Tiba-tiba Juli tlah usai. Juli yang hiruk pikuk. Juli yang boros. Katanya sih begitu. 

Tiba-tiba 2024 udah tinggal sebentar. Rasanya baru kemarin Januari. Rasanya baru kemarin sibuk mempersiapkan ujian tesis. Rasanya baru kemarin wisuda. Sekarang sudah bertugas di sekolah lagi. Sekarang semua sudah...ah...mari menatap masa depan. 

Begitulah hidup. Bila ditunggu rasanya lama. Bila tak ditunggu dalam sekejap semua berubah.

*

Tadi di sekolah setelah jam mata pelajaran lain selain yang diampu wali kelas, aku masuk ke dalam kelas. Anak-anak heboh mengadu kepadaku. Tak satu pun dari mereka yang menutup mulutnya atau tidak mengadu.

"Capek, Buk. Banyak, Buk."

Mereka mengeluhkan guru mapel nya memberikan banyak catatan dengan suara dikte yang cepat. Setelah itu mereka diberi tugas per kelompok yang mengharuskan dikumpul minggu depan dan dibuat dari barang yang baru. Kutanya kepada mereka, adakah mereka protes kepada guru mapel tersebut? Adakah mereka mengeluh? Mereka jawab tidak. Dilanjutkan dengan kata 'takut.'


"Ibuk tidak mengerikan." Kata mereka saat kubilang aku juga pemarah dan mengerikan. Di mata mereka, aku tidak marah-marah mengerikan kepada mereka. Aku hanya sedang tegas. Aku hanya sedang mengingatkan mereka. Katanya begitu. Ah, anak-anak yang pandai sekali melobi. Aku pun jadi penasaran bagaimana ketakutan yang mengerikan versi mereka sebagai siswa. Tak jarang jika aku sedang tantrum alias naik emosi, aku melempar spidol dan penghapusn sembarangan. 


"Ibuk marah karena kami memang salah." Tambah mereka lagi. Lalu dengan guru mapel yang lain kenapa tidak bisa seperti kepada ibuk sebagai wali kelas? Mereka bilang intinya beda.


Anak-anak ini ternyata sudah mulai dewasa. Teringat dulu betapa imut-imutnya mereka ketika masuk sekolah dasar. Teruslah bertumbuh, anak-anakku. Jangan takut pada dunia! Jangan takut pada siapapun selagi benar. 


Juli sudah berakhir. Agustus bawa kabar gembira ya. Pliiis!


Juli, 2024

Kamar kos

Catatan Akhir Juli

by on Juli 31, 2024
Tiba-tiba Juli tlah usai. Juli yang hiruk pikuk. Juli yang boros. Katanya sih begitu.  Tiba-tiba 2024 udah tinggal sebentar. Rasanya baru ke...

        


          Saat tadi tanganku tengah berburu kecepatan dengan jarum dan telingaku tetap berfokus pada suara-suara, sementara tanganku juga ikut bekerja, ada satu bagian tubuh ini yang ternyata juga terus dan terus berputar. Ialah Otak. Yah, banyak ide-ide segar mengalir begitu derasnya dan menari-nari dengan indah. Memaksaku untuk segera membuka laptop. Namun ku urungkan niatku karena aku harus menyelesaikan pekerjaanku yang satu ini dulu.

          Aku mencoba menyatukan semua wilayah kerja dari bagian jasad ini. Teringat pada satu kalimat indah yang telah lama ku jadikan the power of dreams. BERMIMPILAH, KARENA TUHAN AKAN MEMELUK MIMPI-MIMPIMU!. Itu kata Arai, seorang tokoh dalam tetralogi laskar pelangi yang kemudian booming dengan dua filmnya. Aku termasuk salah satu dari ribuan penikmat yang tentunya tidak hanya menikmati tapi mencoba untuk mengikuti langkah sang penulis. Hanya dalam beberapa hari yang tak sampai satu minggu, aku menelan mentah-mentah semua kisah yang disampaikan.

          Setelah jauh berjalan, sekian tahun aku membiarkan novel-novel itu menjadi pajangan indah dan kalimat tadi tetap menjadi keyword meraih cita, ternyata ada satu hal yang aku lupa. Subhanallah, aku kembali diingatkan tanpa sengaja oleh seorang junior yang tengah bercerita santai denganku. BEKERJALAH KARENA TUHAN AKAN MENILAI KERJAMU. Kalimat ini jauh lebih indah dari apa yang disampaikan Arai tadi dan ternyata ini bukan kalimat sembarang tapi ini adalah kalimat langsung dari Allah SWT. Kau bisa melihatnya dalam al-quran surat At-taubah ayat 105 yang arti lengkapnya seperti ini :

"….Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.”

          Terjemahan ini sengaja aku tuliskan dengan lengkap agar kau tak perlu repot membuka al-quran pada saat membaca tulisanku. Sekarang kau hanya cukup membaca tulisan ini sampai selesai jika kau merasa tertarik dengan kalimat-kalimat awalku ini. Namun jika kau tidak tertarik sama sekali silahkan kau tutup lembar ini bahkan kau buang saja. Anggap saja ini seperti daun yang tak sengaja terdampar ke halaman rumahmu karena ditiup angin.

          Yah, inilah yang kemudian menghentikan langkahku untuk mengerjakan pekerjaanku tadi dan kemudian membuka laptopku setelah tadi menyalin terjemahan ayat ini dari al-quran. Mungkin alangkah lebih baiknya jika nanti kau memang bersengaja membuka al-quran dengan terlebih dahulu berwudhu. Kau hayati benar-benar ayat demi ayat ini. Kau rasakan dengan baik dan dalam sebagaimana kau merasakan hembusan angin yang perlahan-lahan membelai-belaimu manakala kau tengah menghirup oksigen dengan tenang. Berikan sedikit waktumu dalam kedamaian.

          Kalimat yang disampaikan allah tadi aku interpretasikan dengan bebas bahwa ternyata tidak ada pekerjaan yang sia-sia, terlebih lagi jika kau baru saja membuat mimpimu. Eits, tunggu dulu. Ada syaratnya. Kau mau tahu? Syaratnya sederhana, asal kau meniatkan pekerjaanmu, mimpi-mimpimu untuk tujuan kebaikan. Insyaallah allah akan mendengar doamu dan akan segera menjawab doamu. Sebagaimana dikatakan juga di dalam al-quran bahwa, …. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran (QS.Al-Baqarah:186)

          Ini baru prolog kawan! Sebenarnya ada hal yang jauh lebih besar yang ingin aku ceritakan. Jujur saja, aku sering merasa bingung, bertanya-tanya hingga akhirnya menyendiri jika aku sudah tidak tahu harus bercerita pada siapa. Kau tanyakan Diary padaku? Yah, benar sekali. Kau tahu sekali kawan. Dari dulu sejak aku sekolah dasar, diary adalah teman paling setia yang tak pernah memojokkan atau sekedar mematahkan pendapatku. Dan aku sendiri senang berteman dengannya. Hanya saja, saat ini aku sedang butuh jawaban dari suara-suara nyata di sekitarku.

          Semalam aku menonton sebuah berita yang sangat membanggakan dan jujur membuat aku ngiri, seorang siswa SMA hadir sebagai seorang pembicara yang mempresentasikan penemuan-penemuannya yang secara pikiran, dia termasuk anak yang kritis. Ia membuat aku melongo. Bagaimana tidak? Penemuan-penemuan yang dibuatnya hadir ketika dunia ini mengalami banyak krisis, mulai dari krisis pangan, krisis energi dan krisis lainnya.  Itu semua terjadi juga ketika melihat petani di sawah tak jauh dari rumahnya yang sedang mebur pupuk dengan sembarang. Disampingnya ada ibu yang sholehah. Ini cikal bakal ilmuwan muslim dunia. Amin. Ia telah melakukan banyak penemuan sejak masih SMP hingga kini SMA dan untuk pendidikan tingginya dikemudian hari, ia sudah mengantongi beasiswa DIKTI untuk kuliah di Amerika.

          Ada lagi seorang anak SMP. Mungkin dia adalah contoh kesekian dari banyak orang pintar yang ku temui. Entah kenapa, ngomongnya saking lajunya, terkesan agak patah-patah. Tapi over all, apa yang disampaikannya juga membuat aku melongo. Anak sekecil itu sudah mengantongi banyak penghargaan dunia di bidang matematika. Dia juga menemukan rumus singkat menghitung dalam jumlah tak terhingga.

Dan tadi aku menonton sebuah berita yang sangat bagus, berisi tentang kisah seorang lelaki lulusan SMA yang sekarang sudah sukses dengan bisnisnya yang tidak asing lagi yaitu bisnis tahu goreng. Namun ada yang spesial dari tahu gorengnya. Nanti kau cari tahu sendiri siapa pengusaha itu. Subhanallah, dia keluar dari kerjanya hanya untuk melakukan hasratnya berusaha sendiri melalui cemilan favorit seluruh masyarakat ini. Tahun 2010 ia memulainya dan kini sudah hampir sekitar 5 miliyar omset yang didapat dalam kurang waktu kurang dari tiga tahun. Seperti kebanyakan pengusaha mula lainnya, hingga kini ia masih berjualan menggunakan etalase di jalan. Subhanallah, cabangnya sudah sekitar 160an di sekitar dua belas kota di Indonesia.

          Dari ketiga contoh yang ku berikan, aku hanya menyimpulkan satu. Mereka anak-anak yang melakukan sesuatu yang mereka ingin lakukan. Terlepas apakah nantinya akan mendapatkan penghargaan dari manusia atau tidak. Yah, mereka bekerja sangat laju hanya untuk mencapai tujuan mereka yaitu cita-cita. Ketika mereka bekerja seperti apa yang mereka ingin lakukan tanpa memerdulikan hasil, ternyata allah kasih hasil yang jauh-jauh lebih tinggi dari apa yang mereka inginkan atau bahkan dari apa yang orang tua mereka prediksikan untuk masa depan anaknya.

          Aku teringat sebuah nasihat dari Aa Gym, ini ku temukan beberapa hari yang lalu sebelum tulisan ini dibuat. Nasihat ini sebenarnya telah lama bertengger di dalam laptopku sejak tahun pertama aku membeli laptop di awal kuliah. Tapi, allah baru menggerakkan hatiku untuk membacanya dengan seksama kemarin. Dulu pernah aku membacanya tapi aku bisa katakan dulu aku membacanya tidak dengan hati, tidak dengan kondisi nyaman.

Ini kutipan yang aku salin dari Manajemen Qalbunya Aa Gym.

Sebenarnya yang harus kita nikmati dalam hidup ini adalah proses. Mengapa? Karena yang bernilai dalam hidup ini ternyata adalah proses dan bukan hasil. Kalau hasil itu ALLOH yang menetapkan, tapi bagi kita punya kewajiban untuk menikmati dua perkara yang dalam aktivitas sehari-hari harus kita jaga, yaitu selalu menjaga setiap niat dari apapun yang kita lakukan dan selalu berusaha menyempurnakan ikhtiar yang dilakukan, selebihnya terserah ALLOH SWT.

Seperti para mujahidin yang berjuang membela bangsa dan agamanya, sebetulnya bukan kemenangan yang terpenting bagi mereka, karena menang-kalah itu akan selalu dipergilirkan kepada siapapun. Tapi yang paling penting baginya adalah bagaimana selama berjuang itu niatnya benar karena ALLOH dan selama berjuang itu akhlaknya juga tetap terjaga. Tidak akan rugi orang yang mampu seperti ini, sebab ketika dapat mengalahkan lawan berarti dapat pahala, kalaupun terbunuh berarti bisa jadi syuhada.

Ketika jualan dalam rangka mencari nafkah untuk keluarga, maka masalah yang terpenting bagi kita bukanlah uang dari jualan itu, karena uang itu ada jalurnya, ada rizkinya dari ALLOH dan semua pasti mendapatkannya. Karena kalau kita mengukur kesuksesan itu dari untung yang didapat, maka akan gampang sekali bagi ALLOH untuk memusnahkan untung yang didapat hanya dalam waktu sekejap. Dibuat musibah menimpanya, dikenai bencana, hingga akhirnya semua untung yang dicari berpuluh-puluh tahun bisa sirna seketika.

Walhasil yang terpenting dari bisnis dan ikhtiar yang dilakukan adalah prosesnya. Misal, bagaimana selama berjualan itu kita selalu menjaga niat agar tidak pernah ada satu miligram pun hak orang lain yang terambil oleh kita, bagaimana ketika berjualan itu kita tampil penuh keramahan dan penuh kemuliaan akhlak, bagaimana ketika sedang bisnis benar-benar dijaga kejujuran kita, tepat waktu, janji-janji kita penuhi.

Dan keuntungan bagi kita ketika sedang berproses mencari nafkah adalah dengan sangat menjaga nilai-nilai perilaku kita. Perkara uang sebenarya tidak usah terlalu dipikirkan, karena ALLOH Mahatahu kebutuhan kita lebih tahu dari kita sendiri. Kita sama sekali tidak akan terangkat oleh keuntungan yang kita dapatkan, tapi kita akan terangkat oleh proses mulia yang kita jalani.

Ini perlu dicamkan baik-baik bagi siap pun yang sedang bisnis bahwa yang termahal dari kita adalah nilai-nilai yang selalu kita jaga dalam proses. Termasuk ketika kuliah bagi para pelajar, kalau kuliah hanya menikmati hasil ataupun hanya ingin gelar, bagaimana kalau meninggal sebelum diwisuda? Apalagi kita tidak tahu kapan akan meninggal. Karenanya yang paling penting dari perkuliahan, tanya dulu pada diri, mau apa dengan kuliah ini? Kalau hanya untuk mencari isi perut, kata Imam Ali, "Orang yang pikirannya hanya pada isi perut, maka derajat dia tidak akan jauh beda dengan yang keluar dari perutnya". Kalau hanya ingin cari uang, hanya tok uang, maka asal tahu saja penjahat juga pikirannya hanya uang.

Bagi kita kuliah adalah suatu ikhtiar agar nilai kemanfaatan hidup kita meningkat. Kita menuntut ilmu supaya tambah luas ilmu hingga akhirnya hidup kita bisa lebih meningkat manfaatnya. Kita tingkatkan kemampuan salah satu tujuannya adalah agar dapat meningkatkan kemampuan orang lain. Kita cari nafkah sebanyak mungkin supaya bisa mensejahterakan orang lain.

Dalam mencari rizki ada dua perkara yang perlu selalu kita jaga, ketika sedang mencari kita sangat jaga nilai-nilainya, dan ketika dapat kita distribusikan sekuat-kuatnya. Inilah yang sangat penting. Dalam perkuliahan, niat kita mau apa nih? Kalau mau sekolah, mau kuliah, mau kursus, selalu tanyakan mau apa nih? Karena belum tentu kita masih hidup ketika diwisuda, karena belum tentu kita masih hidup ketika kursus selesai.

Ah, Sahabat. Kalau kita selama kuliah, selama sekolah, selama kursus kita jaga sekuat-kuatnya mutu kehormatan, nilai kejujuran, etika, dan tidak mau nyontek lalu kita meninggal sebelum diwisuda? Tidak ada masalah, karena apa yang kita lakukan sudah jadi amal kebaikan. Karenanya jangan terlalu terpukau dengan hasil.

Saat melamar seseorang, kita harus siap menerima kenyataan bahwa yang dilamar itu belum tentu jodoh kita. Persoalan kita sudah datang ke calon mertua, sudah bicara baik-baik, sudah menentukan tanggal, tiba-tiba menjelang pernikahan ternyata ia mengundurkan diri atau akan menikah dengan yang lain. Sakit hati sih wajar dan manusiawi, tapi ingat bahwa kita tidak pernah rugi kalau niatnya sudah baik, caranya sudah benar, kalaupun tidak jadi nikah dengan dia. Siapa tahu ALLOH telah menyiapkan kandidat lain yang lebih cocok.

Atau sudah daftar mau pergi haji, sudah dipotret, sudah manasik, dan sudah siap untuk berangkat, tiba-tiba kita menderita sakit sehingga batal untuk berangkat. Apakah ini suatu kerugian? Belum tentu! Siapa tahu ini merupakan nikmat dan pertolongan dari ALLOH, karena kalau berangkat haji belum tentu mabrur, mungkin ALLOH tahu kapasitas keimanan dan kapasitas keilmuan kita.

Oleh sebab itu, sekali lagi jangan terpukau oleh hasil, karena hasil yang bagus menurut kita belum tentu bagus menurut perhitungan ALLOH. Kalau misalnya kualifikasi mental kita hanya uang 50 juta yang mampu kita kelola. Suatu saat ALLOH memberikan untung satu milyar, nah untung ini justru bisa jadi musibah buat kita. Karena setiap datangnya rizki akan efektif kalau iman kitanya bagus dan kalau ilmu kitanya bagus. Kalau tidak, datangnya uang, datangnya gelar, datangnya pangkat, datangnya kedudukan, yang tidak dibarengi kualitas pribadi kita yang bermutu sama dengan datangnya musibah. Ada orang yang hina gara-gara dia punya kedudukan, karena kedudukannya tidak dibarengi dengan kemampuan mental yang bagus, jadi petantang-petenteng, jadi sombong, jadi sok tahu, maka dia jadi nista dan hina karena kedudukannya.

Ada orang yang terjerumus, bergelimang maksiat gara-gara dapat untung. Hal ini karena ketika belum dapat untung akan susah ke tempat maksiat karena uangnya juga tidak ada, tapi ketika punya untung sehingga uang melimpah-ruah tiba-tiba dia begitu mudahnya mengakses tempat-tempat maksiat.

Nah, Sahabat. Selalulah kita nikmati proses. Seperti saat seorang ibu membuat kue lebaran, ternyata kue lebaran yang hasilnya begitu enak itu telah melewati proses yang begitu panjang dan lama. Mulai dari mencari bahan-bahannya, memilah-milahnya, menyediakan peralatan yang pas, hingga memadukannya dengan takaran yang tepat, dan sampai menungguinya di open. Dan lihatlah ketika sudah jadi kue, baru dihidangkan beberapa menit saja, sudah habis. Apalagi bisaanya tidak dimakan sendirian oleh yang membuatnya. Bayangkan kalau orang membuat kue tadi tidak menikmati proses membuatnya, dia akan rugi karena dapat capeknya saja, karena hasil proses membuat kuenya pun habis dengan seketika oleh orang lain. Artinya, ternyata yang kita nikmati itu bukan sekedar hasil, tapi proses.

Begitu pula ketika ibu-ibu punya anak, lihatlah prosesnya. Hamilnya sembilan bulan, sungguh begitu berat, tidur susah, berbaring sulit, berdiri berat, jalan juga limbung, masya ALLOH. Kemudian saat melahirkannya pun berat dan sakitnya juga setengah mati. Padahal setelah si anak lahir belum tentu balas budi. Sudah perjuangan sekuat tenaga melahirkan, sewaktu kecil ngencingin, ngeberakin, sekolah ditungguin, cengengnya luar bisaa, di SD tidak mau belajar (bahkan yang belajar, yang mengerjakan PR justru malah ibunya) dan si anak malah jajan saja, saat masuk SMP mulai kumincir, masuk SMU mulai coba-coba jatuh cinta. Bayangkanlah kalau semua proses mendidik dan mengurus anak itu tidak pakai keikhlasan, maka akan sangat tidak sebanding antara balas budi anak dengan pengorbanan ibu bapaknya. Bayangkan pula kalau menunggu anaknya berhasil, sedangkan prosesnya sudah capek setengah mati seperti itu, tiba-tiba anak meninggal, naudzhubillah, apa yang kita dapatkan?

Oleh sebab itu, bagi para ibu, nikmatilah proses hamil sebagai ladang amal. Nikmatilah proses mengurus anak, pusingnya, ngadat-nya, dan rewelnya anak sebagai ladang amal. Nikmatilah proses mendidik anak, menyekolahkan anak, dengan penuh jerih payah dan tetesan keringat sebagai ladang amal. Jangan pikirkan apakah anak mau balas budi atau tidak, sebab kalau kita ikhlas menjalani proses ini, insya ALLOH tidak akan pernah rugi. Karena memang rizki kita bukan apa yang kita dapatkan, tapi apa yang dengan ikhlas dapat kita lakukan.

Begitulah kawan. Inti dari semua apa yang disampaikan tadi adalah bekerjalah. Tetap dalam niat yang ikhlas dan senantiasa menyempurnakan ikhtiar. Terakhir jangan lupa berdoa.

Nah, kita ini sekarang dan nanti. Sebelum kita menjadi apa nantinya, kita ini adalah seorang da’i. sebagai seorang muslim kita diwajibkan untuk berdakwah (menyeru kepada kebaikan). Dalam hal ini pun begitu. Bekerja, bekerja dan bekerja. Berdakwah, berdakwah dan berdakwah. Lakukan, lakukan dan lakukan. Lawan rasa malas kita kawan karena malas itu….monggo dijawab.

“Malas itu kawannya syetan.”

Terlepas dari apakah nanti orang akan menerima apa yang kita sampaikan atau tidak. Hanya allah lah yang akan menampakkan hasilnya. Hanya allah lah yang dapat menyentuh wilayah kerja yang satu ini yaitu wilayah hati. Allah yang menghembuskan agar orang tersebut menerima, lalu melakukan dan kemudian bersyukur. Allah lah yang berkehendak.

Aku hanyalah manusia biasa kawan. Manusia lemah dan tak luput dari kesalahan tapi aku senantiasa berkomitmen dan berusaha memperbaiki niat demi niatku ini untuk belajar menjadi lebih baik agar meminimalisir kesalahan dan pada akhirnya benar-benar menjadi pribadi yang lebih baik.

Tulisan ini ku buat semata-mata untuk menjalankan perintah allah. Yaitu watawasoubilhaq watawasoubissobr, saling menasehati dalam kebenaran dan salin menasehati dalam kesabaran. Ada yang benar datang dari allah, ada yang salah datang dari pribadi yang kurang ilmu. Semoga tulisan ini bermanfaat.(24092012).

 

 

 

Setelah kamu melalui proses seleksi berkas yang jika kamu penuhi dan ikuti sesuai prosedur, insyaallah kamu bakal lolos seleksi adminnistrasi tersebut. Langkah selanjutnya adalah kamu akan mendapatkan undangan wawancara beasiswa melalui email dan akun BPI mu seperti berikut ini. Kebetulan aku tinggal punya panggilan wawancara yang dari email. Yang di akun BPI isinya juga sama kayak di email ini.



Jadi apa nih yang harus dipersiapkan untuk mengikuti tahapan wawancara nya?

Di tulisan lain mungkin kamu juga sudah membaca ya tips dan trik melalui wawancara beasiswa dengan lancar. Atau sejenisnya lah. Nah, di sini aku mau bagi sesuai pengalamanku saja yang ini juga aku pelajari dari berbagai tontonan youtube dan tulisan semasa aku persiapan wawancara.
1. Pelajari kembali esai yang sudah kamu tulis. Kenali lagi dirimu dan dalami lagi rencana studimu. Coba baca lantang. Baca dengan suara yang yakin. Ini tuh ngebantu banget di aku dulu. Membaca lantang itu membuatku berpikir jika ada hal-hal tertulis yang bisa jadi menjebak atau butuh penjelasan lebih lanjut, aku bisa segera mengidentifikasinya. Ketika ditanya sama interviewer nya, kamu harus jawab dengan yakin tapi santai. Tidak boleh terkesan ngotot tapi juga tidak boleh terkesan ragu-ragu. Jadi, latihanlah lebih banyak.
Kamu bisa latihan secara mandiri dengan melihat video di youtube dan mempraktikkannya di depan kaca (Ini cara yang aku lakukan waktu itu karena aku kurang nyaman latihan dengan orang lain atau menunjukkan prosesku kepada orang lain). Bisa minta tolong teman sesama pejuang beasiswa atau sesiapa yang bersedia dan mengerti tentang wawancara ini buat kasih masukan pada latihanmu.
2. Persiapkan suasana fisik dan lingkungan yang nyaman. Pastikan kamu memakai pakaian yang rapi, sopan dan wangi. Rapi dan sopan ini relatif ya sebagaimana kamu mau bertemu dengan orang penting. Wangi ini ya kamu bisa semprotkan parfum ke tubuh dan ruangan tempat kamu akan melakukan wawancara karena ini wawancara daring. Wangi ini akan membuat mood kamu lebih baik dan nyaman dalam berbicara. Aku mah gitu hehe. Tapi yang paling penting adalah pastikan sinyal dan perangkat untuk wawancara daring kamu tersedia dalam performa terbaiknya. Usahakan sudah standbye di waktu sebelum wawancara dimulai. Dulu sih aku dikasih tau ya misal jadwal wawancara pukul 14.00 WIB, aku udah disuruh standbye 2 jam sebelumnya. Khawatir ada pelamar lain yang tidak hadir, bisa jadi jawdal kamu dimajukan.
3. Banyak berdoa dan berpikiran postitif. Percaya saja hasil tidak akan mengkhianati proses. Allah juga tidak akan menelantarkan usaha-usahamu. Jika beasiswa ini baik untukmu, maka Allah akan mudahkan jalannya menjadi takdirmu. Jika beasiswa ini bukan takdirmu, sekeras apapun kamu berusaha, ya tidak kata Allah. Ini agak sedikit relijius. Pengalaman dari sebelumnya, ada banyak orang yang berkata baik dalam prosesnya. Namun, ketika tidak lolos, malah menyalahkan keadaan. Yang tadinya berkata-kata baik, jadi tidak baik. Sudah bercampur antara 'kelayakan diri menjadi penerima beasiswa' dan 'sombong karena merasa sangat layak'. 


Jika sudah melewati wawancara, kamu tinggal tunggu pengumuman akhir. Nanti kamu juga bakal dapat pengumuman di akun BPI dan email yang kamu gunakan. Nah, isinya seperti berikut ini. Tentunya ini sangat menggembirakan ya. Yang kamu tunggu dan harapkan bisa segera terwujud. Jangan lupa untuk banyak bersyukur.


Contoh pengumuman di akun BPI


Contoh pengumuman di email

Aku berharap, kalian yang punya cita-cita untuk lanjut studi dan membaca tulisan ini bisa mendapatkan apa yang kalian impikan. Kemudian hal itu membuat kalian bisa membanggakan orang-orang tersayang dan tentunya menambah kepercayaan terhadap diri sendiri. Sembari mengatakan, "Alhamdulillah, masyaallah, aku sampai di titik ini."






Apa saja sih berkas yang harus dipersiapkan untuk seleksi administrasi? 

Berikut adalah administrasi yang kamu harus persiapkan. Nanti sebelum menekan tombol submit, kamu simpan saja berkas kamu dengan tombol draft. Sembari pelan-pelan bisa dicek kembali udah benar atau masih ada yang salah berkas yang diupload. Pengalaman sebelumnya dari seorang teman yang tertolak seleksi administrasinya, ia pernah salah upload berkas tidak sesuai dengan judul kolom. Alhasil ia harus melakukan sanggah dan bersyukur sanggahnya diterima oleh pihak BPI. 


Ini tampilan berkas yang sudah diupload di akun BPI kamu ya. Ini mengikuti panduan pendaftaran di 2022. Jangan lupa untuk terus cek update nya di website BPI. Mana tau ada berkas tambahan atau kolom yang harus diisi. 





Di tahun 2023 ada tambahan surat pernyataan dibebastugaskan. Yang juga berlaku di 2024. Secara keseluruhan tidak begitu banyak perubahan seleksi berkas yang dilakukan. Hanya saja pelamar perlu memperhatikan beberapa perubahan di dalam panduan BPI. Yaitu terkait batas usia pelamar BPI dan untuk guru ada tambahan menyertakan sertifikat/surat keterangan sebagai guru penggerak bagi yang memiliki di bagian persyaratan khusus. Bisa jadi ini merupakan salah satu pertimbangan pemberi beasiswa kepada pelamar. Ingat ya di kalimat itu tertulis 'bagi yang memiliki'. Jika tidak memiliki ya tidak usah dipaksakan untuk memiliki atau bertanya alternatif lain. Rasanya sudah jelas. Hehe. Maksimalkan di penulisan esai dan rencana studi kalian saja. Semoga beruntung.


Sempena akhir kepengurusan kelurahan BPI Unesa 2.0, beberapa waktu lalu kami pergi mengunjungi Kota Blitar. Ya ceritanya ini refreshing bareng lah. Meski hari-hari refreshing juga. Cuman namanya momen pribadi dengan momen kebersamaan itu beda. Sekalipun kamu sudah pernah mengunjungi tempat atau kota tersebut. Dulu aku diajakin temanku naik kereta api pergi pagi dan balik sore hanya untuk mencoba gelato di sana. 


Kali ini dari Surabaya kita naik Hiace yang dipinjamkan oleh pihak kampus. Baik banget ya pihak kampus memberikan bantuan baik akademik dan non akademik. Total pengurus kelurahan lebih dari 20 orang. Yang pergi hanya sekitar 15 orang saja. Namun itu tidak mengurangi kecerahan hati meski suasana di luar mendung.


Sekitar pukul 07.00 WIB kita berangkat dari Surabaya menuju Blitar. Sekitar pukul 11.00 WIB kita tiba di lingkungan makam dan perpustakaan Bung Karno. Yup. Siapa yang tidak kenal beliau? Bapak Proklamator Indonesia dan presiden pertama Republik Indonesia.

Tugu Bung Karno di tulisan Kota Blitar


Berhubung itu hari ahad, tanggal 25 Februari 2024, hari libur dan tentunya ramai sekali pengunjung. Kita ikutan deh ziarah makam. Duduk sejenak mentafakuri alam kubur diantara peziarah lainnya. Sempat pula menabur bunga. Hikmah yang diperoleh adalah kematian itu sesuatu yang pasti bagi setiap yang bernyawa. Tak peduli dia seorang terkenal, pejabat dan punya posisi hebat, tak peduli pula dia hanya seorang rakyat jelata. Apakah kelak jika tiba ajalnya kita, banyak orang yang mendoakan dan menziarahi kita? Sebuah peer besar yang harus kita persiapkan sejak masih hidup di dunia.



Suasana ziarah makam Bung Karno


Setelah berziarah, kita keluar lewat pintu yang isinya penjual oleh-oleh. Sungguh menggiurkan. Sesekali tutup mata biar tidak kelewatan batas. Eh, pas lihat deretan baju dan rok, sungguh kutak mampu menahan diri. Aku turutin saja nafsuku untuk belanja. Tapi pake syarat dan ketentuan pada diri sendiri hehe. Biasanya kalau tidak diturutin keinginan pada pandangan pertama, aku suka nyesal di kemudian hari. Pun itu hanya untuk yang aku lihat di pandangan pertama. Belinya gak boleh mikir terlalu lama. Untuk pandangan kedua, ketiga dan selanjutnya, aku biasa bisa menahannya karena aku cukup antusias pada hal-hal yang berbau pandangan pertama (asik...asik...lebay).

Keramaian penjual di pintu keluar makam


Parahnya, aku baru sadar ketika keluar komplek ini. Aku sama sekali tidak masuk ke dalam bagian perpustakaannya. Sumpah nyesel. Sebagai fasilitator literasi baca tulis, rasanya ada yang kurang jika ke perpustakaan tapi tidak masuk ke dalamnya. Ampun ya, Allah. Padahal pertama aku udah masuk ke bagian dalam perpustakaan ketika baru tiba. Tapi karena rombongan, aku ya ikut rombongan. Ketika melakukan perjalanan rombongan gini, seluruh sistem tubuhku biasanya sudah pake alarm melupakan keinginan pribadi dan mengikuti rute rombongan. Pun, energi masih belum kembali setelah sakit beberapa hari, jadi aku kurang cheerfull. Ditambah malamnya aku masih flu berat.

Penampakan perpustakaan dari luar


Keluar dari komplek tersebut, kita pergi makan siang ke tempat yang sudah dipesan. Menu makanannya seperti kebanyakan makanan dan berhubung aku bukan vlogger makanan, kesanku ya standar lah ya. Karena makanan dimanapun, tetap masakan mamakku paling enak. Lidah orang Sumatra yang kaya bumbu dan cukup pedas itu membuatku menahan diri untuk tidak berkomentar lebih banyak ketika makan dimanapun. Semenjak sering merantau, aku punya prinsip tidak boleh berkomentar lebih jauh tentang makanan. Jika suka, ambil secukupnya dan makan. Habiskan dan jangan bersisa. Jika ketika dimakan tidak sesuai ekspektasi, makan saja. Kata kakekku,"Nanti nasinya menangis kalau tidak dihabiskan. Jangan sampai kau dihabisi di akhirat karena menyisakan makanan." Jika pengen menyicip semuanya, ambil sedikit-sedikit. Kau yang tau porsi lambungmu.



Makan sudah. Salat sudah. Saatnya melanjutkan perjalanan ke Kampung Cokelat. Belum lama tiba, hujan deras pun turun. Tapi kami masih bisa melihat pohon cokelat di sekitarnya, melihat produksi cokelat dan beli oleh-oleh olahan cokelat. Yang paling menarik sih bisa nyicipin cokelat secara gratis di dua tempat. Sengaja masuk buat nyicip gratis cokelat original nya. Auto meningkatkan hormon endorfin. Ketika membeli oleh-oleh cokelat, anehnya yang terpikir di otakku adalah cokelat-cokelat yang kubeli ini bisa jadi bahan tambahan untuk buat kue lebaran. Padahal sya'ban saja belum berakhir. Perempuan mah gitu ya. Udah nyicil bahan bikin kue lebaran, nyicil beli baju lebaran, nyicil beli ini itu dan tentunya tak lupa mempersiapkan anggaran sedekah ramadan biar hidupnya gak hedon banget. Biar uang beasiswanya gak habis cuman buat foya-foya.

Cokelat asli, bukan sekedar pajangan.

Kurang lengkap kalau tidak narsis.

Bentuk cokelat original yang bisa kamu cicip gratis.

Tempat produksi cokelat 

Salah satu outlet cokelat


Setelah asar, kami kembali menuju Surabaya. Makan malam di sebuah tempat makan di daerah Kediri. Aku gak usah sebut nama tempatnya ya. Yang jelas, aku familiar sama tempatnya. Tempat makan ini punya beberapa cabang. Aku pernah makan juga di cabang Situbondo kalo gak salah. Yang di sana view nya lebih bagus karena laut biru dan anginnya kencang banget. Over all, perjalanannya kasih rating berapa ya? Aku juga bingung sih. Coba lihat saja dari foto-foto yang ada. Nanti kamu saja yang kasih ratingnya yak. Trus rekomendasikan lagi tempat-tempat seru yang kudu didatangi.


Sekian dan siap terima LA BPI selanjutnya ya.

Kelurahan BPI Unesa 2.0 (minus banyak)





 





  


Berhubung di dalam sebuah grup sedang membahas perjalanan Surabaya ke Lombok, jadilah akhirnya draft tertanggal 19 Januari ini kubuka dan kuselesaikan. Hehe. Kadang niat menulis yang naik turun ini perlu suntikan motivasi lagi. Draft di blog ini bahkan banyak sekali. 

Kembali ke niat awal menulis catatan ini.


***

Sekitar hari ahad, 07 Januari 2024 yang lalu, aku dan beberapa teman melakukan perjalanan kapal laut dari Surabaya ke Lombok. Tujuannya adalah liburan. Kemana saja? Di tulisan selanjutnya lah kalau aku kuat bakal aku ceritakan. Kita berangkat di tanggal tersebut dan tiba di Surabaya lagi tanggal 13 Januari 2024 hari ahad subuh. 


Nah, menurut jadwal kapal yang kalian bisa beli tiket dan jam berangkatnya di DLU Ferry, hari itu seharusnya kami berangkat pukul 16.00 WIB. Tapi akhirnya molor menjadi pukul 19.00 WIB. Kita berangkat dari Pelabuhan Roro Tanjung Perak menggunakan Kapal KM Kirana VII. Bukan di Pelabuhan Surabaya North Quay (SNQ) yang di sebelahnya ya.

Pesan tiket di sini


Waktu itu aku pesan tiketnya ekonomi-tidur mengingat ini perjalanan jauh. Mau ala backpaker murah meriah tapi gak mau capek. Harga tiket 180k dan boarding 30 jadi total 210k per orang.



Di Pelabuhuan Roro Perak

Berhubung ini bukan perjalanan pertamaku naik kapal dalam waktu yang lama, aku ngerasa okelah ya. Insyaallah aman mah klo buat aku. Masih pikiran positif gitu. Perginya masih senang-senang banget. Ombak juga pulang pergi aman. Ketika kapal meninggalkan Pelabuhan Perak, kita bakal melewati Jembatan Suramadu yang sensasi malam hari nya spesial menurutku. Alhamdulillah ya udah ngerasain waktu terang dan gelap di Suramadu lewat darat dan laut.

Suramadu malam hari

Kita semua teriak-teriak terpesona lihat keindahannya. Ini memang salah satu keindahan yang ditawarkan ketika naik kapal ya. Bahkan, pihak informasi tak segan-segan mengulang dari speakernya, "Sebentar lagi kita akan menyaksikan keindahan Suramadu. Salah satu objek wisata kebanggaan kita." Kita semua tepuk tangan sambil jepret-jepret keadaan. Mengabadikan lewat foto dan video. Belum lagi pemandangan kapal-kapal dengan lampu-lampu keren di sepanjang pelabuhan ini. Mengingatkanku pada keindahan perbatasan Singapore-Batam.


Masih baru naik kapal kan ya. Masih semangat menggebu-gebu. Malamnya kita duduk di bagian atas kapal yang terbuka. Menikmati angin malam sepanjang perjalanan sembari bercerita dengan teman. Kebetulan malam itu debat capres kedua, jadilah kita nonton bareng lewat youtube (masih ada sinnyal). Pas udah gak ada sinyal, kita masuk ke dalam dan menonton di televisi. Alhamdulillah televisi nya nyala 24 jam sebagai hiburan.

Sambil nonton live debat capres kedua


Oiya, sebelum berangkat, kita udah beli stok makanan dulu. Karena malam itu kita gak langsung dapat jatah makan dari kapal ya. Jatah makan baru diperoleh ketika sarapan pagi dan makan siang.


Itu pun dapat jatah makan pagi nya agak lama. Sejak subuh aku udah naik lagi ke bagian atas kapal menyaksikan sunrise yang masyaallah indahnya. Kalau buat salat nya, ada musholla kecil yang bisa digunakan bergantian ya. Kamar mandi nya juga banyak dan bersih. Aman buat kalian mandi-mandi.


Menyaksikan perubahan lengkap dari matahari belum muncul hingga muncul sempurna dengan cuaca cerah dan segar adalah sebuah pengalaman spiiritual bagiku. Alhamdulillah banget bagian ini nya. Hapeku sampe penuh buat merekam kenaikan matahari. Bagian ini pula kurasa aku udah kayak di kapal-kapal pesiar yang keren banget. Entah apa hubungannya gak tau. Efek suasana hati yang bahagia kayaknya melihat kebesaran Allah.

Sunrise


Ngopi dulu

Kafetaria KM Kirana VII


Aku ga turun ke bawah sejak matahari naik. Aku mau menikmati birunya laut. Aku cek di internet yang mulai ada, posisi kami pagi itu udah ada di sekitar daerah Buleleng, Bali. Aku pesan kopi di kafetaria. Rentang harga minuman dan makanan di kafetaria ya masih kisaran 15 ribuan. Malam nya aku juga sempat beli bakso. Kalau perjalanan begini, ongkos hemat tapi jajanku luar biasa. Pantang lapar dan harus jaga stamina.


Di bagian atas ini ada tempat bermain anak bagi yang membawa anak. Lumayan menghibur sih. Setidaknya angkutan umum ini mulai memperbaiki fasilitas dan memperhatikan kenyaman penumpang. Membuat ramah anak juga salah satu peer besar faslilitas umum di negeri kita ini.

Fasilitas bermain anak : Aku dan Luthfi


Lama kutunggu sarapan tak muncul-muncul. Aku terbiasa sarapan dari jam 06.00-07.00 WIB. Itu sarapan baru ada pukul 08.30 WIB. Lagi-lagi harus stok jajan yang banyak. Pelayan kapal akan mengantar makanan ke tempat masing-masing. Jadi gak perlu antri atau rebutan. Tinggal menunjukkan tiket kapal kamu.


Makanannya lumayan. Ada nasi+lauk+buah+puding+air mineral gelas. Bagi bapak-bapak itu akan sangat kurang banget karena bagiku sendiri itu juga kurang. Hahah. Soal rasa ya telan aja. Namanya juga makanan jatah. 


Dari pagi hingga ke siang dan sore hari semua berjalan apa adanya. Ya duduk lah menunggu di kapal hingga bersandar. Mau ngapain lagi kan ya. Tapi tenang, colokan listrik ada di tiap tempat tidur. Jadi aman kalau mau bawa laptop dan nonton drama Korea.


Akhirnya sekitar 16.00 WITA, kami tiba di Pelabuhan Lembar. Wuih, rasanya gimana gitu ya udah nyampe. Yang mulai lelah perjalanan jadi semangat lagi. Perjalanan liburan baru dimulai, yeay. Aku bakal cerita perjalanannya di tulisan lain insyaallah.

Pelabuhan Lembar-Mataram


***

Pulangnya gimana, Vit? 

Mengingat perjalanan pergi dan mengunjungi satu tempat ke tempat lain yang cukup melelahkan, tadinya aku pengen pulang naik pesawat saja. Tapi mengingat ini perjalanan tim, aku pun naik kapal lagi.


Alih-alih ingin mencoba kapal yang lain, kami pun memesan tiket kapal Dharma Rucita VII. Awalnya jadwal ketika memesan itu, kapal berangkat pukul 15.00 WITA. Siangnya setelah beli oleh-oleh, kami cek lagi di website kapal tadi, berubah menjadi pukul 23.00 WITA. Sungguh membingungkan. 


Hari itu hari jumat, 11 Januari 2024. Penginapan harus sudah check out pukul 12.00 WITA. Sementara menunggu kapal hingga malam, kami bingung harus ngapain. Akhirnya aku menghubungi satu per satu temanku di sana. Alhamdulillah mereka bersedia ngasih tumpangan meluruskan kaki. Tapi karena teman satu tim ku hobi jalan dan belanja, jadilah kami masuk ke Mall Epicentrum. Di sana lah kami banyak menghabiskan waktu. Eh, tiba-tiba udah pukul 21.30 WITA. Harus segera ke Pelabuhan biar tidak tertinggal kapal. Gitu ih namanya masuk Mall. Suka lupa jam.

Tampak luar Mall Epicentrum Lombok


Naik kapal ini di Pelabuhan Gili Mas. Bukan di Pelabuhan Lembar. Di kapal Dharma Rucita VII ini mulai banyak drama.

Jarak Pelabuhan Lembar-Pelabuhan Gili Mas

Kami sempat salah pelabuhan karena dikira mas supirnya, kedua kapal ini pelabuhannya sama. Rupanya beda pelabuhan dan akhirnya kami mutar lagi deh.


Tiket yang kami pesan masih sama, ekonomi-tidur. Dari luar, menurutku fisik kapal ini jauh lebih cantik daripada KM Kirana VII. Tapi pas sampai di dalam, sepi. Katanya kapal ini baru operasi di rute Lombok-Surabaya. Suasananya beda dengan KM Kirana VII. 

Tampak luar


Menurutku, musholla di kapal ini jauh lebih bagus dan nyaman. Abis salat bisa lah tilawah dengan tenang. Musholla nya cantik, bersih dan ada AC. Hihih. Bisa buat tiduran 5 menit. Tapi kalo lebih dari 5 menit, ada CCTV yang memantau wkwk. Kalau di KM KIrana VII musholla nya enggak kayak gini. Lebih darurat. Tapi untuk kamar mandi dan tempat tidur, KM Kirana VII menurutku jauh lebih baik. Di Dharma Rucita VII ini, colokan listrik hanya disediakan di sudut seperti tempat colokan listrik di bandara. Kebayang lah kan untuk kita yang mageran, Tidak ada di dekat tempat tidur kita. Beda dengan KM Kirana VII.


Di kapal ini ombak nya lebih terasa sih. Aku gak tau apa faktor rendahnya landasan kapal apa gimana. Saking ingin memastikan, merenunglah pula aku di luar kapal. Iya, kayaknya lebih rendah jadi ombak lebih berasa. Trus, pinggiran kapal tidak ada sandaran. Ibarat mau terjun bebas dari kapal, peluang nya lebih besar di kapal ini. Lebih safety di KM Kirana VII sih ya.


Trus kita gak bisa naik ke bagian atas kapal. Jadilah melihat dari pinggir-pinggir ketika matahari terbit. Kurang seru lah. 


Kan kapal ini diperkirakan akan bersandar ke Pelabuhan Perak pukul 21.00 WIB. Tapi kemudian diumumkan akan bersandar pada pukul 23.00 WIB karena ramainya antrian kapal. Aku yang sudah bersiap turun, tidur lagi sampe malam. Eh, pas bangun di 23.00 WIB, kapal masih tidak bergerak. Sepanjang malam itu pun aku menunggu. Kapal baru bisa bersandar di pukul 02.00 WIB. Cepat-cepat turun, eh pintu kapal belum dibuka. Nunggu pula setengah jam di bawah. Diantara asap truk-truk besar yang juga gak mau kalah duluan sama pejalan kaki. Dengan ruangan tertutup dan apek itu aku bergumam, "gini kali ya allah yang naik kapal ini. Padahal tiket pesawat loh masih bisa terbeli." 


Hari ahad, 13 Januari 2024 pukul 02.30 WIB, pintu kapal dibuka. Kita ngacir keluar kapal sesegera mungkin. Soalnya aku terakhir mandi di hari jumat siang. Aku gak nyaman mandi di kapal itu. Cuman bebersih, cuci muka dan sikat gigi doang karena mau salat.


Keluar pelabuhan langsung jalan ke gapura. Di depan pos polisi kita baru bisa pesan ojol. Agak rempong juga mencari ojol di jam segitu. Akhirnya, udah naik ojol. Taraaa....lima menit masuk kos, azan subuh wilayah Surabaya.


Ya Allah, hectic banget berangkat di jumat, nyampe nya ahad. Sejauh ini, ini sih yang paling jauh. Selesai subuhan langsung nyuci pakaian kotor selama seminggu. Setelahnya lanjut keluar rumah karena kegiatan lain sudah menunggu.

***


Yang mungkin penting disiapkan : 

1. Koyo dan minyak-minyak. Jangan malas buat ngurusin tubuh selama perjalanan biar gak encok. Alhamduulilah nyampe di Surabaya aku tetap sehat. Tapi beberapa temanku sakit sampe seminggu. Shock mental kayaknya naik kapal.

2. Memastikan tiket pergi dan pulang jika naik kapal. Karena kapal beroperasi sekali tiga hari.

3. Gak usah bawa koper apalagi banyak barang karena tangga naik nya cukup bikin betis keram. Pake carrier aja ato ransel hehe.










Dalam percakapan siang ini dengan seorang senior, beliau menyampaikan nasihat untuk terus berbuat baik. Dalam percakapan tepatnya diskusi tadi kami sama sepakat bahwa kita bukanlah orang baik. Tetapi kewajiban kita setiap harinya adalah harus menjadi baik. Sedangkan menjadi baik saja, kita masih mendapati perlakuan tidak baik. Apatah jika kita tidak berbuat baik. Mungkin lebih banyak marabahaya yang datang dalam hidup kita.


Beliau mencontohkan suatu kisah dimana kesimpulannya adalah kita harus bisa membaca keadaan sekalipun itu perbuatan baik. Untuk menyampaikan sesuatu yang baik dan mencontohkan yang baik pun harus memahami kondisi psikologi si penerima. 


Aku pun jadi teringat sebuah kisah. Kusampaikan kepada beliau. Kini pun ingin kusampaikan kepada sesiapa yang membaca. 


Aku punya seorang teman. Kupikir kita bisa menjadi teman baik hingga di masa depan. Namun suatu hari, perasaanku terluka oleh kalimat dan perbuatannya.


"Keluargaku tidak seperti keluargamu, Vit. Aku juga tidak seperti dirimu." Saat itu aku terdiam. Maksud keluargaku dan aku itu yang bagaimana? Aku merasa selama ini pertemanan kami masih sewajarnya berteman. Apa yang diperlakukan oleh kedua orang tua ku dengan baik kepadaku dan itu diperlakukan baik kepadanya pun, ternyata adalah sesuatu yang salah di matanya. Dia lebih lanjut menjelaskan kecemburuannya kepadaku yang masih memiliki kedua orang tua dan sayang padaku.


Menurutku, perlakuan baik yang aku dan orang tuaku berikan kepadanya juga adalah sebuah bentuk kasih sayang kami kepadanya. Alami tanpa maksud apapun.


Saat itu aku mengira mungkin dia sedang rindu pada keluarganya yang jauh. Aku coba berpikiran positif. Ternyata setelah itu dia malah menjauh dariku. Aku ingat terakhir kali dia bilang bahwa dia tidak sepertiku yang tinggi dan langsing. Dia merasa insecure dengan tubuhnya yang pendek, gemuk dan pesek.


What???


Aku yang mendengarnya menjadi terheran. Selama ini kita tidak pernah membahas dan membandingkan kekurangan-kekurangan di dalam diri kita kecuali sifatnya untuk lebih baik. Yang kita bahas hanyalah fokus pada kelebihan diri dan bagaimana terus bertumbuh.


Fine. Sampai di situ aku tersadar. Tidak semua hal baik yang kita lakukan bernilai baik di mata penerima.


Suatu ketika aku juga mengalami hal lain. Bagaimana dalam sebuah tim aku coba merasionalisasikan sesuatu yang sesuai prosedur. Tapi dianggap ribet dan banyak aturan. Aku mempertanyakan apa gunanya sebuah tim jika kesepakatan tidak diambil di dalam forum.


Baru-baru ini, aku merasa sangat busuk hati. Setelah mendesak seorang leader untuk mengambil keputusan mendesak, beliau justu mengatakan aku terlalu ribut dan tergesa. Bahkan beliau mengatakan bahwa sudahlah aku terburu, pekerjaanku tidak beres. 


Sumpah, saat itu aku pengen nangis. Tapi bukan tabiatku menangis di depan umum. Sepanjang aku berusaha berprasangka baik terhadapnya, malam itu hancur sudah. Bisa-bisa nya beliau berkata begitu sementara selama ini aku merasa tidak kurang satu apapun dalam mengkomunikasikan sesuatu kepadanya. Setelah itu, sikapku kepadanya menjadi biasa.


Selalu aku tanamkan di dalam diri untuk tidak berekspektasi tinggi terhadap sesuatu. Meskipun itu sebuah kebaikan. Tapi aku jadi paham bahwa begitulah namanya berhadapan dengan manusia. Well, jangan tanya mengapa tiba-tiba aku berubah sikap. Dari yang cheerfull menjadi begitu pendiam. Bukan...aku bukan sedang marah padanya. Aku juga tidak menaruh benci padanya. Tapi aku sedang menata diri sendiri untuk terlihat baik-baik saja tanpa harus menyalahkan diri sendiri. Katanya, kita tidak bisa mengubah sikap seseorang untuk menjadi baik terhadap kita.. Tapi kita lah yang harus mengubah diri kita untuk senantiasa menjadi baik. Aku sedang berada di level itu.


Surabaya, 19 Januari 2024

Kebaikan dan Menjadi Baik

by on Januari 19, 2024
Dalam percakapan siang ini dengan seorang senior, beliau menyampaikan nasihat untuk terus berbuat baik. Dalam percakapan tepatnya diskusi ta...