Tampilkan postingan dengan label Artikel. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Artikel. Tampilkan semua postingan

Teacher and Technology


Transformasi pendidikan di era teknologi digital adalah sebuah hal yang harus dilakukan. Teknologi pendidikan adalah sebuah upaya untuk membelajarkan siswa. Teknolgi digital hadir sebagai bagian dari teknologi pendidikan. Teknologi digital seyogyanya membantu kerja guru agar dapat lebih efektif dan efisien. Teknologi digital hendaknya bisa lebih memperluas penyerapan kebutuhan belajar siswa. Di momentun hari guru ini, sejenak merefleksikan diri tentang sejauh mana guru tetap eksis di era teknologi digital.

Peran Guru di Era Transformasi Digital

Mengutip pendapat Molenda dalam buku nya berjudul Educational Technology, The Association For Educational Communications And Technology 2008 (AECT) mendefinisikan teknologi pendidikan adalah studi dan etika praktik untuk memfasilitasi pembelajaran dan peningkatan kemampuan dengan menciptakan, memanfaatkan dan memproses pengelolaan teknologi yang sesuai sumber belajar. Teknologi pendidikan bukanlah pengganti guru. Guru tetap akan menjadi guru dengan perannya sebagai fasilitator dalam pembelajaran berbasis teknologi. 

Sumber belajar siswa hari ini tidak lagi semata-mata bergantung pada guru. Siswa dapat dengan bebas mengakses berbagai macam sumber belajar menggunakan internet. Terjadi perubahan peran guru yang tadinya sebagai penyampai materi pembelajaran, sekarang menjadi mentor dalam mengolah informasi. Guru menjadi validator atas benar salahnya penggunaan sumber belajar digital yang dilakukan oleh siswa.

Manfaat Teknologi Digital

Perkembangan teknologi digital hendaknya dapat menjadi alat bantu dalam proses pembelajaran. Adapun manfaat teknologi digital yang dirasakan dekat adalah sebagai berikut. Pertama, mempermudah akses bahan ajar seperti ebook, video pembelajaran dan platform digital. Kedua, meningkatkan efektivitas pembelajaran melalui metode interaktif seperti gamifikasi dan AR/VR. Harapannya siswa dapat lebih aktif dan responsif dalam pembelajaran. Ketiga, kolaborasi lebih luas. Peningkatan kompetensi guru hendaknya tidak lagi menjadi kendala selama guru mau terus belajar dan berkolaborasi melalui komunitas daring dan seminar virtual. Guru bisa belajar dan meningkatkan kompetensi dimana saja dan kapan saja sesuai waktu yang dimiliki.

Tantangan Guru dalam Menghadapai Teknologi Digital

Di momen hari guru ini, perlu pula kembali dipelajari tantangan yang dihadapi guru dan upaya yang harus dilakukan dalam menghadapi teknologi digital. Pertama, analisis kebutuhan guru dalam teknologi pendidikan. Ini perlu menjadi catatan serius sejauh mana guru membutuhkan teknologi pendidikan dalam memfasilitasi pembelajaran siswanya. Kesenjangan antara kota dan desa menjadi peer tersendiri jika dihadapkan pada teknologi digital yang berkembang. Kedua, semakin sering menggunakan teknologi digital, ada kemungkinan terjadi ketergantungan belajar menggunakan teknologi digital yang dihadapi oleh siswa. Guru perlu memikirkan strategi terhadap kebutuhan teknologi digital ini. Jangan sampai teknologi digital justru tidak berarah untuk memfasilitasi pembelajaran siswa.

Banyaknya tantangan yang dihadapi oleh guru pada transformasi pendidikan di era digital ini tentunya membuat guru harus semakin kreatif mengemas pembelajaran. Di samping itu, guru harus terus belajar dan bersabar menanam bibit kebaikan hingga kelak siswa nya menjadi pohon yang tinggi dan teduh.

"Guru yang baik seperti lilin. Ia menghabiskan dirinya sendiri untuk menerangi jalan bagi orang lain." Mustafa Kemal Ataturk.

Agaknya kalimat ini adalah kalimat motivasi yang bisa digunakan agar bertahan menjadi guru yang baik di Era Digital seperti saat ini. Selamat hari guru dan nyala slalu guruku!






Hai, diri! Apa kabar hati?

Semoga senantiasa baik ya. Tetap sehat dan semangat menghadapi waktu demi waktu yang masih Allah beri. Tak perlu khawatir akan masa depan yang sudah Allah jamin. Tak perlu takut menghadapi apapun. Sesungguhnya diri tidak sendiri. Ada Allah yang senantiasa membersamai. Perbanyak lagi sabar dan syukurnya ya. Yakinlah, ada indah dibalik penantian panjang ini.


Hidup tak melulu soal dia (yang sudah tertulis di lauhful mahfuz). Ada banyak hal yang perlu diperhatikan dalam hidup ini. Hidup di dunia yang hanya sementara karena ada kehidupan yang abadi di akhirat kelak. Tapi jika Allah izinkan, diri masih ingin bertemu dengannya di dunia ini. Beriringan bersama menuju surgaMU.


Hm, diri banyak sekali dosanya. Semoga Allah ampuni, Ya Allah. Hasbunallah wani'mal wakil ni'mal maula wa ni'mannashir. Laa haula walaquwata illabillah.


Dalam setiap pertambahan tahun, diri belajar bahwa hidup tidak selalu berjalan sesuai rencana. Ada mimpi yang harus dilepaskan, ada luka yang harus diterima, dan ada perjalanan yang tak selalu mulus. Namun, di balik semua itu, Allah selalu punya alasan. Usia mengajarkan untuk berserah, untuk percaya bahwa setiap kejadian memiliki tempatnya dalam mozaik kehidupan.

Diselesaikan pada 01 Desember 2024 pukul 00.00 WIB.

Foto Bersama Seusai Kunjungan Belajar


Tanjungbatu, 20 November 2024 – Dalam upaya memberikan pembelajaran yang lebih aplikatif dan bermakna, saya bersama 19 siswa kelas V SD, didampingi oleh beberapa orang tua, melakukan kunjungan belajar ke PLN Tanjungbatu Kota. Kegiatan ini mengusung tema “Energi Listrik dari Sumber hingga ke Rumah,”sesuai dengan materi kelistrikan yang sedang dipelajari di kelas.


Tujuan dari kunjungan ini adalah untuk memperkenalkan siswa secara langsung bagaimana energi listrik dihasilkan, didistribusikan, dan dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, kegiatan ini juga bertujuan menanamkan kesadaran untuk menggunakan listrik secara bijak dan aman.


Kunjungan dimulai di ruang pertemuan PLN, di mana siswa menerima edukasi teori tentang proses pembangkitan listrik. Petugas menjelaskan bahwa listrik yang digunakan di Pulau Kundur sebagian besar dihasilkan oleh Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD). Sumber energi ini menggunakan bahan bakar diesel yang diubah menjadi energi mekanik, kemudian menghasilkan energi listrik melalui generator. Pengetahuan ini memberikan wawasan baru bagi siswa bahwa setiap wilayah dapat memiliki sumber energi listrik yang berbeda, tergantung pada kondisi geografis dan sumber daya yang tersedia.

Foto Syifa sedang menjelaskan kembali proses listrik dari sumber hingga ke rumah

Selain membahas pembangkit listrik diesel, petugas juga menjelaskan secara rinci proses panjang dari pembangkitan hingga distribusi listrik ke rumah-rumah. Dengan bantuan alat peraga visual seperti diagram dan video simulasi, anak-anak diajak memahami alur energi listrik mulai dari pembangkit, jaringan transmisi, gardu induk, hingga akhirnya sampai ke rumah mereka.


Setelah sesi teori, siswa diajak berkeliling melihat langsung area operasional di gedung mesin PLN. Di sini, mereka menyaksikan mesin generator diesel yang menghasilkan listrik untuk kebutuhan Pulau Kundur. Petugas menjelaskan prinsip kerja generator, yang memanfaatkan gaya magnet untuk menghasilkan arus listrik. Mesin-mesin besar yang selama ini hanya mereka lihat di buku kini terlihat nyata, membuat anak-anak semakin bersemangat untuk belajar.

Foto melihat lingkungan tempat mesin berada

“Kami tidak menyangka bahwa listrik di Pulau Kundur dihasilkan dari pembangkit tenaga diesel. Sekarang saya jadi tahu mengapa listrik harus dihemat, karena prosesnya ternyata tidak mudah,” kesimpulan yang dibuat oleh salah satu siswa.


Selain mempelajari tentang pembangkit listrik, siswa juga diberi pemahaman penting tentang keselamatan dalam menggunakan listrik. Petugas PLN menjelaskan langkah-langkah sederhana seperti tidak menyentuh stopkontak dengan tangan basah, mematikan peralatan listrik saat tidak digunakan, dan memastikan kabel yang digunakan dalam kondisi baik.


Di akhir kunjungan, kami bersama-sama menyimpulkan apa yang telah dipelajari. Salah satu poin penting yang ditekankan adalah betapa rumit dan mahalnya proses menghasilkan listrik. Oleh karena itu, siswa diingatkan untuk lebih bijak dalam menggunakan listrik dan lebih menghargai upaya yang dilakukan PLN dalam menyediakan listrik untuk kehidupan sehari-hari.


Sebagai penutup, sekolah menyerahkan plakat kenang-kenangan kepada PLN Tanjungbatu Kota sebagai ungkapan terima kasih atas keramahtamahan dan ilmu yang diberikan. Dengan penuh rasa syukur dan antusiasme, siswa pulang membawa wawasan baru tentang kelistrikan yang selama ini mungkin tidak mereka sadari.


Kegiatan ini telah membuktikan bahwa pembelajaran tidak hanya terjadi di dalam kelas, tetapi juga melalui pengalaman langsung di dunia nyata. Semoga kunjungan seperti ini menjadi inspirasi bagi siswa untuk terus belajar dan menghargai pentingnya energi listrik dalam kehidupan mereka.


Setiap tanggal 25 November, kita merayakan Hari Guru sebagai momen untuk menghormati peran dan jasa para pendidik. Guru bukan hanya pengajar, tetapi juga pembimbing, motivator, dan pelita yang menerangi jalan anak bangsa. Namun, di balik penghormatan ini, para guru sering menghadapi tantangan besar, termasuk berbagai kasus yang mengancam kenyamanan bahkan keselamatan mereka.


Belakangan ini, kasus yang menimpa guru semakin sering mencuat ke permukaan. Mulai dari tindak kekerasan oleh siswa atau orang tua, pengaduan berlebihan terkait metode mengajar, hingga kriminalisasi atas tindakan mendisiplinkan siswa. Kasus-kasus seperti ini menggambarkan realitas pahit profesi guru di tengah masyarakat yang seharusnya menjunjung tinggi peran mereka.

Guru dalam Pusaran Konflik

Guru adalah penjaga nilai moral dan intelektual bangsa. Namun, dalam menjalankan tugas tersebut, mereka sering kali berada di posisi rentan. Sejumlah guru dilaporkan ke polisi karena dianggap "melanggar" hak siswa saat mencoba menegakkan kedisiplinan. Padahal, apa yang dilakukan guru sering kali bermaksud baik, yakni membentuk karakter anak agar lebih bertanggung jawab dan beradab.


Tantangan lain yang dihadapi guru adalah kurangnya pemahaman masyarakat terhadap tugas dan tanggung jawab mereka. Sebagian orang tua lupa bahwa pendidikan anak tidak sepenuhnya menjadi tanggung jawab guru. Kolaborasi antara guru dan orang tua sangat penting untuk keberhasilan pendidikan. Sayangnya, ketidakseimbangan peran ini sering memicu konflik, di mana guru menjadi pihak yang disalahkan ketika terjadi masalah pada siswa.

Pentingnya Perlindungan Hukum bagi Guru

Melihat kondisi ini, perlindungan hukum bagi guru menjadi kebutuhan mendesak. Guru harus merasa aman dan terlindungi saat menjalankan tugasnya. Sebagai garda terdepan dalam mencerdaskan bangsa, guru tidak boleh dibiarkan menjadi korban kekerasan atau kriminalisasi akibat menjalankan profesinya.


Perlindungan hukum dapat diwujudkan melalui undang-undang atau regulasi yang jelas dan tegas. Misalnya, dengan memastikan bahwa tindakan disiplin yang dilakukan guru di sekolah tidak dianggap sebagai bentuk kekerasan selama masih dalam batas yang wajar dan sesuai kode etik pendidikan. Selain itu, pendampingan hukum bagi guru yang terlibat konflik harus diperkuat, baik melalui bantuan hukum dari pemerintah maupun organisasi profesi guru.


Di sisi lain, penguatan pendidikan karakter di kalangan siswa dan orang tua juga sangat penting. Anak-anak perlu memahami bahwa guru adalah sosok yang harus dihormati, bukan sekadar pengajar yang bisa diperlakukan semena-mena. Orang tua juga perlu dilibatkan dalam proses pendidikan, sehingga mereka memahami tantangan yang dihadapi guru dan bekerja sama untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.

Memaknai Hari Guru dengan Tindakan Nyata

Memaknai Hari Guru tidak cukup dengan memberi ucapan atau penghargaan simbolis. Masyarakat, pemerintah, dan pemangku kepentingan lainnya harus berkomitmen untuk memberikan perlindungan nyata kepada para guru. Selain itu, guru juga perlu diberikan pelatihan terkait penanganan konflik di sekolah, sehingga mereka dapat menjalankan tugasnya dengan lebih percaya diri.


Hari Guru harus menjadi momen refleksi bersama untuk menghargai dedikasi para pendidik. Mengapresiasi guru berarti memahami tantangan yang mereka hadapi, memberikan perlindungan yang layak, dan memastikan mereka dapat bekerja dengan aman. Sebab, hanya dengan guru yang terlindungi, kita bisa berharap pendidikan bangsa menjadi lebih baik.


Mari jadikan Hari Guru sebagai awal dari gerakan nyata untuk mendukung para pahlawan tanpa tanda jasa ini. Sebab mereka, para guru, adalah pembentuk peradaban dan penjaga masa depan bangsa.

Dalam percakapan siang ini dengan seorang senior, beliau menyampaikan nasihat untuk terus berbuat baik. Dalam percakapan tepatnya diskusi tadi kami sama sepakat bahwa kita bukanlah orang baik. Tetapi kewajiban kita setiap harinya adalah harus menjadi baik. Sedangkan menjadi baik saja, kita masih mendapati perlakuan tidak baik. Apatah jika kita tidak berbuat baik. Mungkin lebih banyak marabahaya yang datang dalam hidup kita.


Beliau mencontohkan suatu kisah dimana kesimpulannya adalah kita harus bisa membaca keadaan sekalipun itu perbuatan baik. Untuk menyampaikan sesuatu yang baik dan mencontohkan yang baik pun harus memahami kondisi psikologi si penerima. 


Aku pun jadi teringat sebuah kisah. Kusampaikan kepada beliau. Kini pun ingin kusampaikan kepada sesiapa yang membaca. 


Aku punya seorang teman. Kupikir kita bisa menjadi teman baik hingga di masa depan. Namun suatu hari, perasaanku terluka oleh kalimat dan perbuatannya.


"Keluargaku tidak seperti keluargamu, Vit. Aku juga tidak seperti dirimu." Saat itu aku terdiam. Maksud keluargaku dan aku itu yang bagaimana? Aku merasa selama ini pertemanan kami masih sewajarnya berteman. Apa yang diperlakukan oleh kedua orang tua ku dengan baik kepadaku dan itu diperlakukan baik kepadanya pun, ternyata adalah sesuatu yang salah di matanya. Dia lebih lanjut menjelaskan kecemburuannya kepadaku yang masih memiliki kedua orang tua dan sayang padaku.


Menurutku, perlakuan baik yang aku dan orang tuaku berikan kepadanya juga adalah sebuah bentuk kasih sayang kami kepadanya. Alami tanpa maksud apapun.


Saat itu aku mengira mungkin dia sedang rindu pada keluarganya yang jauh. Aku coba berpikiran positif. Ternyata setelah itu dia malah menjauh dariku. Aku ingat terakhir kali dia bilang bahwa dia tidak sepertiku yang tinggi dan langsing. Dia merasa insecure dengan tubuhnya yang pendek, gemuk dan pesek.


What???


Aku yang mendengarnya menjadi terheran. Selama ini kita tidak pernah membahas dan membandingkan kekurangan-kekurangan di dalam diri kita kecuali sifatnya untuk lebih baik. Yang kita bahas hanyalah fokus pada kelebihan diri dan bagaimana terus bertumbuh.


Fine. Sampai di situ aku tersadar. Tidak semua hal baik yang kita lakukan bernilai baik di mata penerima.


Suatu ketika aku juga mengalami hal lain. Bagaimana dalam sebuah tim aku coba merasionalisasikan sesuatu yang sesuai prosedur. Tapi dianggap ribet dan banyak aturan. Aku mempertanyakan apa gunanya sebuah tim jika kesepakatan tidak diambil di dalam forum.


Baru-baru ini, aku merasa sangat busuk hati. Setelah mendesak seorang leader untuk mengambil keputusan mendesak, beliau justu mengatakan aku terlalu ribut dan tergesa. Bahkan beliau mengatakan bahwa sudahlah aku terburu, pekerjaanku tidak beres. 


Sumpah, saat itu aku pengen nangis. Tapi bukan tabiatku menangis di depan umum. Sepanjang aku berusaha berprasangka baik terhadapnya, malam itu hancur sudah. Bisa-bisa nya beliau berkata begitu sementara selama ini aku merasa tidak kurang satu apapun dalam mengkomunikasikan sesuatu kepadanya. Setelah itu, sikapku kepadanya menjadi biasa.


Selalu aku tanamkan di dalam diri untuk tidak berekspektasi tinggi terhadap sesuatu. Meskipun itu sebuah kebaikan. Tapi aku jadi paham bahwa begitulah namanya berhadapan dengan manusia. Well, jangan tanya mengapa tiba-tiba aku berubah sikap. Dari yang cheerfull menjadi begitu pendiam. Bukan...aku bukan sedang marah padanya. Aku juga tidak menaruh benci padanya. Tapi aku sedang menata diri sendiri untuk terlihat baik-baik saja tanpa harus menyalahkan diri sendiri. Katanya, kita tidak bisa mengubah sikap seseorang untuk menjadi baik terhadap kita.. Tapi kita lah yang harus mengubah diri kita untuk senantiasa menjadi baik. Aku sedang berada di level itu.


Surabaya, 19 Januari 2024

Kebaikan dan Menjadi Baik

by on Januari 19, 2024
Dalam percakapan siang ini dengan seorang senior, beliau menyampaikan nasihat untuk terus berbuat baik. Dalam percakapan tepatnya diskusi ta...

 


Seiring perkembangan teknologi di era digital, ‘teknologi pendidikan’ sering dikacaukan dengan ‘teknologi dalam pendidikan.’ Ketika berbicara tentang teknologi pendidikan, tidak sekadar memberikan label ‘ahli’ pada penggunaan teknologi di dalam pendidikan. Tidak pula semata berbicara tentang teknologi canggih dan sedang menjadi tren yang dapat digunakan dalam pendidikan. Tapi lebih ke bagaimana desain pembelajaran secara keseluruhan baik formal maupun non formal.

Menurut The Association For Educational Communications And Technology 2008 (AECT) dalam buku karangan Molenda yang berjudul Educational Technology, teknologi pendidikan adalah studi dan etika praktik untuk memfasilitasi pembelajaran dan peningkatan kemampuan dengan menciptakan, memanfaatkan dan memproses pengelolaan teknologi yang sesuai sumber belajar. Memfasilitasi pembelajaran dan peningkatan kemampuan menjadi kata kunci memahami teknologi pendidikan.

Jika seseorang secara sistematis merancang proses pembelajaran guna memecahkan masalah-masalah yang muncul dalam kegiatan belajar siswa, maka seseorang tersebut sudah berada dalam kawasan teknologi pendidikan. Dalam memfasilitasi pembelajaran siswa, guru dihadapkan pada karakteristik yang beragam. Keragaman ini membutuhkan perlakuan dan perhatian yang beragam pula sesuai dengan kebutuhan belajarnya. Hal inilah yang kemudian mendasari pembelajaran berdiferensiasi.

Guru sebagai seorang desainer pembelajaran perlu mengetahui peranan teknologi pendidikan dalam pembelajaran berdiferensiasi agar tidak salah memberikan perlakuan terhadap kebutuhan belajar siswanya. Peranan tersebut mencakup beberapa aspek. Berikut ini penjelasannya.

Memecahkan Masalah Belajar

Keragaman kebutuhan belajar siswa tentunya akan menimbulkan beberapa masalah belajar. Adapun keragaman tersebut dapat berupa pengetahuan, gaya belajar, minat dan pemahaman terhadap pelajaran. Teknologi pendidikan hadir sebagai alat untuk mencapai tujuan memecahkan masalah belajar siswa dan memudahkan siswa belajar.

Untuk dapat memecahkan masalah belajar ini, perlu dilakukan analisis kebutuhan belajar terlebih dahulu. Analisis kebutuhan dilakukan dengan mempertimbangkan kebutuhan individu, kebutuhan sosial dan amanat kurikulum. Analisis kebutuhan ini kemudian digunakan untuk merencanakan proses pembelajaran yang tercantum di dalam rencana pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Dengan demikian, permasalahan dalam belajar dapat diatasi.

Mengembangkan Pembelajaran Bermakna

         Menurut David P Ausubel, pembelajaran bermakna merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Struktur kognitif meliputi fakta-fakta, konsep-konsep dan generalisasi yang telah dipelajari dan diingat siswa.

Dalam hal ini, teknologi pendidikan memainkan peran melalui penciptaan, pemanfaatan dan pemprosesan pengelolaan teknologi sesuai sumber belajar. Menggunakan sumber belajar yang ada, seseorang belajar mengkonstruksi apa yang telah dipelajari dan mengasosiasikan pengalaman, fenomena dan fakta baru ke dalam struktur kognitif mereka. Sumber belajar dapat diperoleh darimana saja. Hal ini mendorong keragaman kebutuhan siswa dapat terjawab lebih dari sekadar teori dan melakukan praktik. Sehingga dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa. Teknologi pendidikan menghadirkan pembelajaran lebih bermakna dalam keragaman.  

Menciptakan Suasana Belajar yang Menyenangkan

Suasana belajar yang menyenangkan bukan hanya harapan guru, tapi juga harapan siswa dan orang tua. Bilamana guru dapat membuat suasana belajar yang menyenangkan bagi siswanya, itulah definisi belajar yang menyenangkan sesungguhnya. Belajar yang membuat siswa belajar tanpa terpaksa. Belajar yang membuat siswa sadar bahwa sesuatu itu harus dipelajari.

Mengingat keragaman kebutuhan belajar siswa, guru memiliki tantangan tersendiri dalam mendesain proses pembelajaran. Di dalam kawasan teknologi pendidikan, seseorang yang menggunakan cara atau media tertentu untuk membuat suasana belajar menjadi lebih menyenangkan termasuk ke dalam menerapkan teknologi pendidikan. Menciptakan suasana belajar yang menyenangkan bisa dilakukan dengan menerapkan berbagai strategi pembelajaran seperti model, metode, pendekatan, sumber belajar, media dan evaluasi pembelajaran. Strategi pembelajaran yang diterapkan tentunya juga mengacu pada tujuan belajar yang ingin dicapai.

dimuat di Tiras Times


Kehidupan penuh dengan tantangan yang kadang-kadang membuat kita terjatuh dan merasa gagal. Namun, kisah-kisah inspiratif tentang seseorang yang mampu bangkit dari keterpurukan hidup dan meraih kembali cita-citanya membuktikan bahwa kegagalan bukanlah akhir dari segalanya. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi perjalanan yang menginspirasi dan memotivasi dari individu yang menghadapi kesulitan besar dalam hidup mereka. Mari kita lihat bagaimana mereka menemukan kekuatan dalam diri mereka sendiri, menghadapi ketidakpastian, dan akhirnya meraih kesuksesan yang mereka impikan.

Tidak ada yang menginginkan keterpurukan dalam hidup mereka, tetapi itu adalah realitas yang bisa terjadi pada siapa saja. Keterpurukan bisa datang dalam berbagai bentuk, seperti kegagalan dalam hubungan, kehilangan pekerjaan, atau bahkan kehilangan orang yang dicintai. Dalam beberapa kasus, orang-orang mungkin juga merasa gagal dalam meraih cita-cita mereka, yang bisa memicu perasaan putus asa dan kehilangan arah hidup.

Setelah terjatuh dalam keterpurukan, orang sering kali mengalami periode kesedihan, kebingungan, dan keraguan diri. Mereka merasa terjebak dalam lingkaran negatif di mana sulit untuk melihat jalan keluar. Namun, dalam setiap kisah inspiratif, ada momen penentuan di mana individu memilih untuk menghadapi kegagalan dengan kepala tegak.

Langkah pertama menuju pemulihan adalah melihat ke dalam diri sendiri. Individu yang bangkit dari keterpurukan hidup harus melalui proses refleksi mendalam untuk memahami diri mereka, mengenali kekuatan dan kelemahan mereka, serta menerima keadaan saat ini. Dalam proses ini, mereka belajar untuk menghargai perjalanan hidup mereka sejauh ini dan menerima bahwa kegagalan adalah bagian tak terpisahkan dari perjalanan menuju kesuksesan.

Bagian yang penting dalam bangkit dari keterpurukan adalah mengelola emosi yang muncul. Ketika kita merasa gagal, emosi negatif seperti kekecewaan, marah, dan rasa malu bisa menghantui pikiran kita. Dalam kisah-kisah inspiratif, individu yang berhasil mengatasi keterpurukan mengembangkan strategi pengelolaan emosi yang efektif. Mereka belajar untuk mengenali dan memahami emosi mereka, mencari dukungan dari orang-orang terdekat, dan terlibat dalam kegiatan yang memperkuat keyakinan diri dan kesejahteraan emosional.

Setelah menghadapi diri sendiri dan mengelola emosi, saatnya untuk membangun kembali cita-cita yang mungkin telah terlupakan atau terabaikan. Individu yang bangkit dari keterpurukan menyadari pentingnya merumuskan tujuan yang realistis dan terukur. Mereka menciptakan rencana tindakan yang terstruktur, mengambil langkah kecil namun konsisten menuju kesuksesan, dan menghadapi hambatan dengan ketekunan dan keberanian.

Kisah-kisah inspiratif tentang orang-orang yang bangkit dari keterpurukan hidup dan meraih kembali cita-citanya mengajarkan kita bahwa kegagalan bukanlah akhir dari segalanya. Dalam perjalanan mereka, mereka menemukan kekuatan dalam diri sendiri, belajar menghadapi ketidakpastian, dan akhirnya mencapai kesuksesan. Dalam hidup kita, kita juga bisa mengatasi keterpurukan dan melanjutkan perjalanan menuju impian kita jika kita memiliki tekad dan kepercayaan diri yang kuat.

 



Siapa sih yang gak pengen lanjut kuliah gratis dengan beasiswa? Kuliah dengan beasiswa tentunya akan meringankan pikiran dari beban biaya yang harus dikeluarkan setiap semesternya. Ditambah lagi biaya-biaya lainnya yang tak terduga.

Di hari terakhir bulan mei ini, aku ingin meninggalkan catatan kenangan di sini. Tentang Sosialisasi Beasiswa Pendidikan Indonesia (BPI) beberapa waktu lalu. Nampaknya aku mulai rajin ngeblog. Semoga tetap rajin sampai bile-bile. 

Pada hari jumat, 26 Mei 2023 yang lalu, telah dilaksanakan kegiatan Sosialisasi Beasiswa Pendidikan Indonesia (BPI) Kemendikbudristek oleh Kelurahan BPI Unesa 2.0. Kegiatan ini tuh adalah salah satu program kerja Kelurahan BPI Unesa 2.0. Tepatnya di bawah naungan Divisi Akademik dan Beasiswa. Kebetulan aku adalah salah satu anggota divisi ini yang kemudian dalam kepanitiaan diamanahkan sebagai koordinator acara.

Foto diambil setelah semua peserta pulang


Tiap kali merencanakan dan melaksanakan kegiatan sosial dan pendidikan, aku senang sekali. Karena aku memang senang berorganisasi. Bagiku, berorganisasi itu adalah kebahagiaan. Kata temanku, bahagianya aku adalah berkegiatan dan melakukan banyak hal. Kadang-kadang aku terpana-pana juga sama kalimat temanku itu. Tapi ada benarnya. Memang begitu adanya. Justru kalau tidak berorganisasi, semacam ada yang hilang dari hidupku. Salah satu cara untuk menyalurkan 20 ribu kata nya perempuan. Hehe. Gak cuman itu sih. Berorganisasi itu adalah cara menyalurkan pikiran-pikiranku yang terus berputar. Ibarat mesin, pikiranku hanya berhenti ketika tidur. Lebay aku tuh. Berorganisasi juga sama hal nya dengan hiburan+liburan bagiku.

Di tulisan ini aku gak bakal cerita berapa banyak yang hadir dan bagaimana perencanaan program hingga terlaksananya. Karena itu sudah kutulis dalam bentuk rilis berita di sini.

Di sini aku pengen cerita bahwa aku senang sama acara kemarin. Di samping acara nya berlangsung sukses dan lancar, aku merasa kegiatan itu adalah hal yang penting. Teringat ketika setahun yang lalu aku galau mempersiapkan pendaftaran karena keadaan. Kalau aku ceritakan yang sejujurnya, orang gak peduli juga apa yang sudah aku alami selama prosesnya. Orang hanya tahu aku udah dapat beasiswa dan lanjut S2.

Sosialisasi itu menurutku penting karena itulah momen bagi para pencari beasiswa untuk bisa lebih kepo dan mendapat informasi lebih dalam. Secara yang diundang juga pengambil kebijakannya langsung yaitu Pak Anton Rachmadi, yang masyaallah humble banget. Baru datang aja beliau udah nyalami semua hadirin di ruangan itu hingga ke belakang. Padahal kan ya beliau baru aja nyampe ke Surabaya melalui penerbangan dari Jakarta sekitar pukul 06.00 WIB. Keinget pula perjalanan pagi ku dari Jakarta sekitar jam tersebut efek ketinggalan pesawat terakhir menuju Surabaya. Eh, ketinggalan pesawat itu bukan salahku. Salah maskapai dan akhirnya kami dapat ganti rugi setimpal sih.

Dulu ketika persiapan nyari kampus dan BPI, aku tuh ikutin semua zoom meeting yang tersebar. Kebayang kan gimana keblinger aku natapi layar dari hari ke hari. Mulai dari sosialisasi LPDP dan BPI. Kalo ada pertemuan gitu, tak lupa pula aku open mic buat bicara. Ya semacam sounding biar bisa masuk kampus tanpa perlu keluarkan biaya sepeserpun. Secara keluar dari pulau tempat tinggalku saja udah keluarkan uang berapa. Huhuh. Keinget pula waktu itu aku sama teman-teman sounding ke anggota DPRD Riau terkait penyelenggaraan GGD. Gaya banget aku tuh. Bersyukur banget selama di kampus sering ikut sounding, audiensi dan sejenisnya.

Nah, di momen ini aku kebagian ya memberikan testimoni tentang proses pendaftaran biar lancar dan sukses. Jadi aku cerita secara singkat yang menjadi kendala guru-guru untuk lanjut kuliah adalah SK Tubel (Tugas Belajar) bagi PNS. Ini emang hal prioritas yang harus diperhatikan detil bahkan sejak awal baru mau daftar kampus. Hal ini dilakukan dengan rapi supaya tidak terkendala jika nanti diterima kampus dan mendapat beasiswa.

Foto yang dikirimkan temanku yang nonton lewat zoom meeting

 
 
  Foto yang dikirimkan temanku dari dalam ruang acara

Aku orangnya ekstrovert. Jadi harap maklum jika suka ngomong dan ngomongnya berapi-api. Termasuk ketika menulis begini. Ditambah lagi bawaan lingkunganku itu kan suaranya keras. Lihat aja marga di belakang namaku. Udah bawaannya gitu. Hihih.

Alhamdulillah, barokallah. Aku bersyukur bisa dapat BPI. Terlebih paling utama aku bersyukur kuliahnya di usia segini. Sudah merasakan dunia kerja. Aku merasa kuliahku jauh lebih bermanfaat daripada dulu ketika selesai S1 langsung lanjut kuliah. Meski saat itu aku nangis bombay pas tidak mendapatkan BPPDN (Beasiswa PendidikanPascasarjana Dalam Negeri) yang diperuntukkan bagi calon dosen.

Nah gitu deh. Sekilas momen mengharukan bagiku. Aku hanya bisa mendoakan semoga teman-teman yang sedang berjuang mendapatkan BPI atau pun beasiswa apapun, atas izin Allah akan mendapatkannya. Jika sudah berusaha dan berdoa, ternyata tidak Allah kabulkan saat ini, berarti itu yang terbaik bagimu saat ini. Terus berusaha karena kita tak pernah tahu takdir mana yang baik bagi kita selain takdirnya Allah.


Surabaya, 31 Mei 2023 

*Di Gedung Pendidikan Luar Biasa UNESA (sambil menunggu Profesor untuk bimbingan proposal tesis). Doakan ya agar segera bisa nampil seminar.


 

 


Sekitar seminggu yang lalu, tepatnya di hari senin (22/5/23), aku dan teman-teman berkesempatan untuk berbagi ilmu dan pengalaman kepada para pendidik Madrasah Ibtidaiyah (MI) Wilayah Kerja Kecamatan Mojoanyar, Kabupaten Mojokerto, Provinsi Jawa Timur. Kegiatan ini adalah dalam rangka memenuhi proyek tugas akhir mata kuliah teknologi kinerja dan pengelolaan diklat (TKPD). Di kesempatan ini kami berbagi tentang pemanfaatan media pembelajaran berupa educandy, word wall, dll. Aku juga sempat berbagi sedikit tentang picture book

Dari kemarin aku pengen banget menuliskannya di blog ini. Tapi euh berbagi waktu dan pikirannya lumayan sulit. Hadeh, aku selalu banyak alasan ya. Tapi beneran. Tulisan kali ini sudah terniat begitu proyek akhir mata kuliah ini disusun. Mulai dari rapat awal hingga akhir. Dilanjutkan dengan pelaksanaan di lokasi sasaran.  Ada 6  MI yang ikut kegiatan ini dengan total 36 peserta. Termasuk di dalamnya kepala madrasah. Tempat dilaksanakannya kegiatan ini adalah MI Miftahul Ulum. Kepala Sekolahnya adalah Ibu Siti Nur Muzayatin. Beliau orangnya begitu ramah dan hangat. Aku sebagai orang baru di sini merasa tidak begitu berjarak. Toh juga karena sebenarnya aku sudah terbiasa turun berbagi pengalaman dan ilmu di Kelompok Kerja Guru (KKG) di daerahku. Jadi aku merasa antara ilmu yang didapatkan di bangku perkuliahan saat ini dan duniaku kerjaku sangat menyatu. Klop. Cocok. Pas. Apalagi ya kata yang sesuai untuk mengungkapkan keadaan ini? Hehe. Itu sebabnya aku selalu bersemangat masuk kelas mata kuliah ini. Menurutku ini sih the real of the real dunia kerja. Dan lagi aku bersyukur bisa lanjut kuliah S2 saat ini dimana aku sudah terjun cukup lama di dunia kerja.


Foto momen membagikan buku karyaku ke Ibu Siti Nur Muzayatin


Kembali ke kondisi di lapangan. Kami berangkat dari Surabaya menuju Mojoanyar itu sekitar pukul 06.23 WIB. Tiba di lokasi kegiatan sekitar 07.05 WIB. Tidak begitu lama karena hari masih pagi dan kami melewati tol. Supir kami saat itu adalah Mas Bryan, ketua kelas di S2 Teknologi Pendidikan Unesa angkatan 2022. Orangnya santai dan bisa diandalkan untuk minta bantuan. Peace.

Well, begitu sampai, kami pun beberes dan bersiap-siap. Saat itu, Koordinator Prodi S2 TP Unesa, Pak Andi Mariono hadir bersama Mem Iren, dosen pengampu mata kuliah ini. Di mata kuliah ini beliau mengajar bersama Pak Fajar. Sengaja nih aku tulis nama-nama siapa yang terlibat di dalam kegiatan ini. Buat kenang-kenangan mana tau nanti aku lupa. Eh terlupa karena waktu. Bukan sengaja melupakan.


Foto Pak Andi Mariono dan Mem Irene didampingin Mas Bryan


Sebagai narasumber dalam kegiatan ini adalah Mbak Jihan dan Pak Bibiet. Mereka orang-orang hebat dalam bidangnya. Aku kebagian bicara dikit aja sebagai laporan ketua pelaksana di kelompok kami. Cius aku ngomong dikit aja. Takut kalo lama-lama nanti orang bosan. Penyakit paling nyata kalo udan pegang mic adalah lupa melepaskannya.


Foto aku lagi ngomong


Kegiatan berjalan dengan lancar dan baik dari awal hingga akhir. Peserta juga antusias. Hal-hal gini nih yang bikin kita semangat. Ada umpan balik. Ketika kita berbicara atau berbagi, yang mendengarkan juga memberikan respon positif. Ketika berbagi seperti ini, sesungguhnya kami sendiri sedang belajar. Belajar lebih banyak dari para pendengar tentang kondisi di lapangan yang mereka rasakan. Sebagai seorang guru, aku paham banget gimana rasanya. Ada masa dimana kita harus berbicara banyak dan maju ke medan tempur. Ada masanya kita cukup diam di tempat dan menyimak (gaya banget ini bahasaku yak).


Foto suasana kegiatan pelatihan


Yang tak kalah penting dalam suksesnya kegiatan ini adalah tim kelompok ini. Ada Mas Nanda yang udah bikinin video dokumentasi dengan apik dan membuatku senang. Ada Mbak Nana dan Indi yang repot bikin sertifikat dan twibon. Ada Avinda yang disibukkan sama MoA dan IA. Ada Syifa yang ambil kendali keadaan menjadi MC. Ada Bu Heni yang sibuk menghitung total iuran dan pengeluaran. Ada Mbak Ika, Pak Riko, Favian dan Mbak Dwi Kartika.

Harapan pribadiku setelah kegiatan ini, ilmu yang sudah dibagikan bisa dimanfaatkan dan jadi amal jariyah bagi kami. Bisa jadi tabungan pahala untuk masuk surganya Allah. Setidaknya kegiatan ini juga memberikan motivasi untuk terus bertumbuh. Manakala kami mulai malas dan lemah, kegiatan ini mengingatkan kami bahwa kami pernah berusaha sekeras ini. Lalu kami kembali bangkit dan berusaha lagi menyelesaikan apa-apa yang sudah kami mulai. Sekian catatan menjelang akhir bulan. Terimakasih kerjasamanya, teman-teman

 

Di kamar asramaku.

Surabaya, 30 Mei 2023


Foto full tim kelompok Mojokerto



Baca juga berita kegiatan ini di sini Pelatihan di Mojokerto bersama Mahasiswa S2 TP Unesa 2022 

Nonton video nya di Jendela Unesa menit 05.34



 


        Hidup bersama al-qur'an adalah nikmat. Nikmat yang tidak akan dirasakan kecuali oleh orang-orang yang pernah merasakannya."Sayyid Qutb"

        Kalimat ini membuat saya tertegun lama. Benar yah. Dulu ketika hidup saya cukup jauh dari al-qur'an, kalimat seperti di atas tidak berarti apa-apa. Tapi saat ini, ketika mendapati kalimat tersebut hati saya seperti tersentuh. Saya sadar ada nikmat tersendiri atas interaksi dengan al-qur'an. Ada energi tersendiri.

        Pernah gak merasa lelah dan gelisah? Atau misalnya hari itu seperti ada yang kurang. Kita coba mengatasinya dengan pergi berliburan atau sekedar nongkrong di kafe. Ternyata rasa lelah dan gelisah kita tidak berkurang. Kadang justru bertambah. 

        Bisa jadi ada yang salah dengan hati kita. Coba periksa lagi. Ada ibadah-ibadah yang mungkin biasa kita lakukan. Tetapi hari itu kadarnya pelaksanaannya kurang. Ternyata tilawah al-qur'an kita kurang. Wajar kemudian hari itu menjadi tidak karuan.

        Di dalam Q.S. As-Syura (42:52), Allah menegaskan bahwa al-quran adalah ruh orang yang hidup. Tanpa al-quran, sesungguhnya orang tersebut tidak memiliki ruh. Ditegaskan pula di dalam Q.S.Thaha (20:24). Tak pernah orang yang hidupnya dekat dengan ak-quran itu susah. Allah yang jamin di Q.S.Thaha:2. 

        Menilik kepada fungsi al-qur'an itu sendiri, di dalam Q.S.Yunus (10:57), ada tiga fungsinya:

  1. Petunjuk bagi orang yang beriman
  2. Referensi nasihat bagi orang yang beriman
  3. Penyembuh bagi penyakit yang ada di dalam dada

        Ada sunnah yang dilakukan oleh sahabat ketika berhadapan dengan al-qur'an :

  1. Ketika membaca al-qur'an dan sampai pada ayat tentang azab, maka mereka berhenti sejenak dan berdoa. Mereka memohon baginya surga.
  2. Ketika membaca al-qur'an dan sampai pada ayat azab, maka mereka berdoa agar dihindarkan dari azab dan neraka.

        

        Dijelaskan lebih lanjuta dalam Q.S.A-Ma'arij (70:19-21), "Sungguh, manusia diciptakan bersifat suka mengeluh. Apabila dia ditimpa kesusahan dia berkeluh kesah. Apabila mendapat kebaikan (harta) dia jadi kikir." Juga diterangkan dalam Q.S.Al-Furqon (25:30) dan Q.S.Al-Muzammil (73:6)

        Semoga sahabat semua dapat merasakan kesejukan al-quran. Terutama di bulan suci ramadan yang mulia ini. Bulan diturunkannya al-quran. 





        Pernahkah sebagai guru merasakan bahwa anak murid seperti tidak memahami soal atau bacaan yang diberikan? Kemudian coba kita dampingi kembali untuk memahami soal atau bacaannya. Namun, masih juga mengalami kendala dalam memahami soal dan bacaan tersebut. Belum lagi ketika diberikan sebuah soal atau permasalahan yang sedikit berbeda dengan contoh yang diberikan oleh guru. Anak-anak mulai kebingungan harus memulai darimana dan bagaimana menyelesaikannya. Bagaimana perasaanmu sebagai guru? 

        Ini tentunya bukan hanya catatan besar bagi seorang guru. Melainkan, tanggungjawab bersama antara guru dan orang tua di rumah. Permasalahan memahami soal dan bacaan tentunya berakar dari kualitas dan atau intensitas membaca itu sendiri.

Membaca Adalah Sebuah Proses Perkembangan

        Soemadayo (2011) dalam bukunya Strategi dan teknik pembelajaran membaca menjelaskan, ada dua hal yang perlu diperhatikan guru dalam mencamkan bahwa membaca sebagai proses perkembangan, yaitu pertama, guru harus sadar bahwa membaca merupakan sesuatu yang diajarkan dan bukan terjadi secara insidential dan kedua, meyakinkan bahwa membaca bukanlah subjek melainkan suatu proses.

        Seseorang yang melakukan kegiatan membaca, tidak lantas kemudian dikatakan seorang yang giat membaca. Karena, seharusnya kegiatan membaca melahirkan suatu perkembangan pola pikir. Proses itu secara terus menerus berkembang hingga mencapai pemahaman yang menyeluruh terhadap suatu soal atau permasalahan dalam belajar. Sehingga, tidak lagi ada kata tidak bisa atau tidak paham dari seorang anak jika ia ‘benar’ membaca. Guru harus terus menerus memberikan motivasi, mengajarkan dan mendampingi kegiatan membaca di sekolah. Berbagai inovasi pun dirancang agar menarik minat anak murid. 

        Di sisi lain, orang tua juga perlu memahami bahwa minat baca anak ini bukan hanya tugas guru. Kedua hal di atas juga harus menjadi catatan penting bagi orang tua. Motivasi yang pertama justru harus hadir di lingkungan keluarga. Keluarga yang gemar membaca, akan menciptakan anak-anak yang dekat dengan buku pula. Sehingga, membaca ini tak lagi menjadi sebuah kebiasaan atau malah sekedar paksaan. Membaca sudah menjadi budaya dalam lingkungan keluarganya. Ini semua dimulai dari didikan orang tua.

        Lantas, bagaimana orang tua yang tak bisa membaca? Atau mungkin tak paham akan peranan penting membaca bagi perkembangan anaknya? 

        Belajarlah! Bertanyalah! Cobalah! Kepada mereka yang menjadikan membaca sebagai budaya positif di keseharian keluargnya. Tak ada salahnya juga, sembari mendampingi dan mengajarkan anak untuk dekat dengan buku, orang tua juga belajar. Belajar bagaimana caranya membaca. Belajar berbagai macam teknik membaca. Orang tua dan guru harus belajar dan mengimplementasikannya bersama. Menjadi contoh teladan agar anak terus sabar berproses sepanjang hayat.

Sinergisitas, Memaksimalkan Peran Masing-Masing

        Jika masing-masing –orang tua– dan guru sudah satu frekuensi dalam memahami kegiatan membaca sebagai sebuah proses perkembangan, perlulah terus dipupuk sinergisitas dalam memaksimalkan perannya. 

            Orang tua dan guru adalah satu kesatuan yang harus berjalan bersamaan. Orang tua memiliki hak biologis terhadap anak. Sementara guru adalah orang tua secara fisik ketika berada di sekolah. Keduanya harus saling bersinergi agar anaknya kelak menjadi orang berilmu pengetahuan luas. Seorang anak yang ibarat pepatah lama seperti padi, makin lama makin merunduk. Semakin berilmu, semakin baik akhlaknya.

        Lalu, apa saja yang bisa dilakukan oleh orang tua dan guru secara bersamaan? Ketika berada di sekolah, guru menerapkan beberapa pembiasan. Salah satunya adalah pembiasaan membaca buku 15 menit sebelum belajar. Buku ini adalah buku non teks pelajaran.

        Berupa cerita baik bergambar maupun tidak yang dapat menarik minat siswa. Lalu, sekolah dalam kegiatan gerakan literasi membuat gebrakan-gebrakan menarik. Dibuatlah pojok baca semenarik mungkin di setiap kelas. Adanya pojok baca di area tunggu orang tua. Adanya perpustakaan yang dilengkapi dengan buku-buku. Masih banyak lagi inovasi yang senantiasa dilakukan.

        Begitu kebiasaan ini telah dilaksanakan oleh guru dan menjadi sebuah budaya sekolah, hendaknya orang tua di rumah pun melakukan hal yang sama. Orang tua bisa menyediakan sarana buku cerita yang tak kalah menarik dengan koleksi sekolah. Lalu mendampingi anak dalam membaca buku, memilihkan buku-buku yang cocok untuknya, melakukan diskusi, atau sekedar mendampingi anak mengerjakan tugas sekolah. Sesekali pergilah piknik ke toko-toko buku dan lingkungan yang kaya akan budaya baca. Dapat dipastikan, semua aktivitas anak slalu dalam pantauan orang tua. Sehingga pembiasaan yang dilakukan di sekolah, sama terjaganya dengan pembiasaan di rumah.

        Jika demikian keadaannya, maka hasil penelitian yang mengatakan Indonesia berada dalam urutan kedua terbawah dalam hal minat baca akan berubah posisi hitungan dari atas.

Tanjungbatu, 19 Juli 2019