaran?" tanyaku lagi.
"Bisa jadi." Jawabnya begitu.
Perasaanku makin resah dan galau. Jika ada yang bilang, hadapi saja kenyataan hari ini. Tentu akan kuhadapi. Tapi, realistis nya manusia tetap butuh teman yang bisa diajak asik main, belajar dan bekerja. Hidup tidak tentang diri sendiri.
Lalu aku bagaimana? Tuntaskan saja segera sisa SKS-mu! Aku diam sembari menyaksikan story mereka yang sudah berhasil mutasi. Ah, ternyata sebaper itu benar aku juga ingin segera berkumpul sama keluarga di rumah. Udah merasa cukup sampai saat ini saja merantaunya. Semoga Allah ijabah takdir terbaik hidup kita.
Surabaya, 01 Agustus 2023
Masih terasa olehku betapa dinginnya
air sungai Pasir Keranji. Aku terpaksa harus menyeberanginya dengan sangat
cepat jika aku tidak ingin kehilangan nyawaku. Itu sama saja artinya aku akan
melihat ibu dan adikku semakin menderita.
Berkat rasa
takut yang luar biasa dan tentunya kehendak Tuhan, aku bisa meraih tepian
sungai dan lalu mengasingkan diri dari tempat itu. Aku terpaksa harus melalui
sungai itu lantaran tidak ada jalan lain yang bisa kutempuh saat pulang
sekolah. Aku tersesat dalam jalan yang aku pun tidak tahu. Barangkali ini yang
namanya eustress, seperti yang pernah
aku baca di sebuah buku motivasi. Tingkat stress yang mampu menciptakan sesuatu
yang lebih positif. Aku yang tadinya tidak pandai berenang, akhirnya mampu menyeberangi
sungai dan selamat.
Aku
melangkahkan kakiku sedikit ke arah kanan. Tepat di depan sebuah pohon yang di
bawahnya aku pernah menimbun sesuatu.
“Ternyata masih
ada!” Aku membuka tutupnya dan membaca tulisan tersebut.
Suatu hari
Kan kuraih cita
Kubuktikan pada
dunia
Aku juga bisa
Harapan yang
aku pendam lama sampai akhirnya kembali aku hampir mati di tengah laut. Seorang
anak SMP tanpa keahlian renang, selama dua hari dua malam berusaha mencapai
tepian karena kapal yang ditumpangi karam. Di luar pikiran.
Lama aku
merenungi kejadian-kejadian yang membuatku hampir mati di air. Hal ini
menyadarkanku bahwa ternyata aku punya potensi dibidang renang. Aku pun kembali
ke sungai. Kali ini sengaja untuk berlatih renang.
Perlahan-lahan
sambil menangkap beberapa ekor anak ikan yang lewat di pinggiran. Aku terus
menghentak-hentakkan kakiku sementara tanganku terus menggapai-gapai permukaan.
Seminggu berlatih, aku menjadi mahir. Hal ini sangat membantuku. Aku menjadi
salah satu nelayan muda. Aku bertekad untuk dapat menangkap ikan sebanyak
mungkin dan menjualnya. Uangnya tentu saja untuk kebutuhan sehari-hari.
“Sepulang
sekolah nanti aku akan latihan renang lagi karena besok akan ada kompetisi
renang tingkat provinsi.” Terdengar suara Meiling, anak seorang kaya yang satu
sekolahan denganku.
Kompetisi
renang? Membayangkannya saja sangat menyenangkan apalagi memenangkan
kompetisinya.
Perkataan
Meiling tadi terus terngiang-ngiang di telingaku. Poster para atlit renang
lainnya kini menjadi pajangan indah di kamarku. Renang menjadi salah satu
kegemaranku.
“Yah, biasa-biasa
sajalah, Nak! Orang susah gak mungkin menang. Cukup dengan nilai akademik yang
tidak mengecewakan saja sudah.” Kata Ibu ketika aku berkali-kali mengulang kata
renang.
“Ibu harusnya
mendukung aku bukan malah mematahkan semangatku.”
“Ibu bukan
mematahkan semangat tapi yang nyata-nyata saja.” Ibu tetap menyangkal dibilang
mematahkan semangatku.
*
Berawal dari
lomba renang antar kelas yang diadakan sekolah dalam rangka seleksi renang
untuk kompetisi antar sekolah se-Kabupaten. Alhamdulillah, awal yang baik
langsung menjadi juara ketiga. Walau tidak dapat mewakili sekolah, setidaknya
ini langkah yang baik bagiku.
Pekan olahraga
pelajar menjadi targetku. Latihan keras dan stamina yang prima menghantarkanku
lulus seleksi tim provinsi. Mendengar hal itu dan melihat kesungguhanku, Ibu
memberiku izin untuk mengikuti latihan rutin dan meninggalkan sekolahku untuk
sementara.
“Aku akan
buktikan bahwa aku bisa menjadi yang terbaik!” Batin dan semangatku semakin
membara.
Perjalanan ini
membawaku ke dunia baru yang membuatku semakin dewasa menyikapi hidup. Untuk
meraih apa yang kita inginkan pun butuh pengorbanan. Latihan yang ku lakukan
demi cita-citaku menghantarkanku pada kondisi dimana aku hampir dikeluarkan
dari sekolah karena banyak nilai pelajaranku yang hancur. Tapi, disetiap ada
kesulitan pasti ada kemudahan. Kompetisi nasional yang pertama kali aku ikuti
berhasil membawa pulang medali emas.
Ku persembahkan
buat ibu dan adikku juga semua yang telah mendukungku. Kemudahan lain juga aku
dapatkan. Beasiswa untuk sekolah di tempat yang lebih bagus sampai aku tamat
SMA, uang saku dan juga tropi.
“Selamat ya,
Nak. Lanjutkan perjuangan!” Kata Pak Slamet, guru olahraga yang juga kepala
sekolah di SMA lamaku.
Tak lama
setelah guru-guru dan beberapa orang teman menyalamiku, seorang rival renang
sejak SMP sampai SMA menghampiriku.
“Aku yakin ini
tidak akan bertahan lama. Tunggu saja kehancuranmu.” Kalimat ancaman yang cukup
membuatku khawatir. Setelah dipikir-pikir, tidak ada gunanya mendengar orang
seperti dia. Justru akan semakin menjatuhkan rasa percaya diri jika
diingat-ingat.
Nyatanya
rivalku tetap tidak bisa melampaui prestasi renangku kini. Ia justru
terperangkap pada permainan yang membuatnya malu sendiri.
Hari ini aku dinobatkan
sebagai atlit renang termuda se-Asia Tenggara. Untukmu Indonesia tercinta. Rasa
haru dan bahagia ketika melihat merah putih berkibar.
“Ya, pulang
yuk, Nak!” Sudah sore. Nita juga sudah menyelesaikan karyanya.” Kata Ibu
membuyarkan lamuananku.
“Ya, Kak! Ta
juga sudah selesai. Ini lukisannya.” Nita menunjukkan sebuah lukisan indah
tentang sungai Pasir Keranji. Besok Nita akan mengumpulkan karyanya dan semoga
ia menang.
Aku memasukkan
kertas tadi kembali ke dalam botol. Aku merapikan tumpukan pasir tempat aku
menimbun botol tadi. Sementara botol itu aku lempar ke sungai sekuat tenaga.
“Semoga harapan
ini bisa lebih luas seluas alam ciptaan Tuhan dan tidak menjadi harapan yang
tertimbun saja.”
Pernah dimuat di Koran Cetak Harian Pagi Papua
15 Desember 2013