pagi menyusun kenangan dalam rak lemari kayu
takut seketika nanti malam datang,
ia nya hilang bersama cicit tikus rakus dan memakannya
tlah bersama berbilang waktu,
menjaga cinta dan cita
mengemasnya apik dengan bingkai air mata
sungguh menguras tenaga

“Dear, percepatlah langkahmu! Kita harus segera pergi!”
dititipkannya kenangan itu pada sang pemilik waktu
dan ia pun bersegera menapaki satu demi satu tangga masa depannya

saat mencapai ketinggian tiga puluh,
dilihatnya ke bawah
oh, benarlah keputusannya waktu itu
jika ia tidak melakukannya,
maka tak kan pernah ada hari ini
dimana langit dan bumi dalam genggamannya
sampai tiba penghabisan
ia berjanji tak kan pernah menyerah
iyyakan’budu wa iyyakansta’in


Hari ini tanggal 27 Ramadhan 1437 H bertepatan dengan 27 Juni 2016. Hari dimana sampai detik ini, aku merasakan ramadhan yang berbeda. Mungkin ini yang dikatakan oleh ustad dulu sewaktu tausiah menyambut ramadhan. Jangan salahkan hari-hari ke depannya ramadhan jika tidak terisi dengan baik. Ada salah pada langkah awal ramadhan, bahkan bisa jadi karena persiapan menyambut ramadhan yang kurang baik.
Niat awalnya aku cepat pulang ke sini biar bisa lebih nyaman dan tentram ibadahnya. Sembari jika dibutuhkan oleh orang tua, aku bisa membantu. Kenyataannya, justru aku sama sekali tidak bisa ibadah dengan nyaman dan tentram. Ada banyak pekerjaan rumah yang dikerjakan semuanya di ramadhan. Gimana tidak ibadahnya jadi keteteran. Kalau gak dikerjakan habis diomelin ortu.
But, selemah-lemahnya ibadah ramadhan kali ini, insyaallah puasa tetap lancar, tilawah insyaallah bisa khatam dua kali minimal dan lain-lain mengikut dan kondisional.

Hari ramadhan

by on Juni 27, 2016
Hari ini tanggal 27 Ramadhan 1437 H bertepatan dengan 27 Juni 2016. Hari dimana sampai detik ini, aku merasakan ramadhan yang berbeda. ...
Sampai pada detik ini, aku baru...eh, bukan baru. Tapi...aku sendiri bingung menuliskan kalimat apa yang tepat. Intinya, kesatuan dari semua kesatuan yang ada di dalam jiwa ragaku baru berkesempatan bertemu dengan laman ini pada malam ini dan detik ini.

Sebuah kesyukuran ketika ada kesempatan ini. Banyak momen yang telah kulewati tanpa sedikitpun menorehkannya di sini. Sungguh sedih sebenarnya. Namun, percayalah. Bukan karena aku tak menulis. Tapi apa-apa yang kutulis itu bukan untuk kupublikasikan di sini. Heheh.

Awal Mei, kubuka dengan sebuah kegembiraan dan kebahagiaan karena telah dapat memenuhi janjiku untuk mengabadikan sebagian dari kehidupanku dalam sebuah buku. Yah, alhamdulillah banget. 

Judul bukunya, "17 Bintang di Lanny Jaya"

Kali ini resmi kutulis sendiri. Editting sendiri sampai-sampai menerbitkannya sendiri. Bukan aku tak memberikan ruang pada yang lain untuk menanamkan kebaikan dalam proses penerbitan bukuku ini. Tapi memang belum ada yang bisa membantu, terutama dana untuk penerbitannya. Heheh.

Tak mengapa, allah masih ngasih rezeki sama aku buat nerbitkan indie. Mudah-mudahan kedepannya aku bisa bikin buku yang lebih baik dan baik lagi dan bisa diterbitkan di penerbit mayor. Sehingga, teman-teman yang jauh di mana pun berada bisa memiliki buku karanganku. Aamiiin. Ngayal duu gapapa deh, bagian dari doa. Insyaallah ada masa nya allah akan ijabahkan sesuai dengan proses ikhtiar dan niat kita.

Ini nih, buku karyaku. Isinya adalah pengalaman mengajarku selama berada di salah satu pelosok Papua. Pegunungan tengah yang indah.

Buku ini meski belum berusia satu bulan, sudah mendarat di beberapa tempat di Indonesia lho. Mulai dari Medan, Batam, Bandung, Kepulauan Sitaro dan Papua. Tentunya Pekanbaru, Air Molek dan Riau sekitarnya deh. Buku ini gak dijual di toko buku manapun. Bagi kalian yang berminat memilikinya masih ada stoknya beberapa sama aku. Bisa kirim inbox ke facebook : kavita siregar.

Buat siapapun kalian yang sudah membaca buku ini, semoga buku ini bermanfaat yaaaa!!!


Siapa yang tak kenal Rika Maya Sari?
Motivator. Muslimah. Muda. Berprestasi. Berkarya dan menginspirasi.

Barangkali itu label yang tersemat padanya kini. Teringat bincang-bincang bersama Abu Fakhri, Bang Amei, Rika dan aku sewaktu kami masih muda beberapa tahun yang lalu. Kita yang melebeli diri kita. Sebagai motivasi bagi kita untuk meraih apa yang kita ingin labelkan pada diri kita.

Itu terbukti pada Rika. Sahabat sekligus guru bagi saya. Yah, mengenalnya bukan lagi karena sekarang namanya sudah berkibar di jagad dunia training dan motivasi. Kami sudah saling kenal dan akrab sejak zaman masih lucu-lucunya (baca:muda). Ia adalah guru karena telah menginspirasi banyak orang termasuk saya. Fokus pada impian kita dan terus bekerja keras. Adapun kendala dan hambatan-hambatan bukan jadi pemicu untuk kemudian mundur dalam perjuangan. Tapi justru menjadi pemicu untuk terus maju dan melaju.

Kini alumni Universitas Riau ini hijrah ke Bandung untuk memperdalam ilmunya sekaligus terus berbagi. Perjalanannya dalam berbagi motivasi telah jauh dari Sumatera hingga Sulawesi. Namanya pun digadang-gadang sebagai motivator wanita termuda se-Asia Tenggara.

Hari ini adalah kesempatan emas bagiku setelah hampir 4 tahun tidak membersamainya di panggung. Well, aku bersamanya hari ini full. Mengamati, mendengar dan berdiskusi. Rika semakin maju. Rika belajar banyak selama aku tidak membersamainya terlebih sejak hijrahnya ke Bandung. Salut.

Pada pertemuan motivasi akbar pelajar dan mahasiswa Desa Parit Baru, Kec. Tambang, Kab. Kampar, Riau tadi merupakan tanah kelahirannya Rika. Tidak hanya pelajar dan mahasiswa yang hadir tapi juga para guru dan orang tua. Rika serius program bulanannya kini adalah kembali ke kampung halamannya untuk membantu generasi mudanya menjadi generasi emas yang berprestasi, berkarya dan menginspirasi sebagaimana tagline yang diciptakannya itu.

Berapi-api semangatnya. Aku pun berapi-api untuk kemudian memberikan kontribusi bagi daerahku. Tidak ada yang tidak mungkin dan tak perlulah untuk khawatir banyak. Kita cukup kerja. Allah yang nilai dan allah yang bantu. Terbukti besarnya harapan dari para guru dan generasi di sana agar Rika dapat terus berkontribusi dan mengawal kebangkitan generasi Desa Parit Baru menuju generasi rabbani yang luar biasa.

Orang-orang yang berpikir dan mendesain kebangkitan ini tak perlu banyak. Biar sedikit asal maju dan mantap. Ini sempat kudokumentasikan beberapa ketika Rika tengah berdiskusi serius tentang rencana-rencana hebat kebangkitan Desa Parit Baru. Benar. Rika serius pulang kampung untuk bina desa. “Mulai dari sumber daya manusianya terlebih dahulu.” Ujarnya di sela-sela diskusi serius tapi santainya. “Insyaallah, kampung kita akan menjadi lebih baik lagi. Optimis. Generasi rabbani Parit Baru.”

Mau kenal lebih dekat dengan Rika? Bisa Main ke fb : Rika Mayasari. Pin 57ad0175






Memang yah. Gak pernah dapat ngejar-ngejar pemateri dalam acara besar begini. Gegara Pak menteri Anis Baswedan datang ke Pekanbaru aku pun mengurungkan niat untuk pulang. Kali kalau aku mendapatkan kesempatan, aku bisa nanyain langsung kapan pembukaan GGD. Eh, gak dapat. Udah melambaikan tangan dengan keras lho. Pikir bagian terakhir adalah sesiku. Ternyata ada seorang lelaki yang mungkin lebih menarik perhatiannya maju ke panggung dan menyerahkan karikatur Najwa Sihab dan Anis Baswedan. Aku patah hati. Gagal. Maafkan aku teman-teman PPG SM-3T.
Oke, ga papa. Pelajaran yang kudapatkan adalah, jika mau kita menjadi pusat perhatian, kita harus lebih ekspresif dan ekstrim. Mungkin aku bisa nekad naik ke atas panggung atau maju ke depan. Tapi aku tak melakukan itu karena jilbabku.
Giliran acara usai, alibi mau ketemu Pa Mentri dan Najwa, kami menyerunduk di belakang kru. Eh, kami salah. Entah lewat mana Pak Menteri sudah tidak ada. Di pintu belakang ada kami yang menunggu. Di pintu depan, ada anak-anak yang lain yang sudah ngantri untuk dapat tanda tangan dan foto bareng Najwa. Akhirnya aku dan Ka Uci memutuskan untuk ikut mengantri. Sebenarnya aku sudah malas. Tapi ada Ka Uci dan Ade yang terus mengajakku. Kenapa enggak ya sesekal aku merasakan rasanya desak-desakan buat dapat foto bareng artis. Hahah. Jadi dapat pengalaman dah.
Ka Uci dan Ade sudah masuk duluan. Giliran berikutnya setelah mereka adalah aku dan beberapa orang lainnya. Pas aku masuk ke dalam, sudah tepat di hadapan Najwa. Sudahpun aku mengeluarkan senyum. Najwa berbisik kepada asistennya dan mengatakan pusing. Ia berdiri sebentar lalu pingsan. Jatuh ke lantai. Kupikir ia mau ke kamar kecil atau apa. Aku shock. Segera orang-orang membantu mengangkatnya. Kami yang di ruangan yang harusnya dapat giliran tandatangan dan foto bareng keluar lagi.
Ternyata Najwa muntah. Taklama datang ambulance. Tak ada harapan buat tandatangan dan foto bareng lagi. Semua kecewa. Dari kru menyiasati agar fotonya ramai-ramai saja. Kondisi Najwa tak memungkinkan. Ia benar-benar pucat. Aku pulang saja jadinya. Malas untuk berebut foto ramai-ramai. Sementara Ka Uci dan Ade ikutan foto bareng.
#latepost
#pekanbaru

MANTRA LAYAR KACA

by on April 11, 2016
Memang yah. Gak pernah dapat ngejar-ngejar pemateri dalam acara besar begini. Gegara Pak menteri Anis Baswedan datang ke Pekanbaru ak...
Terlampau sibuk entah aku yang sok sibuk sampai-sampai tak ada postingan terbaru dalam beberapa waktu ini. Yah, gak tau juga ya. Biasalah, mau posting tulisan tapi tulisannya belum diketik. Kalau langsung diketik di halaman blog khawatir aku malah sibuk mencari informasi lain di internet.
Hari ini aku mau menceritakan tentang beberapa kisah yang kualami.
Allahuakbar! Acara Talkshow dan Nonton bareng Bersama Bunda Helvi Tiana Rosa di Pekanbaru pada tanggal 12-13 Maret 2016 di Pekanbaru berjalan dengan lancar. Alhamdulillah. Terlebih alhamdulillahnya lagi, aku bisa mengontrol emosi dengan baik saat itu. Biasalah, namanya juga kerja tim pasti ada gontok-gontokan dan gak enakan. Mau marah? Pernah. Tapi kuingat-ingat gak ada gunanya marah-marah. Mau nangis? Jelas, aku ini aslinya cengeng. But, i was be able to control all of my emotion. Alhamdulillah.
Kecurigaan itu sempat terjadi dari awal persiapann hingga hari H. Tapi, tetap positif thingking pada allah karena semua terjadi atas kehendak allah setelah manusia berusaha secara maksimal.
Sabtu pagi aku sudah di bandara Sultan Syarif Qasim (SSQ) buat menjemput bunda HTR. Sesak banget nih nafas karena beberapa hari sebelumnya stand bye dalam persiapan mulai dari mengantar tiket, membagi brosur hingga mencari dana. Alhasil, yah kejar-kejaran dengan waktu. Alhamdulillahnya, aku tetap sehat. Alhamdulillah terus ajah.
Dari bandara bingung mau ngantar kemana. Jadwal sudah ada tapi di lapangan harus berubah karena bunda HTR maunya yang santai-santai aja. Jadilah bawa beliau ke tempat sarapan soto di Paus. Nah, itu setelah bolak balik nelpon Mbak Sugi dan Bang Alam buat nyari tempat sarapan. Sekitar jam 8 begitu ternyata banyak tempat sarapan yang belum buka termasuk tempat sasaran. Soto Pak Imam. Jadinya dibawa ke tempat lain.
Sewaktu nungguin bunda HTR sarapan, aku bolak balik nanyain kondisi peserta di UIN sama Suci. Setelah itu acara di UIN. Sesampainya di UIN, ternyata giliranku buat nyampaikan kata sambutan. Shock, sesak nafas, kaki agak sakit-kebetulan sengaja pakai sepatu karet bertumit sedikit. Syukur, aku tetap bisa tersenyum. Meski ketika baru nyampai melihat kondisi ruangan sepi. Sementara ruangan begitu besar dan langsung harus memberikan kata sambutan. Aku harus bisa mengontrol diri agar yang lain tetap semangat.
Begitu bunda HTR masuk ruangan bersama para sastrawan, ya allah. Asli sebenarnya mau nangis but i still stand up in front of them. Aku masih memberikan kata sambutan. Kubiarkan sampai bunda HTR duduk baru sambutan kulanjutkan. Jujur, aku malu juga sebenarnya. Tapi kulihat wajahnya bunda HTR tersenyum. Cukup. Itu sudah cukup memberikan semangat manakala aku tak sanggup menatap mata-mata lain yang berharap lebih lewat acara ini.
Selesai sambutan, ada telepon dari Bu Luluk tentang persiapan acara makan malam. Bu Luluk tuh nanyanya agenda makan malam duluan. Sementara, agenda yang lebih dekat sebentar lagi adalah roadshow di Abdurrab. Susaaaah....intinya susah banget berurusan. DI telpon lagi sibuk, si sms belum jawab. Waktu terus berjalan.
Apa ya, aku mau bilang. Semua-semuanya aku harus berpikir dan bertindak cepat. Buku bunda HTR mana belum dibuka. Aku kudu nanyain harga jual lalu membukanya dan memastikan yang jaga bener-bener jaga tuh buku.
Ada yang nyetor uang juga buat agenda upgrading dan diskusi malam internal FLP. Aku pegang uang acara juga. Meski pesertanya sedikit, aku tetap positif thingking bahwa allah punya maksud dan tujuan tersendiri. Agar hambanya lebih mendekatkan diri kepadaNya.
Aku juga turut malu sebenarnya karena mendesak bunda HTR buat cepat-cepat udahan dengan fansnya buat foto-foto dan tandatangan karena jam sudah melewati jadwal yang disusun. Harus berangkat menuju agenda selanjutnya. Roadshow di Abdurrab.
Luar biasanya, Pak Bambang, Bu Julina dan Rifda selalu stand bye buat membawa bunda HTR mulai dari makan siang sampai acara di Abdurrab. Kupikir sampai Abdurrab tinggal mula acara aja karena jam setengah dua sudah harus di sana. Ternyata apa? Kosong. Ruangan acara bahkan belum dibuka. Aku juga harus menagih uang dari anak-anak buat nobar esoknya. Mana sebagian lagi belum dibayar Bu Susi lagi. Uh, keringat dingin. Enggak. Rasa-rasa panas sekujur tubuh. Harus kuat. Allah yang bantu.
Hampir satu jam, bunda HTR dan Mbak Sugi dititipkan di ruangan rektor. Sementara itu, Kak Dian kucar kacir cari masa. Aku sibuk ngurus uang yang harus ditagih. Kayak ngemis lho. Maaf. Aku ngerasa kayak aku yang minta-minta. Ga papa. Dalam hati aku menyenangkan diri sendiri untuk fokus pada kerja ikhlas agar allah bayar dengan surgaNYa.
Meski masih sedikit, acara berjalan lancar sampai satu per satu terus berdatanga. Acara sangat-sangat molor. Jangankan bunda HTR, aku pribadi membenci acara yang molor. Teringat kata-kata bunda HTR yang sempat membuat dadaku sesak. Beliau mengatakan bahwa beliau intinya lelah. Agenda makan malam dengan Bu Susi aku minta alihkan ke hotel saja. Berhubung tak ada jawaban akhirnya aku anggap batal. Menyusul, sms dari Bu Luluk bilang kalau makan malamnya dibatalkan. Ya sudahlah. Bunda HTR juga harus istirahat.
Setelah dari Roadshow, sebelum balik hotel masih ada jadwal buat siaran di Robbani. Aku percayakan perjalanan ini kepada Ani, Afifah dan kawan-kawan. Aku harus mengurus hotel dan memastikan ruangan buat acara malam. Kali ini bunda hTR harus nyaman.
Aku melaju menuju hotel Zaira. Alhamdulillah tidak ada masalah. Aku pastikan semuanya yang ada di kamarnya dalam keadaan baik. Aku pun kembali ke kamark untuk menghitung uang acara dan lain-lain. Malamnya sungguh menyenangkan karena ada penyegaran dalam upgrading yang memang puncak yang ditunggu-tunggu anggota FLP.
Besoknya, nobar di XXI Cinema. Pagi lagi aku sudah ke rumah Della buat menjemputnya karena ia bertugas sebagai supir pribadi gratisan pagi ini. Bunda HTR mengirimkan Wa kepadaku dan bilang bahwa beliau sakit perut. Jadi aku belikan beliau nasi uduk. Kami pun kelaparan dan akhirnya makna nasi uduk juga. Cuman bedanya, kami makan di bawah dan bunda HTR makan di dalam kamar.
Aku mikir, kayaknya kami durhaka deh. Bunda HTR dibiarkan sendir tanpa ada pendamping. Sementara hendak berjalan, bunda nungguin kami rupanya di dalam kafe. Maaf bunda. Maaf banget atas ketidaknyamanan bersama kami. Akhirnya kami cus ke bioskop. Apa yang terjadi?
Banyak penonton yang belum datang. Tiket sih sudah terjual habis. Tapi orangnya nih entah dimana. Masa Abdurrab banyak yang belum datang. Film sudah harus mulai. Aku benci dengan salah seorang petugas di bioskop itu. Ga ramah dan ga enak banget pelayanannya. Paling ga yang baik-baik dikit gitu ngomongnya.
Film pun mulai. Kami pun masuk. Setiap lima menit sekali aku melongok ke belakang memperhatikan penonton. Ga ramai seperti nobar hari itu yang sampe ke bawah-bawah. Yang penting Sekda kota dan para sastrawan sudah datang dan menonton film baik ini.
Selesai film kan masih pada sibuk foto-foto tuh. Kali ini aku ga mau mendesak bunda buat cepat-cepat karena agenda selanjutnya juga belum jelas. Yang ngajak makan siang dimana dan bagaimana sistemnya. Akhirnya, bunda ngajak nongki-nongki canchi. Untung Della pandai banget dan tau banget Pekanbaru. Pikiranku maish kacau jadi dia yang atur semuanya.
Kami nongkrong deh dan menikmati minuman di Tsurabi Enhaii Sudirman. Bunda yang bayar. Makash bundaaaa....Selesainya kami langsung antar bunda ke satu rumah makan untuk bertemu tokoh. Sementara bunda bareng ketua FLP, aku dan Della mutar nyari makan siang dan bertemu dengan mereka di bandara.
Tugas kami selanjutnya adalah mengeluarkan semua barang-barang bunda. Minta tandatangan di buku dan foto-foto cantik karena belum sempat banyak foto sewaktu acara. Panitia kan gitu ya. Belakangan. Jam 3 bunda masuk ruang tunggu dan kamipun cipika cipiki. Say good bye to bunda. Daaahhh bundaaaa....maafkan kami belum bisa melayani dengan baik. Safe flight n see you in the next time.

#latepost
#kmgpthemovie
#flpriau
#semangat